Hukum dan KriminalNasional

Detik-detik Penembakan Brigadir Yosua

Penembakan Brigadir Yosua
Bharada Richard

Kepada kumparan, Minggu (14/8), Ronny menyatakan bahwa ia langsung mendampingi Richard begitu ditunjuk Richard dan keluarganya sebagai pengacara pada 10 Agustus.

“Saya mendampingi dari hari Rabu (10 Agustus), lalu Kamis, Jumat, Sabtu. Saya juga bertemu orang tuanya,” ujar Ronny.

Menurut Ronny, ia dihubungi keluarga Richard karena berasal dari komunitas yang sama.

“Kami sama-sama dari Manado. Mami saya orang Manado… Jadi mereka minta saya mendampingi. Track record profesional saya juga pernah menangani beberapa kasus yang lumayan besar.”

Ronny yang merupakan Wakil Ketua DPD PDIP Jakarta Bidang Hukum mengatakan, ia mendampingi Richard secara pro bono alias cuma-cuma, tanpa meminta bayaran.

Ronny adalah pengacara ketiga Richard setelah Andreas Nahot Silitonga dkk dan Deolipa Yumara dkk.

Pengacara Bharada E, Andreas Nahot Silitonga di Bareskrim Polri, Jakarta, Sabtu (6/8/2022).

Andreas Nahot Silitonga merupakan pengacara yang disiapkan Sambo untuk Richard. Ia mengundurkan diri pada 6 Agustus.

Pada hari yang sama, Richard mengubah kesaksiannya dalam kasus kematian Yosua. Ia menyebut diperintah Sambo untuk menembak Yosua, bukan terlibat baku tembak dengan Yosua.

Baku tembak itu, belakangan, disebut Kapolri sebagai cerita rekaan Sambo.

Cerita itu pula yang awalnya diucapkan Richard kepada Andreas selaku pengacara pertamanya.

“Kejadian itu murni dilakukan [Richard] sendiri. Satu lawan satu [dengan Yosua]. Dalam tembak-menembak, cuma satu yang bisa hidup.”
Andreas Nahot Silitonga, 1 Agustus

Sabtu siang (6/8) usai Andreas mengundurkan diri, telepon Deolipa Yumara berdering.

Da mengangkatnya. Di ujung telepon, penyidik Bareskrim Polri meminta bantuannya menjadi pengacara Richard menggantikan Andreas.

“Telepon itu dari tim penyidik atas permintaan pimpinan, Direktur Pidum (Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi),” kata Deolipa Yumara kepada kumparan, 9 Agustus—sehari sebelum kuasa hukumnya dicabut Richard dan keluarganya.

Deolipa langsung mengiyakan permintaan penyidik dan berangkat menuju Bareskrim untuk bertemu Richard sore harinya, pukul 16.00 WIB.

Ia tak langsung bicara kasus dengan Richard, melainkan mengajak kliennya itu menyanyikan lagu-lagu rohani.

Deolipa memutar dua lagu rohani, “Indah pada Waktunya” dan “Hidup Ini adalah Kesempatan”.

Richard yang ikut menyanyi lalu menangis tersedu-sedu.

“Buat tenang dulu batinnya supaya nyaman, supaya bisa ceritakan apa adanya, supaya setan di kepalanya keluar,” kata Deolipa.

Dua jam kemudian, pukul 18.00 WIB, Richard mengungkap peristiwa yang sebenarnya di hadapan penyidik dan pengacaranya. Ia bercerita tidak secara lisan, melainkan tulisan.

“Tidak usah ditanya, Pak. Saya tulis sendiri [kejadiannya],” kata Richard seperti ditirukan Irwasum Komjen Agung Budi Maryoto yang juga ketua tim khusus pengusutan kasus kematian Yosua.

Richard pun menuliskan tragedi berdarah di Duren Tiga itu di dalam empat lembar kertas A4. Di tengah penulisan, ia sempat bertanya tentang risiko hukum yang bakal ia terima jika menulis cerita rekaan.

Deolipa menduga pikiran Richard saat itu masih bertempur mengenyahkan bayang Sambo. Ia menimbang mana yang terbaik: memegang atau melepas cerita Sambo.

“Mungkin masih ada kontaminasi dari skenario masa lalu, sebab semua sudah dirancang [Sambo],” tutur Deolipa.

Akhirnya Richard memilih untuk balik kanan. Ia meninggalkan Sambo.

*Mengulang Kalimat yang Sama*

Sebelum mengubah kesaksian, Richard sudah dicurigai Komnas HAM.

Menurut sumber kumparan yang mengetahui pemeriksaan Richard pada 26 Juli di lembaga tersebut, Richard mengulang-ulang kalimat yang sama.

Jawaban settingan Richard amat kentara ketika ia diminta menceritakan kronologi baku tembak.

Caranya menyusun kata demi kata dalam kalimat begitu ajek dari waktu ke waktu.

Umumnya, seseorang yang mengalami langsung suatu peristiwa akan memiliki deskripsi di kepalanya.

Maka, ia secara alamiah bakal menceritakannya dengan kalimat berbeda pada waktu yang berbeda meski substansinya sama.

“Tapi [Richard] ini enggak. Dia seperti mengulang kalimat awalnya. Jadi ini hafalan. Dia sudah dikondisikan sehingga menjawab sama berulang-ulang,” ucap sumber tersebut.

Ia menyimpulkan, keterangan Richard dan para ajudan Sambo lainnya sudah disiapkan matang-matang sebelum mereka dicecar pertanyaan di Komnas HAM.

Ajudan Irjen Pol. Ferdy Sambo, Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E berjalan memasuki ruangan saat tiba di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa (26/7/2022).

Richard diperiksa langsung oleh Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dan Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Menurut sumber, sebagai pertanyaan pembuka, Richard ditanya apakah ia tahu ia telah menjadi sorotan se-Indonesia.

Richard mengangguk. Namun, ketika ditanya mengenai perasaannya menjadi perbincangan nasional, jawaban Richard tak jelas dan ia seperti cengengesan.

Richard tak tahu bahwa kasusnya bahkan menjadi perhatian Presiden Jokowi.

Sumber itu menyiratkan bahwa Richard tampak terlalu tenang.

Padahal, tak mungkin seorang polisi muda berusia 24 tahun yang belum makan asam garam, bisa menceritakan adegan pembunuhan yang ia lalukan dengan tenang.

Exit mobile version