Budaya

Bupati Fauzi Tak Menempati Rumdis di Area Keraton Sumenep, Ada Kisah Angker di Keraton

×

Bupati Fauzi Tak Menempati Rumdis di Area Keraton Sumenep, Ada Kisah Angker di Keraton

Sebarkan artikel ini

Catatan: Hambali Rasidi

Kisah Angkeri Keraton Sumeep
Bupati Achmad Fauzi dan Istri Nia Kurnia saat melantunkan doa sebelum melewati samping kamar raja menuju Rumah Dinas Bupati. (FOTO:Diskominfo)

Bupati Sumenep hasil Pilkada 2020, Achmad Fauzi masih belum menempati Rumah Dinas (Rumdis) Bupati yang berada di satu kompleks dengan Keraton Sumenep.

Setelah dilantik sebagai Bupati Sumenep oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Jumat (26/2/2021) di Grahadi Surabaya. Bupati Fauzi langsung menempati rumah pribadinya di Desa Torbang, Kecamatan Batuan, sekitar 5 Km dari Rumdis Bupati Sumenep.

Belum ada penjelasan kenapa Bupati Fauzi dan istri belum menempati Rumdis Bupati.

Hanya kepada sejumlah wartawan, Bupati Fauzi ingin mengembalikan nuansa Keraton Sumenep yang sakral sebagaimana kehidupan keraton tempo dulu.

Sejak hari pertama bekerja sebagai Bupati Sumenep, Senin (1/3/2021). Fauzi menepati janjinya untuk memfungsikan Labang Mesem sebagai akses keluar masuk menuju area Keraton Sumenep.

Rumdis Bupati Sumenep masih masuk dalam area Keraton Sumenep peninggalan Panembahan Sumolo, Tumenggung Arya Nata Kusuma I yang berkuasa di Sumenep pada tahun 1762-1811 M.

Bupati Fauzi ingin mengembalikan Kesakralan Keraton sebagai warisan leluhur.

Karena itu, nuansa Keraton Sumenep ‘disulap’ sebagaimana suasana Keraton di Jogjakarta.

Bagi yang hendak ke Rumdis Bupati dan Keraton Sumenep. Pengunjung harus melewati pintu Labang Mesem sebagai pintu utama.

Di pintu Labang Mesem dan beberapa titik di Keraton Sumenep dijaga oleh pasukan keraton yang menggunakan baju adat Sumenep.

Mata Madura menyaksikan saat Bupati Fauzi bersama istri Nia Kurnia hendak melewati Labang Mesem menuju Rumdis Bupati, Senin (1/3/2021).

Saat hendak melewati samping kamar raja. Bupati Fauzi dan istri melantunkan doa terlebih dahulu dan melepas sepatu.

Setelah berdoa. Fauzi dan rombongan OPD memasuki ruang kerja bupati dan melihat-lihat kamar Rumah Dinas Bupati.

Bupati Fauzi kepada wartawan berharap nuansa Keraton Sumenep yang baru bisa menjadi magnet tersendiri dalam mensukseskan Visit Sumenep.

Kisah Angker dan Aura Keraton Sumenep

Mengintip kisah dan kehidupan Keraton Sumenep menjadi saksi bisu kejayaan Soengennep tempo doeloe.

Sumenep, satu-satunya kabupaten di Jawa Timur yang memiliki keraton warisan para raja.

Dari ornamen keraton, menuntun kita para pegunjung-bahwa para Raja Sumenep dulu, telah berpikir kosmopolit, dengan menempatkan seni budaya Jawa, Islam, China dan Eropa.

Keraton kebanggan warga Sumenep ini dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo.

Meski berusian 200 tahun lebih. Aura dan kharisma Keraton Sumenep masih tampak.

Keraton Sumenep terdiri dari Pendopo Agung, kamar pribadi Raja dan keluarganya, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirtonegoro yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno.

Di belakang itu, ada bangunan baru yang menjadi Rumah Dinas Bupati Sumenep.

Sepintas, tidak ada istimewa dari fisik Keraton Sumenep. Kecuali bangunan kuno yang berjejer di tengah bangunan modern.

Bupati Fauzi Tak Menempati Rumdis di Area Keraton Sumenep, Ada Kisah Angker di Keraton
Pendopo Agung Keraton Sumenep. (Foto/Istimewa)

 

Tapi, aura kharisma lahir dari dalam keraton karena masih banyak sisa-sisa barang ghaib peninggalan para raja.

Maklum, para Raja Sumenep, bukan manusia biasa. Tepatnya sosok pilihan yang memiliki kelebihan ilmu bathiniyah.

Warga menyebutnya, sosok Raja Sumenep seorang waliyullah (kekasih Allah Swt).

Tak mengherankan, apabila sisa tempat semedi, Bindara Saod, Raja Sumenep, masih dinilai angker.

Kenapa? Menurut Muzakki, 55, ahli metafisika, sisa tempat ibadah atau tempat tinggal para waliyullah, memang disenangi kaum Jin. Tempat itu, terasa sejuk bagi bangsa Jin, karena sisa tempat orang yang ahli ibadah.

“Semasa hidupnya, para Jin tidak berani mendekat karena beraura panas dengan suasana penuh dzikrullah,” terang Muzakki memberi dalil.

“Tapi, setelah ahli dzikir wafat, tempat itu menjadi sejuk bagi para Jin,” tambah Muzakki yang melihat dari kacamata mistisnya.

Penjelasan Muzakki bisa jadi sulit dinalar atau dirasionalkan. Setidaknya, Muzakki menyebut dalam Islam, faham mistisisme bisa dipahami lewat tasawuf.

Raden Bagus Roeska Pandji Adinda, membenarkan jika keangkeran Keraton Sumenep sebagai dampak dari sosok raja yang menempatinya.

Juru kunci Asta Tinggi ini menunjuk sisa kamar pribadi Sultan Abdurrahman, di dalam Keraton, bagi sebagian orang bisa terlihat angker.

Tapi, baginya, nuansa angker kembali ke masing-masing individu. Sebab, kata Roeska, Sultan Abdurrahman seorang waliyullah. Sehingga, sisa kamar pribadinya, perlu pemahaman dan keseimbangan hati.

”Jika ada yang merasa Keraton Sumenep itu angker, itu hanyalah perasaan takut dan ketidak seimbangan amal perbuatan baik Sultan Abdurrahman dengan masyarakat yang ada pada saat ini,” jelas Gus Roeska, seperti dikutip Mata Sumenep.

Gus Roeska menyimpulkan, raja yang menempati Keraton Sumenep mayoritas waliyullah. Sehingga, sampai saat ini aura mistis Keraton Sumenep masih terasa.

“Dalam dzikir Sultan Abdurrahman, dapat menemukan gumpalan cahaya di Talango. Sehingga Sultan mendatangi tempat itu, lalu berdo’a, kemudian ada selembar daun jatuh dan bertuliskan nama Sayyid Yusuf. Sultan juga mampu menulis mushaf al–Qur’an, 30 juz, dalam waktu satu malam. Al-Qur’an, hasil tulisan tangan Sultan Abdurrahman, kini tersimpan di musium Sumenep. Selain itu, Sultan Abdurrahman juga mampu berbahasa asing. Sultan diangkat Profesor oleh Belanda karena kemampuan menerjemahkan prasasti kuno.,” cerita Gus Roeska.

Memang, memasuki suasana Keraton Sumenep, terasa perpaduan aura kewibawaan dan suasana angker.

Beberapa bangunan yang tetap tegar dan tegak berdiri, diikuti aksesoris kehidupan kala itu, mempresentasikan betapa Keraton Sumenep berkharisma adiluhung, yang terasa hingga saat ini.

Tapi, di tempat tertentu di dalam Keraton, terasa suasana angker. Buluk kuduk terkadang berdiri bila memasuki ruangan yang dianggap keramat.

Gus Roeska menyebut tempat pribadi atau kamar pribadi para Raja yang tidak boleh sembarangan orang masuk. Ia menyebut kamar pribadi Sultan Abdurrahman.

Selain itu, Gus Roeska juga menunjuk sejumlah benda ghaib, sisa para Raja Sumenep dulu, yang tersimpan di dalam Keraton.

Benda ghaib itu berupa keris yang memiliki khasiat tinggi untuk menjaga kewibawaan Keraton dan penghuninya.

Sayang, Gus Roeska tidak menyebut tempat pusaka itu.

“Sudah ini menyangkut kerahasiaan. Barang-barang itu, tidak boleh bocor ke publik. Kasihan Sumenep, bila barang itu lepas dari Keraton,” ujarnya, sambil menutup pembicaraan.

Hal senada juga diungkap Abd. Kadir, staf Rumah Dinas Bupati. Dia bercerita jika almarhum Gus Dur, sang mantan Presiden RI, termasuk Imam Utomo (mantan Gubernur Jatim) dan beberapa pejabat lainnya, pernah masuk dan sholat di salah satu ruang yang dianggap berkharisma.

“Tidak semua orang boleh masuk ke tempat keramat itu,” kata Kadir.

KPU Bangkalan