Ekonomi

Cerita Inovasi Rumput Laut di Desa Aeng Dake Bluto Jadi Bahan Es Krim

Inovasi Rumput Laut
Ilustrasi Rumput Laut Spesies Eucheuma Spinosum. (Foto/Istimewa)

matamaduranews.comSUMENEP-Potensi lokal di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur memang tak diragukan untuk dikembangkan. Baik yang ada di daratan maupun di lautan, hanya perlu menunggu sentuhan.

Potensi tersebut di antaranya seperti hasil laut yang satu ini. Bukan ikan, tapi rumput laut.

Ya, pada medio 2019 lalu, potensi laut di Desa Aeng Dake, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep tersebut mengalami perubahan fungsi baru.

Berkat Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-M) oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair), rumput laut bisa menjadi tepung untuk berbagai olahan.

Adalah Dessy Intan Permata Sari. Ia punya inovasi berupa es krim yang terbuat dari tepung Kappa dan Iota Karagenan. Inovasi itu, kata Dessy, bermula dari rasa penasaran para anggotanya terhadap rumput laut yang dapat dijadikan bahan olahan.

Dari situ kemudian, Dessy berinisiatif menjadikan inovasi tersebut sebagai tema PKM-M miliknya. Sedangkan sasaran utama PKM-M tersebut adalah para santri di Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Aeng Dake, Kecamatan Bluto.

Melalui PKM-M itu, Dessy dan timnya memiliki ambisi untuk mentransfer teknologi dalam pembuatan es krim dengan tepung kappa dan iota karageenan. Di samping nantinya inovasi tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi para santri yang ada di sana dengan menghasilkan satu produk es krim.

“PKM-M ini juga mendukung program kerja dari Ibu Gubernur Khofifah dan Bapak Emil. Di mana beliau itu mencanangkan program kerjanya yaitu One Pesantren One Program,” tutur Dessy waktu itu.

Leunggulan dari tepung Kappa dan Iota Karagenan tersebut, menurut dia ada pada fungsinya sebagai bahan pengental es krim. Hal itu menjadi sebuah alternatif dari penggunaan gelatin dari bahan hewani seperti pada umumnya.

Alternatif ini sangat bagus karena tidak semua orang memiliki metabolisme tubuh yang tahan dengan protein hewani. Sehingga, dengan menggunakan tepung Kappa dan Iota Karageenan bisa menjadi inovasi baru untuk produk es krim di kalangan masyarakat.

“Pembuatan es krim ini berbahan tepung kappa dan iota karagenan yang merupakan ekstraksi dari rumput laut spesies Kappaphycus Alvarezii dan Eucheuma Spinosum,” terang Dessy.

Kemudian ia menjelaskan, untuk mencampur tepung kappa dan iota karagenan ke dalam bahan es krim, hanya dibutuhkan konsentrasi yang sedikit saja. Komposisi karagenan dari semua total bahan, kata Dessy, hanya satu hingga tiga persen.

“Kalau faktor gizi dan viskositas kayak perbandingan antara gelatin dan kappa iota karageenan itu hampir sama. Malahan protein dan lemaknya masih lebih unggul karageenan. Makanya itu jadi inovasi. Apalagi es krim jadi makanan yang disukai masyarakat, apalagi anak kecil,” tuturnya.

Untuk mewujudkan inovasi tersebut, Dessy dan tim melaksanakan workshop sebagai serangkaian kegiatan penyuluhan dan proses pembuatan es krim dari tepung kappa dan iota karageenan. Langkah itu kemudian dilanjutkan dengan penilaian dari produk yang sudah dibuat.

“Pak Hadi pernah bilang, ‘Kalian mengikuti PKM ini pikirkan manfaat untuk mereka. Bukan perkara lolos PIMNAS-nya. Itu merupakan sebuah bonus buat kalian. Yang penting itu kebermanfaatannya bagi mereka’,” kata Dessy mengutip petuah dosen pendampingnya, Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si.

Lebih dari sekadar program, target dari PKM-M itu adalah agar apa yang didapat para santri dari Dessy dan tim bisa dimanfaatkan di kehidupan sehari-harinya.  Sehingga, mereka nantinya bisa usaha mandiri sekaligus menambah wawasan mengenai kegunaan rumput laut yang sangat banyak macamnya.

Meski begitu, inovasi dengan judul ‘Katanan: Kombinasi Ice Cream Kappa dan Iota Karagenan Menuju Usaha Mandiri’ itu mengantarkan Dessy dan anggota tim lolos pada tahap pendanaan PKM tahun 2019.

Adapun anggota tim yang diketuai oleh Dessy terdiri dari Iis Suryani (FPK), Imada Icha Wahyuningsih (FPK), Putri Faradina Herman (FKM), dan Siwi Rizki Utami (FKM). Sementara untuk dosen pendamping PKM-M adalah Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si., dari FPK Unair.

Sementara itu, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Sumenep, Roni Agus Rijanto mengaku sangat bangga terhadap inovasi potensi sumber daya alam (SDA) Kota Keris yang dilakukan oleh mahasiswa PKM-M tersebut.

Hal itu, kata dia, menunjukkan bahwa Sumenep benar-benar kaya potensi, sehingga tinggal bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada mengembangkan diri agar bisa berinovasi tanpa menunggu orang luar.

“Inovasi seperti ini sangat bagus. Selain mengeksplore potensi yang ada menjadi bahan alternatif, kan juga bisa meningkatkan pendapatan dari sisi ekonomi,” ungkap Roni, Senin (23/12/2019).

Ibad, Mata Madura

Exit mobile version