OlahragaBeritaBerita Utama

Achsanul Qosasi, dari Sepakbola ke Guru Besar

×

Achsanul Qosasi, dari Sepakbola ke Guru Besar

Sebarkan artikel ini
Achsanul Qosasi, dari Sepakbola ke Guru Besar
Prof. Dr. Achsanul Qosasi, S.E., MM, CSFA, CFrA ketika menyampaikan orasi ilmiah di ruang sidang Kampus C Unair Surabaya, Selasa (22/2/2022)

matamaduranews.comSUMENEP-Bos Madura United, anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Demikian sosok Achsanul Qosasi familiar di kalangan masyarakat Madura.

Ingatan tentang Achsanul Qosasi memang sangat lekat dengan dua hal tersebut. Kiprahnya di dunia sepakbola tak lepas dari kecintaan Presiden Tim Madura United FC terhadap si kulit bundar. Sementara itu, dia kini menjabat sebagai anggota BPK RI.

Namun, Achsanul Qosasi sebenarnya memiliki background keuangan. Selama 30 tahun di bidang tersebut, 20 tahun di antaranya dijalani pria kelahiran Sumenep 10 Januari 1966 itu profesional sebagai bankir.

Sebelum menjadi anggota BPK RI, Achsanul Qosasi juga sempat menjadi anggota DPR RI dari Partai Demokrat. Pria yang akrab disapa AQ itu tercatat sebagai seorang legislator Senayan mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) XI Madura, tanah kelahirannya.

Sama halnya dengan dunia keuangan, sebenarnya AQ terjun ke dunia politik sejak lama. Sekalipun pada saat itu ia tidak dikenal sebagai seorang politisi, melainkan sebagai sosok profesional, tepatnya sebagai Bendahara Partai Bintang Reformasi (PBR) era Almarhum KH Zainuddin MZ.

Waktu itu, AQ pernah menyampaikan dirinya tidak terlibat dalam politik praktis. Status strukturalnya juga hanya sebatas mengurus pengelolaan keuangan partai.

Terjun ke Dunia Sepakbola

Familiar sebagai bos Madura United, kiprah Achsanul Qosasi di dunia sepakbola dimulai ketika memoles tim sepakbola asal Pamekasan, Persepam Madura Utama yang populer disebut Persepam-MU.

Kala itu, AQ berhasil membawa tim sepakbola milik Pemerintah Kabupaten Pamekasan tersebut berkompetisi pada kasta tertinggi sepakbola tanah air. Tapi beberapa tahun kemudian, AQ menyerahkan kembali ke Pemkab Pamekasan ketika Persepam-MU terdegradasi dari kasta yang dicapainya.

Namun, AQ rupanya tidak bisa lepas dari sepakbola. Ketertarikan dan kecintaannya terhadap olahraga tersebut tak bisa dipungkiri, mengingat dia adalah pecinta salah satu klub sepakbola Britania, Liverpool FC.

Terbukti, setahun kemudian AQ kembali ke dunia sepakbola dengan mengakuisisi Petita Bandung Raya (PBR). Tim sepakbola tersebut kemudian diresmikan dengan nama baru Madura United FC dibawah naungan PT Polana Bola Madura Bersatu (PBMB).

Saking cintanya pada sepakbola, Madura United FC diresmikan bertepatan dengan tanggal lahir Achsanul Qosasi pada 10 Januari 2016. Sejak itu hingga kini berkompetisi di kasta tertinggi sepakbola tanah air, Liga 1, tim berjuluk Laskar Sape Kerrab selalu berisi pemain tim Nasional.

Hebatnya, kecintaan AQ pada sepakbola tak menafikan tanah kelahiran. AQ berkomitmen mengangkat harkat dan martabat masyarakat Madura melalui sepakbola dengan mengorbitkan pemain lokal Madura di kasta sepakbola Nasional. Salah satunya melalui program Madura United Football Academy (MUFA).

Di dunia persepakbolaan tanah air, AQ juga sempat mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI menggantikan era Nurdin Halid kala itu. Selama 10 tahun, dia menjadi Pengurus PSSI sebagai Executive Commitee PSSI dan Bendahara PSSI.

Dari Sepakbola ke Guru Besar

Lekat dengan dunia sepakbola di samping pernah menyecap dunia politik dan kini pemerintahan, Achsanul Qosasi rupanya memilki kiprah yang sangat penting selama terjun di bidang keuangan.

Kiprah terbesar AQ pada bidang ilmu ekonomi itu mengantarkan dia dari sepakbola ke guru besar. Putra Sumenep tersebut mendapatkan apresiasi sebagai guru besar dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Pengukuhan AQ sebagai guru besar dilaksanakan melalui orasi ilmiah di Kampus C Unair Surabaya, Selasa, 22 Februari 2022. Orasi ilmiahnya berjudul “Kutabung: Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kecil untuk Bertahan Hidup Melalui Koperasi Sebagai Rumah Besar UMKM”.

Achsanul Qosasi menjadi Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) aktif ke-27 dan guru besar ke-540 yang dimiliki Unair sejak berdiri. Sementara sejak menjadi Perguruan Tinggi Negeri-Berbadan Hukum (PTN-BH), AQ merupakan guru besar Unair ke-248.

Selain kiprah di bidang keuangan, latar belakang ilmu ekonomi yang kuat ikut mengantarkan AQ dianugerahi gelar guru besar oleh Unair. Dia adalah sarjana ekonomi di Universitas Pancasila.

AQ melanjutkan pendidikan masternya di Jose Rizal University, Manila, Filipina. Kemudian selama menjabat anggota BPK RI, AQ  juga menyelesaikan program S3 bidang Ilmu Administrasi Bisnis dengan predikat cumlaude di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung pada tahun 2018.

Gelar doktor tersebut diraih AQ setelah mampu mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Kapabilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Keunggulan Kompetitif Melalui Orientasi Entrepreneurial dan Agilitas Organisasi (Studi Kasus pada Usaha Kecil Pakaian Jadi di Jakarta)”.

Cerita di Balik Orasi Ilmiah

Bagi Achsanul Qosasi, gelar guru besar merupakan capaian penuh makna dalam hidupnya. Untuk menggapai anugerah sekaligus amanah tersebut, AQ harus menghabiskan waktu sekitar 24 tahun untuk meneliti dan mengabdi kepada masyarakat.

Ketika tinggal di kawasan pertukangan selatan Jakarta Selatan, AQ pernah menyaksikan banyak industri konveksi yang menjadi pendapatan utama masyarakat tutup lantaran bangkrut. Padahal kebutuhan pokok kala itu meningkat, sementara kondisi ekonomi semakin menurun.

Melihat kondisi tersebut, AQ seolah mendapatkan sebuah panggilan jiwa untuk memulai riset seumur hidup. Hasil riset itulah yang kini mengantarkannya dari sepakbola ke guru besar Unair Surabaya.

“Jadi selama 24 tahun saya menjalankan program ‘Kutabung: Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kecil untuk Bertahan Hidup Melalui Koperasi sebagai Rumah Besar UMKM’,” ujar Prof. Dr. Achsanul Qosasi, S.E., MM,. CSFA., CFrA saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Kehormatan di Kampus C Unair Surabaya, Selasa, 22 Februari 2022.

AQ bercerita, kondisi kala itu membuat banyak masyarakat beralih profesi. Ada yang menjadi tukang ojek untuk menyambung hidup. Sebagian menganggur atau kerja serabutan. Akibatnya, kegiatan apa saja dikerjakan msyarakat di kawasan itu demi mendapatkan penghasilan, termasuk tindakan kriminal. Mereka sudah tidak memiliki pilihan.

“Saya merasa prihatin dengan kondisi ini. Nasib saya bisa dibilang beruntung dari mereka, kendati bank tempat saya bekerja juga ditutup,” ucap putra almarhum KH Bahauddin Mudhary, salah satu tokoh agama di Kabupaten Sumenep, Madura

AQ mengakui waktu itu dia juga terdampak penutupan industri konveksi. Namun, hati kecilnya masih tidak terima dengan kondisi yang dialami masyarakat. Sehingga, dia berinisiatif menyisihkan pesangon dari bank untuk membantu masyarakat agar tidak terhimpit persoalan ekonomi.

“Pesangon saya saat itu sebesar Rp 100 juta. Dari jumlah itu sebesar Rp 85 juta saya berikan ke istri saya (Nonny Qosasi) untuk renovasi rumah. Kemudian sisanya Rp 15 juta saya siapkan untuk membantu masyarakat sekitar sebagai modal awal mendirikan koperasi,” cerita Achsanul Qosasi.

Koperasi itu diberi nama Koperasi Putera Swadaya (PS) Merpati. Sebuah lembaga keuangan mikro bagi masyarakat kecil yang tidak berorientasi pada profit. Untuk mendukung keberlangsungannya, koperasi hanya menerapkan iuran anggota yang wajar dalam sistem kerjanya.

“Koperasi ini didirikan pada 29 September 1998. Saya melakukan riset, pengabdian masyarakat untuk bersama-sama menemani masyarakat kecil dalam menyambbung hidupnya. Banyak kisah, banyak suka dan duka. Tetapi saya banyak sekali memperoleh pelajaran hidup yang sangat berharga dari mereka,” tutur ayah Annisa Zhafarina itu. (*)

KPU Bangkalan