Tidak selang lama di media sosial muncul profil seseorang yang diduga sebagai makelar demonstrasi FPI Reborn. Dia sudah berpengalaman menggalang demonstrasi sejenis ini, dan orang ini mempunyai track record sebagai anti-Anies Baswedan.
Polisi didesak untuk bertindak tegas. Modus operandi semacam ini dianggap bisa mencederai demokrasi. Polisi pasti tahu siapa penggerak demontrasi ini, karena koordinator demo harus memberi tahu polisi sebelum demonstrasi dilakukan.
Menangkap pelaku demonstrasi palsu ini tidak akan sulit bagi polisi. Ada yang penasaran mengapa polisi bisa memberi izin kepada organisasi yang sudah dibibarkan.
Demonstrasi ini menjadi bagian dari gelombang serangan terhadap Anies. Hanya sehari berselang setelah pelaksanaan balapan Formula E, gelombang serangan dimulai.
Kemunculan FPI Reborn terlihat sebagai serangan yang memakai peluru lama untuk menembak Anies. Para kritikus Anies selalu mengaitkannya dengan politik aliran. Tema ‘’ayat dan mayat’’ kembali dimunculkan untuk menyerang Anies.
Setelah serangan FPI Reborn muncul lagi deklarasi ‘’Majelis Sang Presiden’’ di sebuah hotel di kawasan Pancoran, Rabu (8/6). Sekelompok orang dengan pakaian gamis putih mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024.
Sebelum deklarasi dilakukan terjadi ketegangan karena di panggung ada bendera Tauhid berwarna hitam yang identik dengan HTI. Terjadi ketegangan antara panitia dan beberapa orang peserta. Bendera Tauhid itu kemudian diturunkan dari panggung.
Pelaksanaan pilpres masih dua tahun lagi. Tapi perang antara para pendukung masing-masing kandidat sudah semakin keras. Isu politik aliran yang menimbulkan polarisasi sejak pilgub DKI 2017 sampai pilpres 2019 kembali dimunculkan.
Masuknya Prabowo dan Sandiaga Uno ke kabinet Jokowi ternyata tidak mengefek terhadap upaya penghilangan polarisasi itu.
Next: masuk kedalam kabinet Jokowi