Opini

Booming Sekolah Islam; Untuk Apa?

Ilustrasi. Cover Buku Panduan Sekolah dan Madrasah Ramah Anak. (Foto Dok. Mata Madura)

Oleh; Om Jo

Awal dekade 80-an, perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya fenomena meningkatnya semangat religiusitas kaum muda Muslim, khususnya di kampus-kampus sekuler.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kebangkitan ini ditandai oleh munculnya gerakan Islam baru yang memiliki basis ideologi, pemikiran, dan strategi gerakan yang berbeda dengan gerakan atau ormas-ormas Islam yang telah mapan seperti NU dan Muhammadiyah.

Di sisi lain, tekanan pemerintah terhadap kaum Muslim, justru ikut menyuburkan “perang batin” kaum muda Muslim.

Gerakan revitalisasi Islam yang paling menonjol saat itu adalah munculnya kelompok-kelompok pengajian atau kerap disebut usrah.

Dampak nyata dari gerakan ini adalah lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam di awal tahun 90-an dengan konsep baru. Itu akibat ketidak percayaan kepada sistem pemerintah atau sistem lama yang lebih banyak mengadopsi pendidikan Barat yang sekuler dan meninggalkan agama.

Dari sini mulailah lahir Full Day School, Sekolah Islam Terpadu, Sekolah Alam, hingga model pendidikan Home Schooling.

Sayangnya, semaraknya sekolah-sekolah Islam itu sebagian besar hanya gagah pada *jargon* dan tidak banyak melahirkan murid-murid yang berkarakter.

Yang ada hanyalah parameter fisik. Pertanyaannya, bagaimana memilih sekolah untuk anak-anak kita ?

Jika Play Group, saya lebih suka memilih sekolah yang masih baru dan belum berkembang. Sebab, biasanya sekolah yang sudah berkembang itu lebih endel (genit) dan sibuk dengan aksesoris dan jargon-jargon.

Sekolah baru, guru-gurunya biasanya memiliki idealisme. Buat saya, tingginya nilai idealisme itu lebih penting dibanding tingginya wawasan.

Orang-orang yang memiliki komitmen besar pada kebaikan, mereka lebih menjanjikan dibanding guru-guru yang terampil dan pinter, meski memiliki banyak pengalaman training.

Pinter itu mudah diusahakan. Tapi komitmen itu hal yang amat sulit.

Lalu, bagaimana untuk tingkat lanjutan? Ya, ngukurnya sama saja. Banyak sekolah-sekolah hebat tanpa fasilitas wah…Sebab, mereka memiliki guru-guru hebat yang bisa memberi inspirasi pada murid.

Persoalan fasilitas sangat mudah didapat. Hanya dengan kredit Bank sudah selesai.

Namun karakter, integritas dan pribadi guru, tak mudah mencari toko-nya.

Disamping itu, hal penting yang harus diperhatikan pihak sekolah adalah;

Pertama; Rekruitmen. Dalam rekruitmen yang paling pokok harus diperhatikan adalah aspek karakter dan integritas pribadi. Ini yang pertama kali diperhatikan. (Termasuk antusiasme mereka pada agama)

Kedua; Motivasi mereka menjadi guru. Ketiga; Baru kompetensi.

Dari ketiga faktor tersebut, yang susah dibangun dan diubah adalah aspek yang pertama.

Integritas itu berkenaan dengan kesanggupan orang untuk tetap berpegang pada idealisme dan nilai-nilai yang diyakini, tatkala mereka menghadapi tantangan.

Karena itu, yang namanya karakter tidak bisa dibentuk secara instan (langsung jadi).

Kalau motivasi mudah dibangun dibanding yang pertama (karakter dan integritas). Apalagi membangun kompetensi itu jauh lebih mudah.

Caranya? Ikut pelatihan, kursus atau sekolah lagi, selesai.

Salam,

Om Jo, Perum Satelit

Exit mobile version