SUMENEP – Menghadiri acara puncak Rajabiyah MWC NU Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura, Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim mengungkap satu tantangan besar organisasi warisan KH Hasyim Asy’ari itu di zaman global ini.
Dalam sambutannya, Jum’at malam (29/04, Bupati yang sekaligus pengurus PC NU Sumenep ini menegaskan bahwa NU kini tengah dihadapkan pada difersifikasi sosial. Yakni tumbuh dan berkembangnya banyak kelompok kecil di sekitar NU yang sebagian malah dari warga sendiri.
“Nah, tumbuhnya kelompok-kelompok kecil yang cenderung memperkuat kelompok masing-masing untuk bisa eksis ini, mengakibatkan terjadi persaingan tidak sehat,†tegas Bupati.
Sebagaimana disinggung pula oleh Ketua MWC NU Gapura, Muhammad Syahid, Bupati mengurai akibat lebih lanjut dari defersifikasi sosial itu adalah rapuhnya NU yang pada gilirannya dapat merusak aqidah ahlussunnah wal jama’ah.
Namun demikian, dalam kesempatan rajabiyah dan pengukuhan aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang mengadirkan Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba’abud tersebut, orang nomor satu di Kabupaten Sumenep ini tetap optimis bahwa melalui momentum-momentum rajabiyah misalnya, warga NU dapat mengevaluasi diri sehingga bisa merapatkan barisan dalam menghadapi segala tantangan.
“Makanya salah satu solusinya, masyarakat Sumenep ini penting untuk dicerdaskan,†ujarnya.
Sebab menurut Bupati, selain ditimbulkan dari banyaknya pengaruh eksternal, 77,66% warga Sumenep yang tidak lulus SD (awam, red) juga menjadi pemicu lahirnya difersifikasi sosial dan lemahnya NU dalam mengendalikan tantangan.
“Dan ini tantangannya ada di pemerintah, NU dan di masyarakat,†tambahnya.
Untuk itulah, ia mengajak agar setiap warga NU harus menguasai berbagai lini. Dari soal sosial-ekonomi yang kini merebak di Sumenep hingga penguasaan media informasi yang sangat penting guna menghadapi zaman global ini. (Rfq)