K Arsyad Hafiluddin, Tokoh Sumenep Award 2017 Kategori Guru Ngaji

×

K Arsyad Hafiluddin, Tokoh Sumenep Award 2017 Kategori Guru Ngaji

Sebarkan artikel ini
K Arsyad Hafiluddin, Tokoh Sumenep Award 2017 Kategori Guru Ngaji
K. Arsyad Hafiluddin, Tokoh Guru Ngaji dalam Sumenep Award 2017.

DIRIKAN LANGGAR DEMI AJARKAN KITAB SUCI

MataMaduraNews.comSUMENEP – Lelaki sepuh ini tampak sederhana. Ia kelihatan apa adanya, dengan segala keramahtamahan dan kelemahlembutan sikapnya. Aktivitasnya selain sebagai petani/pekebun, hanya seorang guru ngaji di pelosok desa. Ialah K Arsyad Hafiluddin. Warga Dusun Kotte, Desa Longos, kecamatan Gapura, Sumenep tersebut, lahir di tahun ketiga pasca kemerdekaan, yakni tepat tanggal 05 Oktober 1948.

Kiai Arsyad, demikian namanya lebih dikenal, mulai menimba ilmu di sebuah pondok pesantren bernama Ponpes Ainul Yaqin Lambicabbi, Desa Gapura Tengah, Kecamatan Gapura. Selama mondok, ia memang dikenal tekun dalam hal ilmu mengaji Al Qur’an dan Kitab. Lalu setelah kurang lebih 3 tahun menjalani pendidikan pesantren, ia kembali ke Desa Longos untuk kemudian mempersunting seorang wanita di desa yang sama, yaitu Nyai Sudawa.

Seiring berjalannya waktu, ayah dari Fadhilatus Zahroh tersebut berpikir bahwa di Dusun Kotte, RT 003 RW 003, tempatnya tinggal belum ada tempat pendidikan atau langgar ngaji. Maka dengan inisiatif yang begitu tinggi mengajarkan kitab suci, Kiai Arsyad mencoba untuk menggagas niat suci dimaksud dengan cara bersilaturahim pada warga sekitar. Dengan hidayah dan ridha Allah SWT, respon masyarakat pada waktu itu sangat baik, sehingga akhirnya didirikanlah sebuah langgar ngaji dengan swadaya masyarakat dan berdiri apa adanya (langgar Tabing) pada tahun 1970.

Setelah berhasil mendirikan langgar ngaji, rupanya Kiai Arsyad belum lega. Ia tidak merasa puas dengan hanya memiliki ilmu mengaji Al Qur’an dan kitab. Kiai Arsyad tetap berkeinginan untuk menuntut ilmu kembali di sebuah sekolah formal, yaitu di MI Nasy’atul Muta’allimin (Nasa) Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura.

Pendidikan di MI Nasa hanya berlangsung sejak 1970 sampai 1975. Kiai Arsyad tidak dapat menyelesaikan pendidikan formalnya disebabkan banyak hal lain yang menjadi pertimbangan. Di antaranya waktu yang sangat tidak memunkinkan, karena dua kali dalam sehari semalam harus mengasuh santri. Di samping itu, ia juga harus bertanggung jawab terhadap kehidupan rumah tangganya. Sehingga, memutuskan fokus mengajar ngaji saja dan mengurusi keluarga.

Sejak langgar ngaji berdiri hingga tahun 2017 kini, sudah berbilang tahun lamanya Kiai Arsyad menggembleng banyak santri. Tetapi langgar ngaji atau musholla yang diasuhnya belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah pusat maupun daerah dalam bentuk apapun, baik berupa sarana maupun prasarana. Padahal, ia tidak pernah mengambil iuran dari para wali santrinya.

Beruntung, pada tahun 2014 silam datang seorang Hamba Allah (maaf tanpa menyebutkan nama) yang bermaksud untuk membantu membangun langgar ngaji Kiai Arsyad sampai dengan selesai. Sejak itulah langgar ngaji-nya diresmikan lalu diberi nama Musholla Usman bin Affan.

Kini Kiai Arsyad membimbing para santrinya yang berjumlah puluhan orang (putra-putri) setiap pukul 18.00 – 20.00 WIB dengan mengaji Al Qur’an. Di siang hari, ia juga mengajar kitab pada pukul 13.00 – 15.00 WIB.

| Tim Penilai Sumenep Award 2017 Kategori Tokoh Guru Ngaji

KPU Bangkalan