matamaduranews.com-CUKUP lama saya memendam banyak pertanyaan. Dari orang-orang. Siapa yang mau nyalon Bupati Sumenep pada 2024?
“Yang kelihatan baru Bu Fitri dan Nyi Eva,” saya jawab. “Kok Miskun Legiyono (Ketua AKD Sumenep, red) sering kamu posting?,” tanyanya.
“Iya. Saya melihat sebuah fenomena politik baru di Sumenep. Pasca PDI-P berkuasa di Sumenep. Banyak aspirasi yang berkeinginan ada keterwakilan kepala desa nyalon di Pilkada Sumenep. Di posisi Wakil Bupati,” saya jawab.
“PDI-P yang tak punya akar massa bisa berkuasa di Bumi Sumenep. Apalagi para kepala desa bersatu untuk menempatkan utusannya di pemerintahan level kabupaten. Ini kekuatan politik baru di Sumenep,” tambah saya meyakinkan banyak orang yang bertanya.
Yang gairah berbicara politik Sumenep emang tak banyak. Hanya mereka, sebagiaj elit birokrasi, aktivis dan para politisi serta warga yang memiliki perhatian terhadap politik Sumenep. Warga biasa seperti lesu. Tak berdaya. Melihat kondisi ekonomi lagi serret. Jualan sepi. Harga kebutuhan pokok melambung. Pendapatan tak pasti. Ditambah kue APBD, APBD Provinsi dan APBN-seperti anda tebak. Pilih suka. Atau ijon.
Bicara figur ideal untuk memimpin Sumenep seperti model orang-orang kampus tak lagi punya tempat di hati pemilih. Masyarakat cukup lama dicekoki model politik pragmatisme liberal. Sehingga tercipta pikiran. Yang berduit bisa meraih kekuasaan.
Para elit rakyat seperti tak berdaya membendung pragmatisme liberal merasuki pemilih. Bahkan, sebagian ada yang iku larut. Salah satu dalihnya: Ini Wilayah Politik.
Pertanyaan kembali kepada tiga figur di atas. Bu Fitri, Nyi Eva dan Miskun Legiyono (anggap sebagai representasi kades). “Apakah tiga figur itu punya cukup modal untuk bertarung dalam kontestasi Pilkada Sumenep?,” begitu yang kerap saya dengar dari beberapa pertanyaan jika emang serius nyalon di Pilkada Sumenep.
Saya tak bisa merinci terlalu jauh soal kesiapan cost politik Pilkada Sumenep dari tiga figur di atas. Saya hanya memberi pertanyaan begini kepada yang melihat figur dari kesiapan biaya politik. “Yang perlu dibaca adalah apakah para bohir politik tertarik membiayai para kontestan merebut kekuasaan lewat Pilkada Sumenep?,”.
Nah..jika tak ada bohir politik yang tertarik membiayainya. Berarti pendekatannya adalah figur yang memiliki banyak anggaran untuk cost Pilkada Sumenep.
Tapi faktanya kebalik. Banyak bohir yang kesemsem melihat Sumenep. Para bohir tertarik siapa yang ingin berebut kekuasaan Sumenep. Itu bisa anda lihat dari perjalanan Pilkada Sumenep 2010 hingga 2020.
“Apakah ada bohir politik yang mendekati Nyi Eva?,” ada yang bertanya itu. Saya tak bisa menjawab karena info yang berseliweran belum tekronfirmasi ke Nyi Eva.
Yang pasti. Nyi Eva, satu-satunya figur politisi perempuan yang mengakar di akar bawah rakyat Sumenep. “Saya yakin. Para bohir tak akan menolak bila disodori nama Nyi Eva,” jawab saya kepada yang tanya.
Kekuatan politik Nyi Eva emang unik. Sebagai Wabup Sumenep kini. Banyak identitas yang menyertainya hingga menjadi politisi perempuan Sumenep yang mengakar.
Hal berbeda pada Bu Fitri. Perempuan kelahiran Mataram NTB ini, popularitasnya baru terkerek bersamaan saat sang suami Kiai Busyro menjabat Bupati Sumenep. “Kalau mau melihat Bu Fitri jangan menilai figur Bu Fitri sendirian. Lihatlah sebagai dia sebagai istri mantan Bupati Sumenep yaitu Kiai Busyro,” ucap saya meyakinkan jika bertanya kekuatan politik Bu Fitri.
Anda juga tak meragukan jejaring politik Kiai Busyro di Sumenep. Dari kelompok pesantren. Bisa diterima lintas batas.
Hal yang sama bila anda ingin melihat potensi politik figur Miskun Legiyono. Sebagai Ketua AKD (Asosiasi Kepala Desa)-memiliki daya memobilisir ratusan Kepala Desa se Kabupaten Sumenep.
Meski tak seluruh kades serujuk. Setidaknya, lebih separuh kades di Sumenep lagi menggeliat. Sudah nyaring menyuarakan di berbagai pertemuan. Baik formal atau non formal. Gema suara itu: harus ada keterwakilan kades di Pilkada Sumenep.
“Pokoknya ada unsur kalebun (kades,red) nyalon di Pilkada Sumenep,” begitu suara yang belakangan nyaring terdengar.
Bagaimana menurut anda?