Kabar Baik, Sekolah Calon Bayi Guru Budi Ditanggung Negara

×

Kabar Baik, Sekolah Calon Bayi Guru Budi Ditanggung Negara

Sebarkan artikel ini
Kabar Baik, Sekolah Calon Bayi Guru Budi Ditanggung Negara
Istri mendiang Ahmad Budi Cahyanto, Sianit Shinta (kanan) menerima kunjungan Pengurus PGRI yang ikut berbelasungkawa di Desa Tanggumung, Sampang, Jawa Timur, Sabtu (03/02). (Foto Istimewa/Antara Foto)

MataMaduraNews.comSAMPANG-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menyiapkan bantuan beasiswa kepada calon anak dari almarhum Ahmad Budi Cahyanto yang meninggal dunia, Kamis (01/02/2018), akibat dianiaya oleh muridnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, beasiswa itu sebagai bentuk kepedulian dan rasa tanggung jawab pemerintah atas pengabdian guru Budi di bidang pendidikan.

Hal itu dituturkannya saat mengunjungi kediaman Ahmad Budi Cahyanto di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Sabtu (03/02/2018).

”Beasiswa Kemendikbud ini untuk diberikan bagi anaknya kelak. Istri mendiang kini tengah hamil 5 bulan. Itu nanti ada mekanisme khusus dalam membantu putra atau putrinya setelah ia besar,” kata Hamid seusai takziah di rumah duka di Sampang.

Menurut Dirjen Dikdasmen, pemerintah rencananya memberikan SK pengangkatan PNS istimewa terhadap ayah korban, M Satuman Ashari, yang menjadi guru honorer hampir 20 tahun.

Namun, karena terganjal aturan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN), pemerintah hanya bisa menyiapkan beasiswa.

”Tadi malam komunikasi dengan BKN, ternyata aturannya tidak bisa sehingga dialihkan memberikan bantuan beasiswa kepada anaknya,” ujarnya.

Hamid mengakui sangat menyesalkan peristiwa meninggalnya guru seni rupa yang dianiaya muridnya itu. Sebab, penganiayaan berujung korban jiwa tak layak terjadi, khususnya di Pulau Madura.

Karena, Madura masih kental dengan budaya dan ajaran tentang siapa yang harus dipatuhi seorang anak, yakni ‘bhuppa’, bhabbu’, ghuruh ratoh’ (ayah, ibu, guru, raja). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Madura sangat peduli dengan tata krama, termasuk menghormati guru.

”Slogan inilah yang selalu dijadikan sebagai panutan masyarakat Madura sejak dulu, tapi ada pergeseran, seharusnya guru dijunjung tinggi dihormati malah jadi korban jiwa akibat dianiaya siswa,” katanya.

Kehadiran Hamid disambut langsung ayah alm Budi, yakni M Satuman Ashari. Ia sempat berbincang bersama istri, Sianit Sinta untuk menyampaikan belasungkawa meninggalnya guru seni rupa tersebut.

Kemudian, rombongan Kemendikbud juga menyempatkan doa dan tahlil bersama dengan para anggota PGRI di Madura yang hadir kala itu. Bahkan Hamid sempat mengunjungi sekolah tempat mengajarnya alm Budi di SMA Negeri 1 Torjun.

Sumber: Suara.com

KPU Bangkalan