Opini

Kembalikan Budi dalam Dunia Pendidikan

×

Kembalikan Budi dalam Dunia Pendidikan

Sebarkan artikel ini
Kembalikan Budi dalam Dunia Pendidikan
A. Dardiri Zubairi. (Foto Istimewa/Mata Madura)

Oleh: A. Dardiri Zubairi*

Dari kemarin sebenarnya saya ingin menulis agak panjang soal kasus penganiayaan seorang siswa terhadap gurunya, Mas Budi, yang menyebabkan kematian. Tapi saya tahan. Sejak kemarin wafatnya Mas Budi terasa menyesakkan bagi saya. Saya tak mampu menyelami ruang bathin orang-orang terdekat Mas Budi, taruhlah sang istri yang saat ini mengandung 4 bulan.

Ijinkan sekarang saya menulis beberapa hal terkait dengan kasus kemarin. Mohon maaf jika dalam tulisan masih terlihat emosional. Sebagai seorang guru, saya merasakan betul, tak mudah menjadi guru seperti juga mas Budi di tengah desain pendidikan seperti sekarang. Saya akan mencoba meletakkan kasus wafatnya Mas Budi dalam konteks yang lebih luas.

1/Pendidikan saat ini kehilangan budi pekerti. Juga kehilangan akal sehat. Rancang bangun pendidikan hanya diperuntukkan untuk melahirkan anak didik yang sekedar menjadi sekrup dari sistem sosial-ekonomi yang menindas terutama masyarakat kecil yang melahirkan siswa dan guru itu sendiri. Dalam rancang bangun yang seperti ini, tak banyak yang bisa dilakukan soal pendidikan budi pekerti, soal pendidikan karakter.

2/Soal lanjutannya, karena rancang bangun pendidikan seperti itu maka yang muncul adalah nihilnya kepekaan anak didik terhadap masyarakat yang melahirkannya. Hilangnya kepekaan ini menyebabkan anak didik pongah, cuek, dan hanya mementingkan kesenangan sendiri. Silahkan cek, seberapa besar pendidikan dalam realitasnya mengakomudasi pembentukan karakter (termasuk berbasis pendidikan agama), sastra, dan ilmu-ilmu sosial kritis? Satu contoh saja dalam pembelajaran sosiologi di jurusan IPS, kontennya diarahkan agar siswa manut sama perubahan sosial yang dicitakan kapitalisme.

3/Pendidikan saat ini dipersempit hanya jadi sekolah. Masyarakat dan keluarga seperti mengalami disorientasi sehingga keberadaannya tak banyak menopang pendidikan.

4/Keluarga sebagai sekolah budi pekerti yang sejati juga makin kehilangan perannya. Ayah dan ibu makin sibuk. Anak dibiarkan bertarung dengan kekuatan-kekuatan di luar keluarga sendiri, semisal bandar narkoba, geng liar, dan sub kebudayaan lain yang cenderung anti-sosial. Keluarga kadang hanya ingat soal pendidikan anaknya ketika mengambil rapor. Komunikasi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak tak pernah dilakukan. Ketika ada masalah baru datang ke sekolah, itu pun kadang dengan perasaan dongkol dan ucapan tak santun. Sudah jelas salah, malah dibela.

5/Guru memang tidak suci. Tetapi tidak adil jika setiap ada masalah ditimpakan sama guru. Di tengah kesibukannya mendidik dan mengajar kadang masih disibukkan dengan urusan-urusan administratif yang diwajibkan oleh induknya, baik Kemendiknas maupun Kemenag. Urusan-urusan administrarif ini terkadang tidak banyak berhubungan dengan tugas mengembangkan kompetensinya sebagai seorang guru.

6/Poinnya, kembalikan pendidikan sebagai tempat menyemai karakter anak dan membangun kepekaan dan sikap kritisnya terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakatnya. Runtuhkan sekolah dengan tembok tebal yang selama ini mengungkung dan menjadikan siswa tidak tahu dunia sekelilingnya. Dalam soal ini, tak perlu malu belajar sama pesantren.

7/Sepertinya perlu ada gerakan nasional menjadikan keluarga sebagai penopang pendidikan. Perlu terus dicarikan model ideal bagaimana membangun sinergi keluarga dan sekolah.

8/Pendidikan tak bisa berjalan sendiri dalam menyiapkan anak didik yang berkarakter kuat, memiliki kepekaan, dan cerdas. Institusi di luar harus bertanggungjawab juga. Tontonan palsu yang sering dilakukan para politisi dan kerakusan pemodal yang terus menjarah SDA, penegak hukum yang –meminjam puisi Gus Mus–jalannya miring, budayawan yang melahirkan karya kering harus dihentikan. Soalnya, di dalam dan di luar institusi pendidikan para anak didik telah kehilangan figur.

9/Kasus wafatnya Mas Budi ini semoga membuka mata bathin kita semua bahwa permasalahan pendidikan kita saat ini kompleks dan perlu sinergi untuk mengurainya.

10/Semoga Mas Budi husnul khatimah, dan keluarga yang ditinggal diberi ketabahan dan kekuatan oleh Allah SWT.

11/Anak yang menganiaya Mas Budi biar kita serahkan sama pengadilan. Dia layak untuk memperoleh hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Sebaiknya hindari untuk mem-bully secara berlebihan. Kita berdoa saja, semoga anak ini bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari kasusnya, dan dia jadi bermakna bagi kehidupan orang lain di masa yang akan datang. Amin.

Pulau Garam | 3 Pebruari 2018

*Kepala MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, Gapura dan Wakil Ketua PCNU Sumenep.

Sumber: FB A Dardiri Zubairi

KPU Bangkalan