Kesehatan

Ini Penjelasan Kadinkes Sumenep Soal Pelayanan Puskesmas Bluto

×

Ini Penjelasan Kadinkes Sumenep Soal Pelayanan Puskesmas Bluto

Sebarkan artikel ini
Ini Penjelasan Kadinkes Sumenep Soal Pelayanan Puskesmas Bluto
Ruang tunggu loket pendaftaran Puskesmas Bluto, Sumenep. (Foto Istimewa/SJP)

MataMaduraNews.comSUMENEP-Keluhan pelayanan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Bluto, Kabupaten Sumenep, yang datang dari Irmayanti, warga Desa Lobuk, Jumat (02/02/2018) lalu, akhirnya direspon Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.

Kepala Dinkes Sumenep, dr A Fatoni mengatakan, dari penelusuran yang dilakukannya, diketahui pasien datang ke Puskesmas Bluto di luar jam kerja.

”Pasien datang diluar jam kerja, di atas jam 1 siang,” tuturnya saat dihubungi sejumlah media, Rabu (07/02/2018).

Dari hasil klarifikasi yang diterima Dinkes dari Puskesmas Bluto, Fatoni menjelaskan, saat itu keluarga bersama pasien (ibu dan anaknya, red) dibawa ke UGD untuk diperiksa, karena poli anak saat itu sudah tutup. Setelah dari UGD, sudah selesai diperiksa, diberi resep oleh dokter yang memeriksanya.

”Terus resepnya itu dikremes di tangan, jadinya kertas resep dokternya itu lecek. Oleh salah seorang dr Gigi yang ada diluar, ditanyakan, resepnya kenapa dijatuhkan ibu,” imbuhnya.

Kesimpulan sementara, pasien kemungkinan tersinggung karena ditegur soal resep dokter yang sampai lecek. Ditambah lagi, kondisi anaknya waktu itu sedang rewel.

”Mungkin karena diingatkan, mungkin karena anaknya rewel juga, mbaknya itu (ibu pasien) langsung naik emosi gitu. Jadi kalau dikatakan di situ sampai nangis-nangis, enggak ada,” terang Fatoni.

Usai melakukan penebusan obat, sebelum pulang yang bersangkutan diberi koin respon pelayanan oleh petugas. Ternyata, ia meletakkan koin yang dimaksud di boks puas.

”Di situ (Puskesmas, red) ada smile box, mbaknya itu naruh koin di kotak puas. Kalau merasa tidak puas, harusnya tidak menaruh koin di boks puas. Nah, ini menyatakan puas,” tegas Fatoni.

Mantan Kepala Puskesmas Rubaru tersebut menambahkan, pihaknya tetap yakin pelayanan yang diberikan di setiap Puskesmas sudah maksimal. Bahkan bisa dipantau, karena sudah menggunakan CCTV.

”Di sana ada CCTV, kami tidak melihat wajah mbaknya sedih, biasa-biasa saja kok, gak tahu kok bisa sampai seperti ini,” ucapnya, heran.

Saat dikonfirmasi kembali, Irmayanti, secara tegas menyampaikan, dirinya datang ke Puskesmas untuk memeriksa sang anak bukan pada jam 1 siang seperti disampaikan pihak Puskesmas.

”Kalau saya dibilang datang jam 1 siang, itu tidak benar, karena saya datang sekitar pukul 11-an,” tuturnya, Rabu (07/02/2018).

Sementara soal resep lecek, ia tidak menampik, karena resep yang diberikan dokter dipegang sang anak. Akan tetapi, ditegaskan bahwa kertas resepnya tidak kotor dan tidak dijatuhkan.

”Yang jelas resep dokter itu tidak jatuh atau dijatuhkan, melainkan tetap dipegang mulai dari UGD sampe ke ruang farmasi. Kalau bilang resep jatuh dan diambilkan oleh dokter di sana, itu tidak benar. Yang benar itu petugasnya marah-marah tidak jelas gitu,” paparnya.

Malahan, ibu satu anak itu mengaku tidak habis pikir. Sebab jika memang gara-gara resep lecek sekalipun, menurutnya tak pantas petugas marah-marah.

”Jika titik masalahnya hanya gara-gara resep dokter yang lecek karena dipegang anak saya, apa pantas langsung marah-marah, katanya pelayanan di Puskesmas harus 3S (Senyum, Sapa dan Santun),” tambahnya.

Ditanya mengenai smile box (koin respon) untuk memberikan penilaian terhadap pelayanan di Puskesmas setempat, Irma menilai keberadaan kotak respon pasien tersebut hanya formalitas.

”Smile box itu kayaknya hanya formalitas saja, wong saat saya mau naruh di box diawasi petugas dan disuruh taruh di kotak puas,” tuturnya.

Alumni STAIN Pamekasan itu bahkan masih mengaku bingung dengan pelayanan di Puskesmas yang kurang ramah. Sebab pasca dirinya curhat lewat media sosial Facebook beberapa waktu lalu, banyak teman-temannya mengaku pernah mengalami perlakukan serupa dari oknum petugas Puskesmas setempat.

”Ada sekitar 5 orang yang curhat ke saya pernah mendapat perlakuan serupa. Kalau memang ada CCTV-nya bagus itu, buka saja biar publik tahu, kalau perlu buka di hadapan kepala Dinas Kesehatannya. Saya berani membuktikan ucapan saya ini, biar ketahuan siapa yang salah,” tandas Irma.

Spn, Mata Madura

KPU Bangkalan