Opini

Cara Sukseskan Visit Sumenep (1)

Bupati Busyro Karim tepuk tangan setelah Deputi BP3N Kemenpar Esthy Reko Astuti memukul gong pertanda CoE Visit Sumenep 2018 telah dilaunching. (Foto Humas Pemkab Sumenep for Mata Madura)

Oleh: Hambali Rasidi*

SAYA ingin nawarkan solusi agar Visit Sumenep sukes. Bukan sekadar kritik. Tentu saja, tawaran solusi saya sekadarnya. Maklum, anak kemarin sore yang baru ngerti birokrasi. Ibarat orang ndeso atau pedalaman, kali pertama ke kota, pasti culture shock, lihat aneka lampu di jalan. Padahal, hanya lampu traffic light. Ceritanya udah selangit. Apalagi dicekokin pikiran membubung tinggi di awan. Lengkap dengan istilah mabok sabelun ngenom.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Solusi soal Visit Sumenep yang saya tawarkan, sangat sederhana. Ya..memang saya gak punya ide brilian atau apalah namanya. Saya berangkat dari pengertian dangkal bahwa Visit Sumenep Years itu Tahun Berkunjung ke Sumenep. Saya memahami berkunjung ke Sumenep, sederhana. Banyak orang datang ke Sumenep memberi efek ekonomi. Roda ekonomi masyarakat berputar. Investor-investor banyak datang ke Sumenep. SDM-SDM Sumenep bisa memanfaatkan momentum Visit Sumenep untuk mengais rezeki. Itu saja. Tak muluk-muluk.

Apa yang bisa menjadi magnet banyak orang agar kesemsem ingin terus berkunjung ke Sumenep? Pertama tentu soal wisata. Gak mungkin banyak orang datang hilir pergi ke Sumenep tanpa tujuan wisata. Di luar wisata ada, seperti kota industri, perdagangan, pendidikan dan kebutuhan religi.

Apakah Sumenep bisa jadi tujuan industri, perdagangan dan pendidikan? Saya nyatakan saat ini belum. Yang ada hanya percikan industri garam dan industri transit.

Sebagai kota kebutuhan religi? Bukan. Sumenep bukan Teheran, Iran, kota suci bagi Syiah dan bukan Arab Saudi, bisa nunaikan salah satu rukun Islam. Sumenep hanya jadi tujuan wisata religi, jauh sebelum ada visit. Magnet wisata religi di Sumenep, luar biasa. Hanya gak bisa dijadikan andalan penggerak ekonomi. Aktivitas wisata religi hanya membuat orang terdampak bisa survive (bertahan hidup). Gitu aja turun temurun.

BACA JUGA:

Kemenpar Apresisasi Launching CoE Visit Sumenep 2018

Wow, Sumenep Punya 39 Agenda Wisata di 2018. Ingat Jangan Dilewatkan

Bicara wisata tentu ada objek wisata yang bisa menjadi andalan Sumenep. Potensi itu sudah ada berupa karunia Ilahi. Seperti, Giliyang yang memiliki kadar oksigen tertinggi nomor dua di dunia setelah Jordania. Pasir kasur di Batang-Batang. Dan aset budaya keraton serta peninggalan raja Sumenep.

Objek wisata yang lain? Wisata bahari di Gili Labak, Pantai Sembilan, Pantai Lombang dan lainnya juga menjadi aneka pilihan wisata Sumenep.

Lalu, bagaimana bisa menarik wisatawan ke Sumenep? Nah…39 event sepanjang 2018 itu hanya gong pembuka visit. Jika benar mampu memanfaatkan sarana event itu, saya yakin itulah kunci pembuka orang kesemsem ingin datang lagi ke Sumenep. Jika tidak, ya…saya lihat tak lebih dari latihan kader mahasiswa buat kegiatan kemahasiswaan. Pokoknya terlaksana tanpa berpikir out put dan in put untuk mensukseskan visit.

Bukankah orang jatuh cinta dari penglihatan pertama? Jika orang banyak datang ke Sumenep lewat sarana event-event, terus dipikat dengan jurus-jurus tourisme, saya yakin bakal punya efek berkelanjutan. Ingat..sayaratnya pakai pola kerja menggaet pengunjung sebanyak-banyaknya agar terpikat.

Saya punya referensi begini; bagaimana bisa jutaan orang berbondong-berbondong, rebutan lagi-ingin datang ke Arab Saudi, Makkah dan Madinah. Tentu saja jawaban sederhana karena ritual Islam. Kebutuhan spiritual. Naik haji dan umroh. Saya jawab betul. Tapi, tidakkah Anda berpikir, bagaimana bisa banyak orang punya hasrat membuncah untuk rela antre 30 tahun sekedar naik haji.

BACA JUGA:

Kata Bupati Sumenep, Seni Ukir Karduluk Hanya Kalah Branding

Wabup Fauzi: Batik on The Sea untuk Berdayakan Ekonomi Rakyat

Dan apakah Anda juga sadar jika ibadah umroh sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang muslim? Kenapa dikata gaya hidup (life style)? Umroh sunah. Haji wajib. Sunah diutamakan. Wajib dikesampingkan. Itu saja dulu. Lain waktu bahas itu.

Kita bahas bagaimana cara menggaet banyak wisatawan Sumenep. Ya itu tadi, referensi orang umroh dan naik haji. Walau umroh dan haji bagian dari ritual Islam, tapi ada strategi olahan isu ibadah jadi industri. Sempurna. Dua kekuatan bersatu; justice religi dan kapitalisme. Tidak melawan arus setan.

Begitu juga Visit Sumenep. Gunakan cara olahan isu kebutuhan jasmani dan kebutuhan kapital. Libatkan agen-agen wisata yang ada. Sama dengan agen travel haji dan umroh. Agen-agen itulah menyebar ke pelosok gang desa, yang susah mati menarget banyak orang agar berkunjung ke Arab Saudi. Sampai ada strategi umroh dulu, bayar kemudian.

Banyak orang berebut umroh dan haji hingga antre tahunan, tentu efek dari strategi olahan isu agama dan industri. Orang se dunia dibuat praktis. Sediakan uang. Duduk manis sudah sampai di Arab Saudi. Apalagi diembelin, bonus tiket surga. MasyaAllah.

Bagaimana, jika pola industri umroh dan haji diadopsi dalam Visit Sumenep? Gimana ya..terserah. Saya kan hanya nawarkan solusi sangat sederhana dalam mensukseskan Visit Sumenep. Saya ingin Visit Sumenep sukses yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumenep.

Jika pola industri umroh hendak diadopsi, pertanyaannya; maukah Pemkab Sumenep atau dinas terkait merangkul dan menggerakkan agen-agen travel lokal Sumenep sebagai mobilisator wisatawan ke Sumenep? Kalau benar ada kemauan kan tinggal bicara teknis implementasinya. Toh, para agen travel wisata di Sumenep itu banyak yang berinisiatif sendiri. Mereka antar wisatawan ke sejumlah objek wisata lalu pulang. Begitu terus. Tanpa menunggu laporan selesai.

Bersambung…

* Jurnalis di Sumenep, Madura.

Exit mobile version