Religi

Kiai Aji Gunung Sampang; Guru Para Wali Besar di Madura

×

Kiai Aji Gunung Sampang; Guru Para Wali Besar di Madura

Sebarkan artikel ini
Pintu masuk (gapura) makam Kiai Aji Gunung, Sampang. (Foto/Ist)
Pintu masuk (gapura) makam Kiai Aji Gunung, Sampang. (Foto/Ist)

MataMaduraNews.com, SAMPANG – Kabupaten Sampang memiliki banyak situs bersejarah. Situs yang berkaitan dengan jejak pemerintahan masa silam, maupun jejak para tokoh ulama yang merupakan mata rantai sanad keilmuan agama Islam di Madura. Salah satu situs bersejarah di kota ini ialah situs pasarean Kiai Aji Gunung alias Raden Qobul atau Raden Kabul menurut lidah masyarakat Madura.

Kiai Aji Gunung merupakan salah satu ulama besar di Madura, sekaligus salah satu waliyullah akbar di nusa garam ini. Pengakuan ini memiliki banyak dasar. Salah satunya ialah kenyataan bahwa di masa lampau, Kiai Aji Gunung dikenal sebagai guru banyak ulama sekaligus wali besar di Madura. Di antara santrinya yang terkenal ialah Kiai Agung Raba Pamekasan (Kiai Abdurrahman), Kiai Abdul ‘Allam Prajjan Sampang, dan Kiai Abdul Jabbar alias Buju’ Napo Omben, Sampang.

Asal-Usul
Ada beberapa versi mengenai asal-usul Kiai Aji Gunung. Jika diambil secara garis besar, sedikitnya ada tiga versi yang menjelaskan mengenai latar belakang Kiai Aji Gunung.

Versi pertama mengatakan jika Kiai Aji Gunung berasal dari Bangkalan. Kiai Aji Gunung disebut sebagai putra dari Empu Bageno, patih Bangkalan di masa Kiai Pragalba, penguasa Bangkalan. Empu Bageno ini diriwayatkan masuk Islam berkat perantara Sunan Kudus. Peristiwa masuk Islamnya Empu Bageno ini merupakan awal mula berkembangnya Islam di Madura Barat. KeIslamannya disusul oleh Kiai Pratanu alias Panembahan Lemah Duwur, putra Pragalba. Sementara Pragalba sendiri (sebagai penguasa yang mengutus Bageno belajar Islam pada Sunan Kudus) diriwayatkan masuk Islam dengan isyarat anggukan sebelum wafatnya, sehingga dikenal dengan nama Pangeran Islam Onggu’.

Versi selanjutnya juga tetap bersambung ke Bangkalan. Namun di versi kedua ini, Kiai Aji Gunung disebut sebagai putra Pangeran Mas, Arosbaya. Pangeran Mas adalah putra Kiai Pratanu, sekaligus saudara Pangeran Tengah yang menurunkan Raden Prasena alias Cakraningrat ke-I, Bangkalan. Sehingga menurut versi ini justru Kiai Aji Gunung adalah cicit Pangeran Islam Onggu’, sekaligus saudara sepupu Cakraningrat ke-I.

Sementara versi ketiga ialah catatan beberapa keluarga di Sampang dan Bangkalan. Salah satunya ialah buku biografi Kiai Haji Abdullah Schal Bangkalan. Dalam beberapa catatan tersebut, Aji gunung disebut keturunan pancer (pancaran laki-laki) dari Sunan Manyuran Mandalika alias Sayyid Haji Utsman bin Ali Murtadla. Sayyid Ali Murtadla adalah saudara kandung Suhunan Ampel, Surabaya. Berdasar versi ini, Aji Gunung merupakan golongan saadah (kata jamak bagi sayyid, sebutan bagi keturunan pancer dari Rasulullah SAW).

Perbedaan versi tersebut dalam catatan tokoh-tokoh besar memang suatu hal yang banyak dijumpai. Terkadang memang distorsi yang ada itu diciptakan, terutama di masa kolonial Belanda. Banyak nasab tokoh-tokoh besar Islam yang disambungkan ke golongan aristokrat kuna, seperti penyebutan beberapa tokoh penting baik yang di lingkaran kekuasaan maupun yang bukan ke keluarga bangsawan Majapahit sebagai kerajaan terbesar Nusantara. Tujuannya bisa sebagai bentuk legitimasi. Namun juga ada tujuan atau misi kolonial untuk menyebarkan asumsi bahwa tokoh-tokoh besar Islam di Madura berasal dari keluarga bangsawan Hindu atau Budha.

Pemutar balikan fakta itu terungkap saat ada informasi yang dikeluarkan dalam buku resmi pemerintahan yang bertolak belakang dengan catatan-catatan kuna yang dimiliki beberapa keluarga atau klan. Bisa ditebak, di masa itu versi resmi pemerintah yang menang. Namun mengenai Aji Gunung, perbedaan versi mengenai nasabnya tersebut tidak bisa mengurangi kebesaran jejak kehidupannya yang telah terpatri dengan tinta emas sejarah.

Kehidupannya
Sebutan Kiai Aji Gunung memiliki beberapa arti. Sebutan Kiai merupakan sebutan tokoh yang sangat dihormati. Khusus di Madura, gelar kiai digunakan untuk menyebut tokoh berdarah biru. Baik tokoh di kalangan bangsawan tempo dulu, maupun tokoh yang alim di bidang agama. Di kalangan keraton, penguasa yang menggunakan gelar kiai di jaman sebelum masuknya kolonial Belanda di antaranya, Kiai Demang Plakaran, Kiai Pragalba, Kiai Pratanu, dan lain-lain.

Sebutan Aji biasa dipakai bagi kalangan tokoh agama masa lampau di wilayah Madura Barat. Aji atau lengkapnya Kiai Aji merupakan kependekan dari kiai atau guru mengaji. Setelah Kiai Aji, biasanya disandingkan dengan tempat domisili tokoh yang bersangkutan. Seperti Kiai Aji Gunung (Gunung Sekar Sampang), Kiai Aji Selase (Petapan Bangkalan), dan sebagainya. Kadang juga disandingkan dengan julukan tokoh, seperti Kiai Aji Pandita, yang makamnya ada dua yaitu di Jipen Bangkalan, dan Teja Pamekasan.

Kisah awal mula Kiai Aji Gunung menetap di Sampang belum diketahui secara pasti. Namun yang jelas, dari beberapa versi asal-usul Aji Gunung bisa dipastikan jika beliau bukan asli Sampang. Dalam sebuah sumber di sebuah website, Aji Gunung diperintahkan ayahnya untuk menetap di Sampang.

Kealiman dan karomah yang dimiliki Aji Gunung tercium oleh masyarakat Madura sehingga tidak sedikit tokoh-tokoh besar yang nyantri pada beliau, seperti yang diantaranya telah disebut di awal tulisan. Banyak kisah-kisah legenda antara Aji Gunung dan para santrinya. Namun yang jelas, melalui para santri beliau inilah kemudian transfer keilmuan beliau terus berkembang hingga saat ini di Madura.

Kiai Aji Gunung juga disebut memiliki beberapa keturunan, salah satunya ialah Kiai Ahmad Jrangoan, cikal bakal Ponpes Al-Ihsan Jrangoan, yang sekaligus juga merupakan leluhur Kiai Abdullah Schal Bangkalan. Kiai Aji Gunung wafat dan dimakamkan di kompleks pemakaman yang saat ini dikenal dengan kompleks Asta Aji Gunung di Kelurahan Gunung Sekar, Kabupaten Sampang, Madura. Makamnya hingga sekarang dikeramatkan dan ramai diziarahi banyak orang. (R B M Farhan Muzammily)

KPU Bangkalan

Respon (1)

  1. Mohon jika mengetahui ulama besar sumenep an. Kyai Hi. muhammad ibrahim yang berumur ratusant tahun salah satu murid bliau bpk Tri Sutrisno mantal wakil presiden dari wil kraton sumenep berkenan hub no 082328555455 dari poso sulteng.atas bantuan trtima kasih.

Komentar ditutup.