BeritaReligi

Bupati Kiai Busyro: Seandainya Boleh, Saya Akan Jadi Jurnalis

×

Bupati Kiai Busyro: Seandainya Boleh, Saya Akan Jadi Jurnalis

Sebarkan artikel ini
Bupati Kiai Busyro: Seandainya Boleh, Saya Akan Jadi Jurnalis
KH A. Busyro Karim

matamaduranews.com-Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim berkisah tentang kemulian seorang jurnalis. Si pembawa kabar berita yang diabadikan dalam Al-Qur’an.

Menurut Kiai Busyro, profesi jurnalis itu tertuang dalam surat Al-Naba’ sebagai penegas pembawa berita.

Menurut Kiai Busyro, ada 142 ayat dalam al-Qur’an yang bercerita tentang pembawa kabar berita (jurnalis)

“Pembawa berita, sama halnya dengan Nabi yang membawa berita baik  tentang surga maupun berita tentang neraka. Seandainya bisa, saya jadi wartawan. Kenapa? Karena satu-satunya profesi yang diabadikan dalam surah di Al-Qur’an hanya wartawan. Namanya  surat Al-Naba’. Jadi dari 114 surat dalam Al-Qura’an ada surat wartawan. Karena Al-Naba’ itu pembawa berita dan wartawan juga pembawa berita,” jelas Bupati Kiai Busyro saat  memberi sambutan di acara Resepsi Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT ke-74 PWI, yang digelar di Meeting Room Lantai 5 Hotel de Baghraf, Selasa (11/2/2020).

Kiai Busyro mengaku bangga dengan profesi jurnalis (wartawan). Baginya, jurnalis merupakan pekerjaan mulia yang memberikan informasi ke masyarakat.

“Kemuliaan itu, tentu berita positif. Bukan berita hoax seperti yang marak beredar di media sosial,” tambahnya yang disambut tepuk tangan undangan.

Selain term al-Naba’ sebagai pembawa berita dalam Al-Qur’an, Kiai Busyro juga menyebut beberapa term al-khabar, al-ḥadÈ‹ts dan al-‘ifk.

“Al-Naba’ berasal dari kata naba’a. Seakar kata dengan al-anba’(menginvestigasi), alnabi’u (tempat yang lebih tinggi), dan alnabiy (pembawa berita=nabi). Kata al-naba’ dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 29 kali; 17 kali dalam bentuk tunggal dan 12 kali dalam bentuk jamak,” papar Pengasuh Ponpes Al Karimiyyah, Beraji, Gapura ini.

Penggunaan term al-Naba’ dalam Al-Qur’an, terang Kiai Busyro merujuk pada pemberitaan yang sudah dijamin kebenarannya. Atau sangat penting untuk diketahui, meskipun manusia belum bisa membuktikannya secara empirik karena keterbatasan ilmunya.

“Kategori ini termasuk berita ghaib, khususnya tentang hari kebangkitan,” jelas Bupati Kiai ini.

Dikatakan, berita-berita tentang umat terdahulu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw termasuk dalam bagian pemberitaan yang disampaikan Tuhan yang dapat diketahui manusia karena kemampuan ilmu yang dimilikinya.

“Berita-berita seperti ini antara lain disebutkan dalam QS. Hud (11): 100, 120, QS. Thaha (20): 99, dan QS. al-A’raf (7): 101.  Al-Naba’(berita yang penting), hanya digunakan bila ada peristiwa yang sangat penting dan besar, berbeda dengan kata khabar, yang pada umumnya digunakan juga pada berita-berita sepele,” papar Kiai Busyro.

Menuru Kiai Busyro, para jumhur ulama mengatakan berita-berita baru itu dinamai Al-Naba’ apabila mengandung manfaat yang besar dalam pemberitaannya. Termasuk adanya kepastian atau paling tidak dugaan besar tentang kebenarannya.

“Penyifatan al-Naba’ dengan kata al-‘azhim (besar, agung) menunjukkan bahwa berita tersebut bukanlah hal biasa tetapi luar biasa. Bukan hanya pada peristiwanya tetapi juga pada kejelasan dan bukti-buktinya, sehingga kabarnya tidak dipertanyakan lagi,” tutup Kiai Busyro.

Anwar, Mata Madura

KPU Bangkalan