Opini

Belajar Membaca Watak Orang

×

Belajar Membaca Watak Orang

Sebarkan artikel ini
Membaca Karakter
Rahasia Membaca Karakter dan Watak Orang Lain. (By Design A. Warits/Mata Madura)

Seringkali kita tidak menyangka apa yang akan terjadi beberapa detik atau beberapa menit ke depan? Peristiwa apa yang akan kita hadapi? Siapa orang yang akan kita temui? Dan apa yang akan atau hendak kita lakukan? Kita tidak pernah tahu bukan? Alasan yang fundamental karena kita ceroboh, tidak mau membaca masa lalu dan sesuatu yang pernah terjadi. Bisa jadi kita tidak pernah membaca peristiwa yang menghampiri kita, sebab dengan hal ini kita bisa dipojokkan. Untuk menghindar dari itu kita perlu belajar ilmu psikologi yang secara sistematis mengoreksi detail suatu wujud. Tentang bergerak atau yang tidak.

Dalam belajar psikologi, orang harus banyak membaca, utamanya membaca buku, wacana, berita, peristiwa dan kepribadian orang lain. Bukan hanya itu, kita juga dituntut untuk mengerti atau paham cara berpikir. Untuk hal yang kedua ini, mungkin cukup mudah, karena kita hanya perlu sering-sering berbicara dengan objeknya. Dengan begitu perlahan-lahan kita akan mudah memahami orang lain dengan cara kita sendiri.

Meski pada dasarnya seseorang banyak ketidakmiripan dalam bertingkah atau berpikir, setidaknya kita bisa tahu bahwa setiap orang yang berpikir akan melakukan tindakkan yang tidak berbeda jauh dengan manusia kebanyakan. Begitulah hal yang mendasar untuk memahami orang lain dengan cara memahami cara berpikirnya atau kesehariannya. Karena pada hakikatnya, watak dan karakter bisa kita baca dari pola kesehariannya yang tampak pada diri seseorang (Hal. 20). Akan tetapi, dalam hal ini seseorang tidak harus selalu bersama orang yang mau dibaca wataknya, cukup saja ketika kita sedang bersamanya.

Orang yang biasanya paham tentang kepribadian orang lain, tentu ia tidak akan mudah berkoar-koar atau temperamental-an. Karena ia tahu kadar kemanusiaan orang yang sedang dihadapinya. Meski pada akhirnya orang tersebut akan lelah sendiri dengan ocehan-ocehan tak berbobotnya. Sebab, orang yang paham dengan pikiran orang lain cenderung mendengarkan ketimbang membalas argumentasiya.

Setidaknya dengan ia berpikir dalam keadaan tidak nyaman, mampu memberikan ruang walau sempit kepada otaknya untuk merekam. Walaupun kadang orang yang sudah memamami betul tentang psikoanalisis masih ragu dalam memberikan kesimpulan terhadap tingkah laku orang yang sedang dihadapi. Namun, meski demikian, dengan berpikir akan mengarahkan individu untuk melakukan respon berdasarkan kebenaran (Hal. 25). Setidaknya dengan realita yang dialami sendiri menjadi kesimpulan yang paling kuat dalam memberikan pernyataan.

Banyam hal yang harus dilakukan ketika mau membaca pikiran orang lain atau mudahnya membangun pemikiran positif. Hal yang paling urgen dalam menamkan pemikiran yang positif adalah menguasai pikiran itu sendiri, karena hal inilah yang nantinya akan melahirkan banyak pemahaman atau pernyataan lugas. Di samping hal itu, kita juga perlu memvisualisasikan keinginan. Misalnya ketika kita ingin menjadi orang yang hebat, maka perbanyaklah melihat orang-orang hebat. Dari hal itu kita bisa menyimpan visualisasi keinginan dengan baik dalam memori.

Sebenarnya ada banyak hal yang harus dikuasai dalam menjernihkan pikiran positif. Di antara yang di atas, ada sugesti positif, mantapkan tujuan, introspeksi diri, berbahagialah, berpikir terbuka dan yang terakhir kausalitas atau timbal-balik. Jika hal yang di atas dilakukan dengan sistematis dan linear, jangan heran jika orang yang menguasai poin-poin penting ini dapat memahami pikiran orang lain.

Di samping itu, ada juga hal yang bisa membuat kita mudah membaca pikiran orang lain dengan membaca gerak tubuhnya. Sebab, hal-hal yang melekat pada tubuh seseorang adalah jalan kedua untuk memahami pikiran orang lain. Dalam hal ini, pikoanalisis akan menjadi taring utama dalam membaca pikiran orang lain. Psikoanalisis adalah cara mengetahui pikiran dan karakter orang lain melalui sejumlah pernyataan. (Hal. 45)

Buku ini sangat membantu bagi pemula untuk belajar memahami pikiran orang lain dari berbagai aspek, mulai dari tingkah lakunya, cara berpikirya, bahasa tubuhnya dan lain sebagainya. Bagi orang yang selalu melakukan hal-hal positif tentu tidak akan puas diri ketika selesai melakukan sesuatu. Kritik selalu dianggap sebagai pelecut untuk memperbaiki diri (Hal. 194). Oang yang selalu memiliki semangat seperti ini akan mudah mendapatkan hal baru.

Bisa dikata rugi jika tidak membaca buku ini, buku dengan kekayaan ilmu pengetahuan tantang membaca watak seseorang. Sebab, tidak banyak di antara atau sekitar kita yang bisa membaca pikiran orang lain. Oleh karenanya, kehadiran buku ini sangat membantu bagi kalangan mahasiswa/pelajar dalam menyikapi lingkungan sekitar dan “khususnya” orang tua (muda) dalam mendidik anak sesuai kerakter anak tanpa dipaksa harus sesuai kemauan orang tua.

*Penulis santri Ponpes Annuqayah Lubangsa dan Siswa MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep

KPU Bangkalan