CatatanPemerintahan

Framing Kadinsos P3A Sumenep

Berita Framing
Berita Koran Radar Madura Edisi Jumat 17 November 2023

matamaduranews.com-Diduga gelapkan dana kemanusiaan, Kadinsos P3A Dzulkarnain dalam pusaran dugaan penyelewengan bantuan sosial,” begitu judul berita utama harian radarmadura, terbitan Jumat 17 November 2023.

Berita itu saya dapat di grup Whatsapp dalam bentuk gambar. Wajah (karikatur) Kadinsos P3A Sumenep Dzulkarnain tampak besar. Tangan kanannya menyeret kantong bertuliskan: Dana Donasi.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kanan kiri karikatur Dzulkarnain ada rincian donasi dari camat, lurah dan OPD Pemkab Sumenep.

Tulisan teks berita di gambar itu kabur. Sulit terbaca. Saya cari berita versi online. Jelas isi berita itu. Saya berkesimpulan: Kadinsos P3A Sumenep Dzulkarnain kena framing.

Bagi kaum jurnalis. Framing itu bukan berita bohong. Berita framing itu berdasar fakta yang dilihat dari sudut pandang si jurnalis. Tapi ada fakta yang ditonjolkan. Sehingga terkesan ada fakta yang dibuang.

Kata lain, framing berita itu fakta yang disuguhkan tak utuh. Karena ada sudut pandang si jurnalis yang ditonjolkan.

Penonjolan fakta versi si jurnalis itu bertujuan mencipta kesan, citra dan makna tertentu yang bisa ditangkap publik.

Saya sebagai contoh. Yang termakan framing berita itu. Menilai Kadinsos P3A Dzulkarnain nyolong dana kemanusiaan korban bencana Cianjur.

Kesimpulannya: Dzulkarnain tak elok sebagai pejabat. Perlu diberi punishment (sanksi).

Sepintas saya penasaran. Karena di ujung berita itu, ada pengakuan dari Kadinsos Dzulkarnain bahwa dana donasi gempa Cianjur untuk penanganan bencana lain di Kabupaten Sumenep.

”Hasil donasi itu untuk penanganan bencana-bencana di Sumenep,” ucap Dzulkarnain seperti dikutip RadarMadura.id

Sampai di sini. Saya berubah pikiran. Kadinsos Dzulkarnain bukan kena framing. Tapi kena fitnah. Alasan saya berdasar makna kata gelapkan. Substansi dari kata gelapkan adalah menghilangkan. Lain kata: nyolong.

Seperti kesan saya setelah membaca berita itu: Kadinsos Dzulkarnain ambil dana kemanusiaan korban bencana Cianjur.

Memperkuat kesan saya, di isi berita itu, ditulis diduga ditilap. Makna bebas ditilap adalah nyuri. Seperti kutipan ini,

“Informasi yang digali JPRM, uang yang diduga ditilap mencapai Rp 102.961.000. Dana seratus juta lebih itu didapat dari hasil sumbangan organisasi perangkat daerah (OPD), puskesmas, kecamatan, kelurahan, dan berbagai pihak lain di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep,”

Padahal, berdasar pengakuan Kadinsos Dzulkarnain di akhir berita itu: bahwa donasi nonbudgeter dari lurah, camat dan OPD itu dialihkan ke bencana-bencana di Kabupaten Sumenep.

Clear. Donasi itu dialihfungsi-kan. Bukan digelapkan. Atau ditilap.

Memang donasi itu tak diperuntukkan ke korban gempa Cianjur. Donasi ratusan juta itu tak diambil oleh Kadinsos Dzulkarnain. Tapi dialihkan ke korban bencana di Sumenep.

Sampai di sini, diksi judul berita DIGELAPKAN-keluar dari substansi. Faktanya donasi dari OPD itu dialihkan. Bukan digelapkan atau dilenyapkan atau diambil pribadi oleh Kadinsos Dzulkarnain.

Sayang dalam pemberitaan itu, Dzulkarnain tak menjelaskan kenapa donasi nonbudgeter itu dialihfungsi-kan. Atau karena sudah dianggarkan lewat APBD Sumenep untuk korban bencana Cianjur.

Atau, apakah pengalihan donasi itu sudah seizin Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo?

Saya penasaran. Mencoba menghubungi nomor WhatsApp Kadinsos Dzulkarnain. Tak bisa dihubungi.

Saya terus menghubungi. Tetap tak nyambung.

Saya kirim pesan di WhatsApp. Lama tak ada jawaban. Tiba-tiba Dzulkarnain mengirim jawaban: “Sy nyekar ke makam ibu,”. Setelah itu, WA-nya tak aktif.

Beberapa jam setelah WA Dzul. Tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang aktivis LSM Sumenep. Di tongkrongan baru dekat TB.

Si aktivis LSM itu bercerita soal donasi bencana Cianjur yang diberitakan radarmadura.

Kata dia, pengalihan donasi kemanusiaan itu sepengetahuan Bupati Fauzi. Lalu dia melanjutkan, “Apa berani seorang Kadis bertindak tanpa seizin bupati,” ucap si aktivis tanpa merinci lebih jauh.

“Nah..kok ada info baru ini, gimana…gimana,” saya tanya cerita sebenarnya soal uang yang diributkan itu.

Sayang. Si aktivis LSM itu mengalihkan pembicaraan. Dia hanya melanjutkan untuk pesan kopi. (hambalirasidi)

Exit mobile version