Advertorial

Kisah Pengusaha Mebel Bermitra Dengan BPRS

×

Kisah Pengusaha Mebel Bermitra Dengan BPRS

Sebarkan artikel ini
Kisah Pengusaha Mebel Bermitra Dengan BPRS

Bisnis mebel di Madura sudah ada sejak lama. Tapi, potensi pasar mebel tetap terbuka lebar. Durrahman (42), pengusaha mebel Desa Jalmak, Kecamatan Kota Pamekasan, merespon peluang itu. Dia memproduksi aneka mebel sesuai selera pemesan.

DurrahmanMataMaduraNews.comPAMEKASAN-Furniture atau perlengkapan rumah tangga menjadi salah kebutuhan masyarakat konsumtif. Selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan papan, seperti tempat tinggal menjadi opsi kebutuhan yang mendesak.

Kebutuhan papan pada awalnya menjadi kebutuhan manusia untuk sekadar tempat tinggal. Dalam perkembangannya, tempat tinggal keluarga menjadi kebutuhan untuk memperindah sebagai sarana istrihat setelah mengarungi kepadatan aktivitas di luar rumah.

Pola hidup masyarakat modern ini yang pada gilirannya memiliki dampak terhadap peningkatan ketertarikan dan permintaan masyarakat terhaap aneka furniture (mebel). Peluang ini menjadi kesempatan berwirausaha bagi mereka yang memiliki keterampilan bidang mebel. Tentu saja, peluang bisnis ini butuh modal yang kuat untuk menopang produksi aneka jenis furniture.

Awal Usaha Mebel
Untuk memulai usaha furniture (mebel) modal usaha memang menjadi salah satu syarat mutlak. Selain pengalaman dan keahlian dalam memproduksi aneka jenis kelengkapan rumah tangga. Namun, modal usaha untuk bisnis ini bisa disesuaikan sesuai kemampuan dan selera pasar. Jika tidak punya banyak modal, bisa memproduksi setelah ada yang order.

Model awal usaha ini yang dialami Durrahman (42), pengusaha mebel Desa Jalmak, Kecamatan Kota Pamekasan. Pria asal Desa Kalianget Barat, Kecamatan Kalianget, Sumenep ini, membuka usaha mebel sejak tahun 2010.
Durrahman punya inisiatif buka usaha mebel setelah ada yang pesan untuk membuatkan pintu rumah. Dia berpikir, respon order orang agar dibuatkan pintu rumah menjadi titik awal melecut berwirausaha.

”Awal mula ada yang pesan kusen dan pintu rumah. Itu awal saya ingin buka usaha mebel,” kenang Durrahman.
Sebelumnya, Durrahman hanya menjadi pekerja mebel di Kalianget Barat, Sumenep. Pekerjaan itu ia lakoni sebelum berkeluarga ke Pamekasan.

Saat menikah pun ia masih ngikut orang menjadi pekerja mebel. Beberapa tahun setelah menikah, dengan pengalaman menjadi pekerja mebel, Durrahman memberanikan diri membuka usaha mebel sendiri.

Sejak 1997 Durrahman menetap di Jalmak setelah menikah dengan Sri Rukmiyati (41). Di depan rumah istrinya, ada sisa tanah. Di lokasi itu, ia membuka usaha mebel seadanya. Berdinding bambu seluas 4×6 m2, Durrahman mengawali produksi pintu rumah dan jenis furniture lainnya sesuai permintaan warga.

Butuh Modal Usaha
Awal buka usaha mebel, Durrahman terbilang lancar. Terbukti, respon dari pelanggan berdatangan. Tapi ia masih berpikir modal untuk merekrut karyawan. Maka ia berpikir untuk mencari pinjaman modal usaha. Pilihan jatuh kepada Bank BPRS Bhakti Sumekar Cabang Pamekasan.

Dia mengajukan pinjaman modal usaha dalam bentuk pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM). Setelah permohonan diajukan, dalam waktu singkat, Durrahman mendapat pinjaman sebesar Rp 10 juta.

”Bekerjasama dengan BPRS nyaman ketimbang bank lain, Mas. Tak banyak pertanyaan dan prosedur. Lebih cepat dan tak berbelit-belit. Apalagi kami butuhnya mendadak. Tinggal petugas survei meninjau lokasi kami, besok langsung cair,” aku Durrahman.

Dengan suntikan modal dari BPRS Bhakti Sumekar tahun 2010, Durrahman baru berani merekrut empat orang pekerja. Tiga orang langsung diikat menjadi pekerja tetap. Sedangkan satu pekerja menjadi freelance. Sewaktu banyak pemesan, pekerja freelance dipanggil. Dia memiliki keahlian khusus untuk memenuhi permintaan pelanggan. Sayang, Durrahman tidak menyebut keahlian dimaksud.

Jika pemesan menumpuk dengan permintaan mendesak untuk diselesaikan, Durrahman memanggil pekerja lain. Hal itu dilakukan untuk melayani sesuai permintaan konsumen.

”Kadang ada yang mesen waktu cepet untuk diselesaikan. Ya terpaksa, saya nambah pekerja dari luar,” cerita Durrahman.

Usaha mebel Durrahman fokus pada produksi kusen dan pintu rumah serta aneka jenis furniture rumah tangga. Seperti, kursi, lemari pakaian dan lainnya.

Dalam sehari, usaha mebel Durrahman mampu memproduksi 4 hingga 5 pintu rumah. Jumlah itu untuk melayani pemesan. Jika lebih, ia pajang hasil produksinya di depan rumahnya. Untuk produksi lemari dan kursi, Durrahman sengaja menomorsekiankan. Jika ada sisa kayu, ia baru produksi selain kusen dan pintu rumah.

Dengan jumlah produksi yang kian bertambah, Durrahman berpikir untuk menambah pinjaman modal ke Bank BPRS Bhakti Sumekar. Pada tahun 2016, Durrahman mendapat tambahan modal sebesar Rp 50 juta dalam tempo tiga tahun.
Dengan tambahan modal itu, ia pergunakan secara maksimal untuk pengembangan usaha mebel miliknya. Terbukti, dengan tambahan modal tersebut, omzet per bulan juga bertambah.

”Alhamdulillah, setiap bulan hasil jualan mebel saya berkisar Rp 10 juta,” jelasnya.

Usaha mebel Durrahman terbilang pesat. Gudang tempat pekerja semula terbuat dari bambu, kini sudah berganti gedung dengan ukuran 4×6 m2.

Dengan fasilitas itu, usahanya mulai berkembang. Selain memajang produk di rumahnya, ia juga mengirim produknya ke sejumlah daerah di Pamekasan dan Sampang juga ke Kalianget, kampung halaman Durrahman.

Sasaran Market
Produk mebel Durrahman untuk kelas menengah ke bawah. Sasaran pasar itu sengaja dibidik Durrahman karena lebih menjanjikan daripada membidik market menengah ke atas.

Alhasil, respon pasar luar biasa. Produksi kusen dan pintu rumah serta lemari banyak diminati. Sebab, hasil produksi mebel Durrahman tergolong halus dan murah.

Bayangkan, dengan kualitas kayu mahoni, ia patok harga Rp 750 ribu. Dengan pintu berbahan kayu jati super, ia patok harga Rp 1,5 juta. Sedangkan pintu berbahan kayu asia kisaran Rp 750 ribu.

Durrahman-1Selain pintu, Durrahman mematok harga daun jendela plus kaca. Jika daun jendela berbahan kayu jati, ia beri harga Rp 300 ribu.

Harga kusen berbahan kayu mahoni ia patok harga Rp 100 ribu/meter. Jika menggunakan kayu jati super ia patok harga Rp 300 ribu/meter. Jika menggunakan kayu jati lokal, harga jual Rp 150 ribu/meter. Dengan tebal kayu 7×14 cm.
Adapun harga model lemari gantung dua dengan bahan kayu campur, ia patok harga Rp 1,5 juta. Jika menggunakan kayu jati ia beri harga Rp 2,5 juta.

”Harga tergantung kualitas bahan kayu, Mas. Kami siap melayani sesuai permintaan pemesan. Soal kualitas produksi dijamin la,” ucapnya sambil promosi.

Selain jualan hasil produksi mebel, Durrahman juga menjual kayu mentah hasil kulakannya ke sejumlah usaha Somel. Hal itu ia lakukan untuk menambah pendapatan.

inforial

KPU Bangkalan