Fahri dikejar polisi. Beberapa hari kemudian ditangkap, saat Fahri tidur di sebuah masjid di area Keraton Solo.
Dalam tasnya ditemukan pisau dapur yang diakui Fahri sebagai alat bunuh. Ia ditahan di Polres Ngawi.
Kepada polisi, Fahri mengaku, bosan merawat ayahnya. Lantas minta uang ke ayah, sebagai bekal merantau. Tidak diberi.
Akhirnya, Fahri membunuh ayah. Terus kabur.
Motif sangat sepele. Juga tidak rasional, karena Fahri satu-satunya orang yang merawat Wachid.
Fahri, selain mengakui perbuatannya pada polisi, juga kepada Erika dan ibu mereka, Erlina Kuswandari.
Saat mereka dipertemukan di Polres Ngawi. Itulah pertemuan ibu-anak-anak, setelah pisah bertahun-tahun.
Erika (menangis): “Kepada ibu dan saya, adik akhirnya mengaku bahwa dia yang melakukannya.”
Entah apa kaitannya, Fahri juga cerita ke ibu dan Erika, bahwa sebelum Fahri lulus SMA Kendal, Maret 2022, ia dibully teman-teman sekolah. Sampai parah.
Erika menirukan Fahri: “Aku dipukuli diam saja, aku diolok-olok juga tidak melawan.”
Dari ringkasan itu bisa disimpulkan: Keluarga Fahri broken home. Ia pernah dibully.
Motif pembunuhan berdasar pengakuan tersangka: Irrasional.
Dalam kriminologi, anak membunuh ortu disebut Patrisida (Parricide). Parricide, kata dari Bahasa Latin artinya pembunuhan kerabat dekat.