Advertorial

Bank BPRS Bhakti Sumekar Genjot Omzet UMKM Terasi

×

Bank BPRS Bhakti Sumekar Genjot Omzet UMKM Terasi

Sebarkan artikel ini
Bank BPRS Bhakti Sumekar Genjot Omzet UMKM Terasi

Aroma tak sedap menusuk hidung. Kanan kiri lorong nan sempit mengantarkan kaki ke sebuah rumah produksi terasi udang di Dusun Jungtoro’ Daya, Desa Ambunten Timur, Kecamatan Ambunten, Sumenep. Namun siapa sangka, omzet jualan terasi dari tangan Taufikurrahman, 45, bisa mencapai Rp 58 juta dalam sebulan.

bprs-terasi-kecilMataMaduraNews.comSUMENEP-Daerah pesisir memang sangat cocok berproduksi terasi. Daerah yang gersang dan panas dengan udara laut menjadi pendukung mengolah udang rebon sebagai terasi kualitas super. Ya… Ambunten salah satu daerah pesisir di Sumenep yang terdapat banyak home industri terasi. Ada sejumlah pengusaha terasi udang yang berjejer di sepanjang pantai Ambunten.

Home industri terasi ini milik Taufikurrahman yang biasa diapanggil Taufik. Dia merupakan salah satu mitra Bank BPRS Bhakti Sumekar Cabang Ambunten dari sekian pengusaha terasi yang bermitra dengan BPRS Sumekar.

Ambunten memang bukan penghasil udang sebagai bahan baku terasi. Bahan baku terasi milik Taufikurrahman ini berasal dari sejumlah daerah. Seperti, dari Kalimantan, Pangandaran, Jawa Barat dan Kepulauan Kangean, Sumenep. Sekali datangkan bahan baku empat ribu kilogram atau empat ton udang. Karena harus menyimpan banyak bahan baku, kebutuhan modal berlipat perlu tambahan modal.

Mitra modal usaha yang dilirik Taufik adalah BPRS Cabang Ambunten. Sejak tahun 2014, dia mengajukan pinjaman ke BPRS sebesar Rp 50 juta. Bermitra dengan BPRS begitu ia rasakan. Sehingga pada tahun berikutnya, Taufik menambah pinjaman ke BPRS untuk merambah usaha konveksi. Jualan peralatan bayi. Usaha barunya itu, sengaja dipasrahkan ke Najma, istrinya. Dan beberapa bulan setelahnya, Taufik mengajak putranya, Mohammad Rifad, untuk jualan parfum.

Terasi udang milik Taufikurrahman memiliki cita rasa spesial. Apalagi jika berpadu dengan masakan atau sambal, rasanya ….hhhmm maknyos.

Usaha terasi ini dilakoni Taufikurrahman, sejak tahun 2002. Usaha terasinya merupakan warisan dari kedua orang tuanya, H Sholihuddin yang sudah dirintis sejak tahun 1960-an.

Pasar terasi tanpa merek ini, ternyata memiliki peminat di daerah Madura rantau. Seperti, Probolinggo, Lumajang, Keraksan, Jember, Situbondo, Bondowosa dan Banyuwangi. Para juragan terasi (reseller) di daerah setempat, selalu menunggu kedatangan terasi milik Taufik. Harga per biji terasi kering, Taufik jual ke pembeli grosir (reseller) seharga Rp 30 ribu dengan kualitas sedang. Kalau terasi kualitas super, Taufik membantrol harga Rp 50 ribu per biji.

Berat terasi per biji sengaja didesain seberat 1 Kg dan 1/2 Kg. Dalam sebulan, Taufik bisa kirim 1,6 ton terasi kualitas sedang dan 2 kwintal untuk terasi kualitas super. Total harga terasi yang dikirim mencapai Rp 58 juta. Dengan rincian Rp 48 juta terasi kualitas sedang dan Rp 10 juta terasi kualitas super.

Pada momen tertentu, pengiriman terasi milik Taufik lembih satu kali dalam sebulan. ”Tergantung order dari pedagang. Sekarang karena cuaca sinar matahari berkurang, produksi menurun. Padahal, pembeli selalu minta segera dikirim,” cerita Taufik, Selasa, 20 November lalu.
Pada cuaca penghujan, produksi terasi Taufik tentu menurun. Sebab, panas sinar matahari menjadi kunci utama produksinya. Seperti biasa di bulan Desember hingga Januari cuaca mendung selalu menghantui. Sehingga mempengaruhi kuantitas produksi.
Kenapa tidak pakai mesin pengering? Taufik mengaku alat mesin pengering bantuan pemerintah sudah pernah diuji cobakan. Namun, hasil pengering dari mesin oven sangat mempengaruhi terhadap kualitas cita rasa produksinya. Sehingga, ia tetap memilih pengering alami dari sinar matahari.

Dalam perhitungannya, memproduksi 1,8 ton terasi, Taufik harus mengolah 2000 Kg atau 2 ton udang rebon. Kemudian dicampur 300 Kg garam.

Dua ton udang rebon dikerjakan 17 karyawan dengan sistem upah harian yang dibayar per minggu. Per orang, Taufik memberi upah Rp 35 ribu yang bekerja dari jam 7 pagi hingga 3 sore. Saat makan siang, Taufik menyediakan makan bagi karyawan. (tabel rincian disamping)

Tujuh belas karyawan itu dibagi tugas sesuai dengan tugas masing-masing dalam proses pembuatan. Tahap pertama, membersihkan udang sebelum dikeringkan lewat terik panas matahari. Setelah benar-benar kering, udang kecil itu dicampur garam dan bumbu lainnya lalu diselip menjadi adonan tepung. Pasca bahan diselip, adonan difermentasi hingga dua hari.

Setelah dua hari, adonan itu dijemur sampai kering. Setelah kering diselip kedua kali untuk memperhalus adonan. Setelah itu, pekerja mencetak sesuai ukuran. Ada yang ukuran 1 Kg ada yang1/2 Kg. Setelah selesai dicetak kemudian dijemur di tengah terik matahari hingga benar-benar kering. Selanjutnya, karyawan mempacking ke dalam kardus yang siap kirim ke berbagai tujuan pasar yang order.
| inforial

BAHAN BAKU
– Udang Rebon @ Rp. 18.000 x 2.000 Kg = Rp. 36.000.000
– Garam @ Rp 50.000 x 300 Kg = Rp. 150.000
– Bahan Pembantu Rp. 50.000
Sub Total: Rp. 36.200.000

GAJI KARYAWAN
2 ton bahan baku udang dikerjakan karyawan 17 orang selama 7 hari. Adapun ongkos Rp. 45.000 x 17 orang x 7 hari = Rp. 5.355.000

BIAYA KIRIM
Biaya kirim meliputi biaya packing dan ongkos pick up ke tempat tujuan = Rp. 1.500.000

HASIL PRODUKSI DAN
HARGA JUAL
Bahan baku 2 ton menghasilkan:
– 1.600 biji terasi kualitas sedang dengan harga
@ Rp. 30.000 x 1.600 biji
= Rp. 48.000.000
– 200 biji terasi kualitas super dengan harga @ Rp. 50.000 x 200 biji = Rp. 10.000.000
Total Penjualan: Rp. 58.000.000

LABA/BULAN
Total penjualan (Rp. 58.000.000)
– total biaya produksi (Rp. 43.055.000) = Rp 14.945.000

KPU Bangkalan