Gaya HidupPemerintahan

Firman Syah Ali; Birokrat Pemprov Jatim Yang Aktivis dan Religius

Firman Syah Ali, Mhum

matamaduranews.comSURABAYA-Sepintas tidak ada yang lebih dari sosok pribadi Firman Syah Ali, SH, Mhum. Berwajah tampan dan postur tubuh yang tinggi menjadi hal lazim jika disebut pejabat selebritas di Indonesia.

Terbilang punya kelebihan plus bagi salah satu pejabat di lingkungan Dinas Provinsi Jatim ini adalah darah aktivis dan religius yang terus mengalir dalam pribadi Firman Syah Ali. Lho kok bisa? Dengan relasi yang luas di jaringan aktivis, media dan politisi di Jawa Timur, Firman kerap mengkritisi kebijakan pemerintah yang dia nilai merugikan rakyat bawah.

Pria kelahiran Pamekasan, 40 tahun lalu ini, ketika bicara ke media atas nama Ketua LSM Sorban Mera. “Saya gatal ketika melihat kebijakan pemerintah merugikan rakyat bawah. Makanya, saya sering melontarkan kritik konstruktif baik melalui medsos maupun di forum-forum diskusi para aktivis. Karena tidak bisa menghilangkan lifestyle aktivis, karier birokrasi saya jalan di tempat. Gak apa-apa, yang penting bathin saya sejahtera,” ujar ayah lima anak ini, saat berbincang santai dengan Mata Madura , Kamis, (13/1/2017) di Surabaya.

Meski berprofesi sebagai PNS, keponakan Mahfud MD ini, tanpa tedeng aling berbicara ke publik sebagai pengurus ormas atau LSM. Terakhir, mantan PNS Bangkalan dan Pamekasan ini, di daulat sebagai Bendahara Umum IKA PMII Jatim dan Majelis Pembina Daerah (Mabinda) PMII Jawa Timur. Jabatan  baru di organisasi alumni PMII ini, tentu menambah atribut gelar di luar jabatan birokrasi Pemprov Jatim.

Selain kental dengan jiwa aktivis, suami Herni Sugianti ini, juga kental dengan jiwa religius. Firman punya jadwal mingguan harus sowan ke kiai dan ziarah ke makam-makam para waliyullah. Kebiasan itu, sengaja dilakukan Firman untuk memberi asupan energi positif dalam pribadinya.

“Tiap minggu saya berusaha ketemu kiai ‘alim di kampung-kampung. Dengan doa kiai ‘alim itu, bisa menjadi asupan bathin. Saya yakin, kata-kata atau doanya bisa mengarahkan hidup saya keluar dari kehidupan yang mudharat,” terang mantan pengurus PB PMII era Nusron Wahid.

Kesenangan sowan ke sejumlah kiai serta ziarah ke makam waliyullah tidak serta merta lahir dalam pribadi Firman. Keluarga besar Firman keturunan kiai. Salah satu kakek buyut Firman, KH Abdurrahman, tergolong kiai ‘alim yang tersohor di Tempurejo, Jember. Anehnya, Firman tidak dibesarkan di pesantren. Dia ngaku pesantren yang telah membentuk pribadinya adalah IPNU dan PMII sewaktu menjadi pelajar dan mahasiswa dulu.

“Saya seneng ketemu kiai ‘alim. Tapi, bukan kiai politik ya,” ujarnya sambil tertawa lebar.

Hambali Rasidi, Mata Madura

Exit mobile version