Dahlan: Tak Kaget Bupati Nganjuk Ditangkap KPK

Dahlan Tak Kaget Bupati Nganjuk Ditangkap KPK
Bupati Nganjuk (kiri) bersama Jamhadi (dua dari kiri) ketika berkunjung ke Kantor Harian Disway beberapa waktu lalu. (FOTO: Istimewa)

matamaduranews.com-Dahlan Iskan mengaku dapat banyak pesan WA Senin kemarin setelah Bupati Nganjuk, Novi Rahman Hidayat ditangkap KPK.

Dari sejumlah kiriman itu, Dahlan menyebut dirinya tidak kaget membaca berita Bupati Nganjuk ditangkap KPK soal suap pengisian jabatan.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Dahlan bercerita, saat dirinya memuji selangit tentang sosok Bupati Nganjuk yang dinilai akan membawa perubahan di Nganjuk. Banyak tanggapan yang menilai tulisan di situs disway.id jauh panggang dari api.

“Saya tidak kaget karena ini: setelah tulisan saya itu muncul, banyak sekali tanggapan yang masuk. Yang intinya: tulisan saya itu jauh panggang dari api,” tulisnya di kolom disway Selasa pagi.

“Saya memang tidak sepenuhnya percaya dengan keterangan bupati itu. Dan itu tersirat juga di tulisan saya. Tapi, saya juga belum percaya pada tanggapan tersebut. Saya bertekad akan ke Nganjuk setahun kemudian. Setelah bupati baru itu menunjukkan kinerjanya dalam waktu yang cukup,” tambahnya.

Berikut tulisan lengkapnya:

SAYA kaget dan tidak kaget membaca berita ini: Bupati Nganjuk ditangkap KPK. Yang muda, yang ganteng, yang beristri hafal Alquran, yang pengusaha, yang ketika jadi calon bupati mengaku tidak membayar mahar, dan seterusnya itu.

Saya kaget karena penangkapan itu kok terkait dengan pungutan jabatan di tingkat kecamatan. Begitu rendahnya. Begitu naifnya –kalau benar begitu.

Saya tidak kaget karena ini: setelah tulisan saya itu muncul, banyak sekali tanggapan yang masuk. Yang intinya: tulisan saya itu jauh panggang dari api.

Saya memang tidak sepenuhnya percaya dengan keterangan bupati itu. Dan itu tersirat juga di tulisan saya. Tapi, saya juga belum percaya pada tanggapan tersebut. Saya bertekad akan ke Nganjuk setahun kemudian. Setelah bupati baru itu menunjukkan kinerjanya dalam waktu yang cukup.

“Terus terang, saya kaget waktu baca tulisan beliau tentang Bupati Nganjuk. Tapi… kan sudah telanjur terbit… sehingga saya nggak bisa kasih klarifikasi yang sebenarnya,” tulis salah seorang warga Nganjuk kepada teman saya –yang meneruskan ke saya.

“Kenyataannya 360 derajat sebaliknya,” tulis warga Nganjuk lainnya. Mungkin maksudnya 180 derajat. Saking kesalnya, sampai derajat pun dilebih-lebihkan.

Sepanjang hari kemarin WA saya ikut dipenuhi soal penangkapan itu. Isinya masih begini dan begitu. Ada yang menilai penangkapan tersebut sudah tepat. Ada pula yang menyebut itu sandiwara.

Mungkin tulisan ini sebaiknya jangan dibuat dulu. Baiknya menunggu keterangan lebih lanjut. Terutama soal pungutan yang terkait jabatan itu. Apalagi, jabatan yang jadi objek hanya tingkat aparat kecamatan.

Sudah begitu mata gelapnyakah? Bukankah bisa menduga bahwa pungutan seperti itu akan dengan mudah terbongkar? Sebodoh itu cari uang? Bukankah ia pengusaha yang kelasnya bukan pungutan jabatan setingkat aparat di kecamatan?

Atau, apa yang lagi terjadi?

Saya sulit memahaminya.

Soal uang ratusan juta rupiah yang disita, kata seorang teman bupati, itu diambil dari brankas pribadi bupati. Yakni, uang untuk persiapan hadiah Lebaran.

Tapi, kalau benar bupati Nganjuk melakukan korupsi seperti itu, ia bupati kedua yang masuk pusaran korupsi. Ia juga orang kesekian yang tiba-tiba tidak bisa Lebaran di rumah karena ditahan.

Ia juga menjadi bupati yang ditangkap KPK setelah pernah mendapat pujian tinggi di media –seperti bupati Bulukumba yang ketika ditangkap menjabat gubernur Sulsel.

Saya tidak menyesal pernah memujinya. Jangan-jangan setidaknya sudah dapat satu pahala. Banyak orang tergerak untuk menjadi lebih baik dengan cara dipuji. Meski, ada juga yang menjadikan pujian itu kesombongan –yang membuatnya lengah. (Dahlan Iskan)

Exit mobile version