CatatanReligi

Inspiratorku; Doa adalah Kekuatan

×

Inspiratorku; Doa adalah Kekuatan

Sebarkan artikel ini
Inspiratorku; Doa adalah Kekuatan
KH. A. Busyro Karim

Doa adalah kekuatan. Seperti hal senjata dan ekonomi.

Oleh: Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si*

Senjata dengan agresi militernya bisa menumpas pemberontak, sehingga sebuah daerah aman dan damai. Begitu pun dengan ekonomi yang kuat sebuah bangsa, bisa membawa rakyat hidup makmur dan sejahtera. Akan tetapi, ekonomi dan senjata punya kekuatan dan kedudukan yang berbeda dengan doa.

Bagi orang awam, doa merupakan sarana (meminta) kepada Allah SWT agar apa yang menjadi tujuan bisa tercapai.

Rasulullah SAW menyebut doa sebagai jantung ibadah. Selain berharap permintaan dikabulkan, sisi lain dengan lafadz-lafadz juga sebagai ibadah.

Bagi orang mukmin, berdoa sebagai bukti dan pengakuan sebagai hamba yang lemah. Sebaliknya, orang yang malas berdoa menunjukkan keangkuhan sebagai hamba Allah SWT. Dia seperti tidak membutuhkan bantuan Allah SWT.

Orang arifbillah selalu berdoa kepada Allah. Doa itu berupa mohon ampunan dari Allah SWT. Termasuk mendoakan orang lain. Hal itu sebagai wujud pernyataan ketergantungan hamba kepada Allah SWT.

Sementara dalam kehidupan sehari-hari, tanpa sadar, kita sering melakukan doa lewat sarana alias perantara (tawassul). Jadi, mari kita pahami makna kata tawassul.

Menurut Bahasa Indonesia, tawassul memiliki arti mendekatkan diri atau memohon kepada Allah SWT melalui wasilah (perantara) yang memiliki derajat tinggi di hadapan Allah.

Dalam Bahasa Arab, al-Wasilah, secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menggapai sesuatu atau dapat mendekatkan kepada sesuatu. Al-Wasilah bentuk jamaknya adalah wasaa-il.

Bagaimana amal ibadah yang terkategori wasilah yang benar? Yaitu, perbuatan atau beribadah yang memang menjadi perhatian Allah, agar menurunkan rahmat-Nya. Seperti, perut dibiasakan lapar (puasa), Allah akan memberi rahmat kepada orang yang berpuasa. Selalu membaca al-Qur’an, suka mengerjakan shalat malam, selalu membantu orang lain secara ikhlas, memelihara waliyullah (kekasih-Nya), dan banyak amal ibadah lain, yang terkategori wasilah karena bisa mendatangkan rahmat Allah.

Nah, yang perlu ditegaskan di sini soal memeliharan kekasih-Nya. Allah SWT dalam hadits Qudsi berfirman; Barangsiapa yang mengganggu kekasih-Ku, Aku nyatakan perang kepada orang itu. Sebaliknya, barangsiapa yang memerlihara kekasih-Ku, Aku akan memberi rahmat sebagaiman Aku memberi rahmat kepada kekasih-Ku.

Bukankah hidup kita di dunia ini hanya berharap rahmat Allah? Rahmat Allah merupakan bagian dari rahasia Allah. Setidaknya, kita berbuat atau beribadah mencari cara agar bisa meraih rahmat-Nya.

Dengan metode apa? Banyak ajaran Islam yang tekandung di al-Qur’an dan al-Hadis Nabi SAW yang menjelaskan sejumlah amal ibadah untuk meraih rahmat-Nya. Amal ibadah itulah bagian dari wasilah (perantara) untuk meraih rahmat-Nya.

Nabi Muhammad SAW pun melakukan pendekatan (wasilah) kepada Allah SWT setiap akan memanjatkan doa kepada Allah SWT.

Apa itu? Nabi SAW pasti mendahului dengan membaca surat al-Fatiha, sebelum memohon bantuan kepada Allah. Apa maknanya? Nabi SAW sadar bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. Sedangkan al-Fatiha merupakan induk atau intisari al-Qur’an.

Dengan membaca al-Fatiha itu, Nabi SAW berharap mendapat rahmat Allah karena membaca intisari al-Qur’an. Setelah itu, baru memohon pertolongan (berdoa) kepada Allah SWT.
BERSAMBUNG….

*Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al Karimiyyah, Beraji, Gapura, Sumenep.

KPU Bangkalan