Religi

40 Hari Ra Fuad Mangkat

×

40 Hari Ra Fuad Mangkat

Sebarkan artikel ini
40 Hari Ra Fuad Mangkat
alm. Ra Fuad Amin

40 hari berlalu. Warga Bangkalan berduka. Mantan Bupati Bangkalan dua periode, periode 2003-2012, R KH Fuad Amin Imron, meninggal dunia Senin sore, 16 September 2019 lalu, di Rumah Sakit Dr Soetomo, Graha Amerta, Surabaya.

Kabar duka ini, kali pertama didapat redaksi Mata Madura, dari M. Hayat, salah satu pendamping desa di Kecamatan Socah.

Dia mengirim chat duka lewat chating ke wa redaksi Mata Madura. Saat ditelepon, Hayat membenarkan informasi itu. Hayat mengaku sudah konfirmasi ke Camat Socah, Rochman dan menyatakan benar info duka Kiai Fuad Amin.

Wartawan Mata Madura di Bangkalan juga membenarkan kabar duka itu. ”Sudah ramai di grup WA di Bangkalan,” terang Syaiful, wartawan Mata Bangkalan.

Informasi yang didapat Syaiful, Senin pukul 16.18 WIB dari Jimhur Saros, aktivis Bangkalan. Kemudian status facebook, Mathur Husyairi, aktivis Bangkalan yang kini menjabat anggota DPRD Jatim.

”Inna lillahi wa Inna ilaihi Raji’un… Allohumma ighfir lahu warhamhu wa’fu’anhu…Selama kita kenal dan sy bekerja sbg aspri, sbg manusia pasti ada salah dan khilaf diantara kita, moga tanpa sebuah pertemuan sdh ada itikad utk saling memaafkan…Selamat jalan, moga Alloh mengampuni dosa-dosa jenengan, dan amal baiknya diterima oleh Alloh SWT…Amiiin…,” tulis aktivis yang mengalami luka tembak ini, pada pukul 16.20 WIB.

Kiai-Priyayi yang Kaya Raya
Kiai Fuad Amin wafat di usia 71 tahun setelah dirawat dua hari di RSU dr Soetomo, VIP Graha Amerta, Surabaya, pada Senin sore, 16 September 2019. Beliau lahir di Bangkalan, pada 1 September 1948, putra sareang dari R KH Amin Imron, cucu Syaikhona Kholil Bangkalan.
Ra Fuad mengaku mendapat harta warisan dari abah dan ibunya.

”Saya sebagai cucu diberi gelar Raden Kiai Fuad Amin Imron. Saat ayahanda wafat, saya menerima warisan lebih kurang Rp 14 miliar dan setahun kemudian ibunda wafat dan mewariskan kepada saya sejumlah uang Rp 19 miliar,” katanya seperti dikutip, republika.co.id, 9 Oktober 2015 silam.

Dilansir dari putusan Mahkamah Agung, Ra Fuad mengaku pada tahun 1997 ia mendapatkan warisan abahnya berupa uang satu lemari. Di dalam lemari itu, emas batangan seberat 8 kg.

Selain uang selemari dan emas, Ra Fuad juga mengaku mendapatkan warisan mobil dan sapi. Jika ditaksir mencapai Rp 12-14 miliar.

Sebagai putra dari cucu Syaikhona Kholil, Ra Fuad juga diwariskan mengelola Asta Syechona Kholil Bangkalan.

Saat Ra Fuad menjabat Bupati Bangkalan periode kedua, Yayasan Asta Syaikhona Kholil mendapat anggaran Rp 36 miliar dari APBD Bangkalan.

Dana itu membangun Masjid dan area Asta Syechona Kholil. Sejak revitalisasi itu, Asta Syaikhona Kholil Bangkalan menjadi objek wisata religi yang digandrungi banyak peziarah dari berbagai kota dan luar provinsi.

Hasil pengelolaan Asta Syaikhona Kholil itu, disebut Ra Fuad terkumpul sekitar Rp 300 juta per bulan. Dana itu, didapat dari parkir kendaraan Rp 30 juta, penginapan dan toilet umum Rp 130 juga. Sisanya dari para peziarah.

Selain kekayaan itu, Ra Fuad juga mengelola berbagai bisnis. Pada usia muda, tahun 1962, Ra Fuad sudah berbisnis jasa TKI dan travel umrah. Serta jual beli tanah. Kekayaan terkumpul berupa hotel, mobil dan tanah. Jika ditotal harta yang diketahui mencapai Rp 414 miliar.

Dirindukan Orang Setelah Tiada
Sosok Ra Fuad memang sangat berkesan di hati banyak orang Bangkalan dan Madura, secara umum. Semasa hidup, almarhum dikenal sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang.

Ra Fuad menjadi sosok pribadi yang kharismatik dan menyisakan kerinduan sepanjang masa bagi pengikutnya.

Saat jenazah almarhum hendak dikebumikan di kampung Martajasah, ribuan peziarah berebut untuk pegang keranda. Sepanjang jalan dari rumah almarhum ke tempat penguburan, berjejer petakziah.

Usai dishalati di Masjid Agung Bangkalan menuju Pasarean Martajesah sejauh 4 kilometer, banyak warga yang membagi-bagikan air mineral untuk diminum para pelayat yang berjalan kaki. Pemandangan warga membagikan air tampak sejak jalan HOS Cokroaminoto hingga ke Desa Martajesah.

Meski jarak ke tempat pasarean sekitar 4 Km, sepanjang jalan disesaki warga. Mereka saling berebut untuk pegang keranda jenazah hingga jelang di shalatkan di Masjid Syechona Kholil sebelum dikubumikan.

Sampai di Martajesah, jenazah Ra Fuad dishalati lagi. Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar memimpin shalat jenazah Ra Fuad. Ra Fuad dikebumikan dekat makam Mbah buyutnya, Syechona Kholil, Bangkalan.

Tahlilan Dipadati Ribuan Orang
Ribuan orang menghadiri acara tahlilan untuk almarhum RKH Fuad Amin Imron di kediaman almarhum, Jl. Letnan Mestu, Kelurahan Kraton, Kec. Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Madura. Seperti di tahlilan hari keempat, Jumat malam, 20 September 2019 lalu.

Pantauan Mata Madura, ribuan jamaah tahlil mulai memadati kediaman Ra Fuad sejak usai shalat Maghrib sampai ba’dha Isya. Mereka berduyun-duyun datang ke kediaman almarhum. Terlihat sejumlah ulama, ustadz, santri, pejabat sampai masyarakat kecil antusias untuk ikut mendoakan Ra Fuad.

Gelar acara tahlil yang diketahui keluarga almarhum tersebar di berbagai tempat. Holifi, salah satu orang dekat almarhum, mengatakan, tahlil untuk Ra Fuad tersebar di beberapa tempat atas inisiatif masyarakat sendiri.

”Tahlil di luar kediaman almarhum atas inisiatif sendiri. Seperti di Jakarta, Banten, Surabaya, Malaysia. Di pelosok desa Bangkalan juga turut menggelar tahlilan mendoakan almarhum,” terang Holifi kepada Mata Madura, kala itu.

Dihadiri Ulama Mekkah
Ulama terkemuka di Makkah, Dr Syaikh Muhammad Bin Ismail Az Zain Al-Makki berkesempatan hadir dalam acara doa dan tahlil atas wafatnya RKH Fuad Amin Imron yang kelima di kediaman almarhum, Sabtu malam, 21 September 2019.

Ulama muda yang memiliki nama lengkap Asy-Syaikh DR.Muhammad bin Ismail bin Usman bin Ali bin Salim bin Abdurrahman bin Abi Ghaits bin Ibrahim bin Ismail bin Muhammad AZ-Zain Al-Makki ini, merupakan tokoh berpengaruh berhaluan Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) bermadzhab Syafi’i yang ada di Arab Saudi. Beliau hadir memimpin alfatihah (pembukaan) dan penutup doa dikhususkan ke almarhum Ra Fuad.

Syaikh Muhammad Ismail tiba sekitar pukul 19.00 (ba’dha) Isya membawa rombongan 30 mobil. Beliau hadir bersama sekitar 4000 ribu jamaah tahlil di malam ke-5, wafatnya Ra Fuad. Sebelumnya Syaikh Muhammad Bin Ismail Az Zain Al-Makki dalam agenda kunjungan ke Madura ini diawali dari Sampang bersilaturahmi kepada alumni santrinya.

Di malam terakhir tahlilan alias tujuh hari, kepergian RKH Fuad Amin Imron, masyarakat yang ikut membaca doa yasin dan tahlil membludak hingga sejauh 500 meter ke arah alun-alun Kota Bangkalan.

Jejeran orang yang ikut tahlilan dari arah barat hingga ke Sanggan sejauh 400 meter. Kalau ke arah timur sampai depan SMP 1 Bangkalan, sejauh 700 Meter. Tak terhitung berapa jumlah masyarakat yang rela hadir dengan antusias. Suasana tahlilan terakhir ini seperti lautan manusia.

Terlihat dari segala lapisan masyarakat Madura dan Jawa yang ikut tahlilan. Seperti, Tokoh Agama, Ulama dan Tokoh Blater, hingga warga biasa membaur dalam acara penutupan tahlilan Ra Fuad.

Pantauan Mata Madura, jamaah tahlil berdatangan sejak Senin sore, 23 September 2019 lalu, hingga jelang acara dimulai ba’dha Isya. Suasana khusyu’ mewarnai tahlil untuk Ra Fuad.

Iringan doa mengalir dikhususkan kepada mantan Bupati Bangkalan dua periode ini. Bagi masyarakat yang tak kedapatan tempat lesehan, duduk seadanya sambil khusyuk mendoakan almarhum.

”Dari awal jenazah almarhum hendak dikebumikan. Sampai tujuh hari masyarakat ikut tahlil yang membludak. Semoga menjadi saksi amal kebaikan yang ditampakkan almarhum atas jasa-jasanya untuk masyarakat Bangkalan, khususnya. Dan Madura, pada umumnya,” ucap Holifi, salah satu orang dekat almarhum, kepada Mata Madura, usai tahlilan.

Sabtu (26/10/2019) ba’dha isya’ undangan 40 hari untuk almarhum Ra Fuad Amin disebar untuk khalayak. “Silahkan yang berkenan hadir. Undangan untuk umum,” tulis M. Tojjib, wartawan senior Bangkalan ke redaksi Mata Madura.

Tim Mata Madura

KPU Bangkalan

Respon (1)

Komentar ditutup.