Religi

Dzun An-Nun Al-Mishri; Peletak Paham Makrifatullah (2)*

×

Dzun An-Nun Al-Mishri; Peletak Paham Makrifatullah (2)*

Sebarkan artikel ini
Dzun An-Nun Al-Mishri; Peletak Paham Makrifatullah (2)*
Maqam Dzun Nun al-Mishri yang ramai dikunjnungi peziarah sumber foto: alifbraja.wordpress.com

Makrifatullah menurut Dzun An-nun adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati). Sebab dalam hati manusia sudah mengenal Allah sejak awal penciptaan. Alastu birabbikum qalu bala syahidna, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi.” (QS: Al-A’raf: 172).

MataMaduraNews.com-Pengetahuan makrifatullah dimaksud Dzun An-Nun adalah pengetahuan khusus yang dimiliki para wali Allah. Melalui hati yang bening memamancar pengetahuan hati setelah hijab duniawi tersingkap. Namun, pemancaran hati itu terjadi setelah Allah Swt menyinari hati bening melalui cahaya Allah (nurullah). Pengetahuannya dituntun oleh Allah Swt.

Makrifatullah tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal atau pembuktian empirik. Makrifatullah hanya bisa ditempuh melalui jalan olah hati, ruh dan rasa.

Untuk melalui jalan bathin tersebut, para salik (pejalan) seperti biasa melakukan etape yang ditentukan oleh mursyid. Penentuan etape (tangga) disesuaikan dengan kemampuan spiritual salik. Dari setiap etape itu, mursyid yang sudah mencapai makrifatullah-bisa mengukur station yang dijumpai salik (murid). Termasuk pengetahuan-pengetahuan bashirah sebelum menginjak kepada pengetahuan ruh yang terkahir pengetahuan rasa (makrifatullah).

Dalam beberapa kitab tasawuf, Dzun An-Nun-lah yang menjelaskan tentang istilah ahwal (kondisi bathin) dan maqamat (kedudukan) serta dzauq (cita rasa) salik sebelum mencapai makrifatullah (mengenal Allah).

Penjelasannya tentang istilah tersebut mempertegas isyarat hasil salik sebelum meraih makrifatullah. Isyarat-isyarat bathin itu menjadi bagian terkecil dari sifat nurullah (cahaya Allah) yang menghampiri para pencari Allah Swt.

Term makrifatullah yang dicetuskan Dzun An-Nun sebatas isyarat dan kisah-kisah para sufi dan hasil laku para salik. Penjelasan secara rici tentang makrifatullah diulas panjang oleh Imam al-Ghazali, sufi beberapa generasi setelahnya. Setelah al-Ghazali mengurai pengetahuan Ilahi (makrifatullah) melalui pencaran Nur Ilahi (Nurullah), pada generasi berikutnya, term makrifatullah dikembangkan oleh Syech Suhrawardi dengan Filsafat Isyraqi (illumination). Buah pemikiran Syech Suhrawardi ini dikenal oleh kalangan pemikir Islam sebagai pencetus Epistemologi Islam. Sebuah ilmu yang mengajarkan metode dalam memperoleh kebenaran pengetahuan sejati (hakiki) dalam Islam.

Al-Ghazali mengulas makrifatullah dalam kitab Misykat Al-Anwar (relung cahaya). Judul kitab ini merujuk kepada sejumlah ayat al-Qur’an yang berbicara tentang nur (cahaya). Seperti, Allah nur al-samawati wa al-ardh (Allah adalah cahaya langit dan bumi).

Di kitab Misykat Al-Anwar ini, al-Ghazali mengurai apa yang disebut filsafat cahaya. Ulasannya ingin menjelaskan kebenaran sejati hanya didapat dalam nurullah (cahaya Allah). Dan kitab Misykat ini, menjadi cikal bakal lahirnya epistemologi Islam yang dikembangkan oleh pemikir muslim setelahnya.

Menurut al-Ghazali, cahaya sejati adalah cahaya Ilahi (Nur Ilahi). Sebab, semua cahaya disebabkan cahaya mutlak. Allah Swt adalah cahaya mutlak itu. Nur fauqa nur (cahaya di atas cahaya).

Pada generasi berikutnya, kajian filsafat cahaya (Misykat Al-Anwar) diulas oleh Suhrawardi al Maqtul melalui Filsafat Isyraqi (pantulan cahaya/illumination). Menurut Suhrawardi, tingkat intensitas penampakan cahaya tergantung pada tingkat kedekatan subjek dengan cahaya segala cahaya (Nur Al-Anwar) yang merupakan sumber segala cahaya. Semakin dekat subjek dengan sumber segala cahaya yang paling sempurna, berarti semakin sempurna cahaya tersebut. Begitu pula sebaliknya.

Dalam kitab Misykat Al-Anwar, al-Ghazali menjelaskan bahwa para Sufi dalam meraih makrifatullah melalui metode pancaran cahaya (iluminasi). Sebab, kata al-Ghazali, substansi cahaya hanyalah Allah. Sementara cahaya-cahaya lain bersifat majazi.

Lantas bagaimana cara memancarkan Nur Ilahi itu?

*Disadur dari berbagai sumber
BERSAMBUNG…..

KPU Bangkalan