
Foto / Syahid, Mata Madura
MataMaduraNews.com – PAMEKASAN – Sekitar 25 anak muda di Desa Buddih, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan masih ikut serta menjaga kebudayaan yang namanya ‘Krawetan’. Puluhan anak muda itu tergabung dalam komunitas yang namanya Putri Sumber Arum.
Budaya Krawetan yang masih dijaga itu merupakan seni musik. Ketua Putri Sumber Arum, Sarudji membeberkan seni musik tersebut turunan dari salah satu Budaya Madura,  Ludruk. “Itu sebenarnya ludruk dulunya, tapi kami kemas lain jadi Krawetan,†tutur Ketua Putri Sumber Arum saat ditemui MataMaduraNews.com di rumahnya, Selasa (07/02/2017)
Ternyata, Semua peserta adalah pelajar yang berada dijenjang yang berbeda-beda. Yaitu, pelajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan ada yang masih berstatus kuliah. 25 anggota terbagi menjadi dua, 10 wanita dan sisanya pria. “Mereka masih sekolah semua. Ada yang SMP, SMA, dan kuliah,†ucap pria yang akrap disapa Rudji Laksono di kalangan para pecinta seni musik tradisional.
Demi menjaga waktu belajar para pemain alat musik itu yang notaben-nya masih pelajar, Rudji menolak tawaran manggung untuk dua hari satu malam pada bulan April di Desa Laden, Kecamtan Kota, Kabupaten Sumenep.  “Saya ada undangan di Laden 2 hari satu malam, tapi saya tolak dan mengajukan untuk dirubah 1 hari 1 malam saja. Saya takut mengganggu mereka sekolah,†tegasnya.
Syahid, Mata Madura