Opini

Banyak Janda; Begini Solusinya

Firman Syah Ali saat berkumpul bersama para wanita idaman (foto untuk matamadura)

Oleh: Firman Syah Ali*

matamaduranews.com-Berdasarkan data yang dikutip detikcom dari website Mahkamah Agung (MA), Rabu (3/4/2019), ada sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018.

Dari jumlah itu, inisiatif perceraian paling banyak dari pihak perempuan yaitu 307.778 orang. Sedangkan dari pihak laki-laki sebanyak 111.490 orang.

Jumlah di atas merupakan perceraian yang dilakukan atas dasar pernikahan pasangan muslim. Belum termasuk pasangan nonmuslim, yang melakukan perceraian di pengadilan umum.

Dari data faktor penyebab perceraian tahun 2017di Pengadilan Agama seluruh Indonesia lebih didominasi alasan/faktor perselisihan dan pertengkaran terus menerus.

Terbanyak kedua yang menjadi penyebab perceraian adalah faktor ekonomi. Sedangkan urutan ketiga terbanyak penyebab perceraian yakni meninggalkan salah satu pihak (minggat). Yaitu sebuah situasi di mana salah satu pihak meninggalkan rumah kediaman bersama.

Ketiga penyebab tersebut kita lihat masih bersifat sekunder. Kita belum punya data akurat tentang penyebab primer.

Misalnya, terus-menerus bertengkar/berselisih itu karena apa? karena masalah finansial apa sexual? Kemudian penyebab minggat itu apa? Karena diusir apa karena tidak tahan lagi hidup dengan isteri cerewet. Atau tidak tahan lagi hidup dengan suami nakal dan sebagainya.

Mari kita telusuri penyebab primer perceraian dengan melihat sekilas data di kota-kota besar. Pengadilan Agama Kelas 1A Depok, mencatat latar belakang perceraian salah satunya disebabkan oleh tindak tanduk seseorang di medsos. Setiap harinya, PA Depok menerima 20-25 laporan kasus perceraian.

Pada tanggal 3 Oktober 2017 lalu, PA Bekasi juga merilis data yang sama. Penyebab perceraian yang utama adalah medsos yang memicu perselingkuhan. Setelah nyaman dengan pasangan selingkuhnya, banyak isteri menggugat cerai suami dengan berbagai alasan.

Tanggal 23 Agustus 2019, PA Karawang juga merilis data bahwa mayoritas perceraian dipicu oleh perselingkuhan melalui medsos.

Tanggal 10 April 2019, PA Jakarta Barat merilis data bahwa perselingkuhan di media sosial (medsos) menyebabkan tingginya kasus perceraian. Hampir 20 persen kasus itu menyumbang angka perceraian. Misalnya, suami atau istri mengecek medsos pasangannya, ketahuan selingkuh, kemudian dia bercerai.

PA Surabaya merilis data pada tanggal 25 Juli 2019 yang menyebutkan medsos menjadi salah satu pemicu perceraian walaupun bukan yang utama. Faktor penyebab utama perceraian di Surabaya masih masalah ekonomi, karena biaya hidup di kota Surabaya memang sangat tinggi.

Tanpa harus menyebutkan lengkap data setiap kota besar, dapat ditarik kesimpulan bahwa media sosial telah menyumbang kerusakan rumah tangga secara masif.

Kebanyakan isteri yang menceraikan suami, maka patut diduga bahwa kaum wanitalah yang banyak jadi korban media sosial. Menemukan pria idaman Lain. Kemudian menggugat cerai suaminya dengan alasan yang aneh-aneh.

Karena itu perkenankan saya memberikan sedikit solusi. Pertama, tingkatkan kreativitas suami dalam pencaharian nafakah sehingga bisa mencukupi rumah tangga. Kedua, perhatikan terus kebutuhan isteri baik lahir maupun bathin, dan segera penuhi tanpa harus diminta.

Ketiga, sebaiknya para suami peduli terhadap media sosial isterinya, rajin membuka HP istrinya. Jika si isteri beraktivitas di luar rumah sebaiknya sering divideo call.

Bukannya tidak percaya istri, tapi karena ingin menjaga keutuhan rumah tangga sesuai perintah agama. Bahwa dalam agama Islam, setiap suami harus cemburu pada istrinya. Suami yang tidak punya rasa cemburu terhadap istri disebut dayyuts alias germo kelas berat.

Seorang wanita yang tidak dipedulikan oleh suami dengan alasan saling percaya. Ketika menemukan lelaki lain yang dalam segala hal melebihi suaminya. Lelaki itu kemudian melayani si wanita bersuami, maka si wanita akan hambar terhadap suaminya dan tinggal menunggu waktu untuk menggugat cerai.

Wahai para suami, ayo jangan cuek terhadap istri. Ini zaman edan.

Semoga para pembaca tidak tersinggung dengan tawaran solusi dari saya. Sebab tawaran solusi ini berdasarkan dalil dan fakta.

*Penulis aktivis medsos

Exit mobile version