Mulyani warga Desa Ambunten Tengah, Kecamatan Ambunten, Sumenep, tergolong pengusaha kue basah yang sukses. Melalui pinjaman awal Rp 5 juta dari Bank BPRS Bhakti Sumekar, produksi aneka macam kue basah milik Mulyani terus berkembang. Saat ini, omzet hasil jualan Mulyani per bulan mencapai Rp 150 juta.

MataMaduraNews.com–SUMENEP-KUE basah produk Mulyani tanpa merek atau nama kue. Mulyani hanya menjual 20 aneka jenis kue basah untuk segmen pasar masyarakat pedesaan. Harga per kue tergolong murah. Rp 1 ribu dan Rp 2 ribu. Karena murah dan nyaman, pelanggan terus berdatangan ke tempat usaha Mulyani. Mereka datang dari sekitar Ambunten, Pasongsongan, Salopeng, Campaka, Rajun, Soddara, Tambeagung, dan Pasean (Pamekasan).
Usaha kue basah yang dilakoni Mulyani berawal dari kegigihannya menjajakan kue dari rumah ke rumah di sekitar tempat tinggalnya. Mulyani bercerita, waktu itu, pada tahun 2005, dia membawa enam jenis kue basah yang ditaruh dalam wajan untuk dijajakan keliling tetangga. Seperti, kue sus, pastel, martabak, sakura, donat dan bakpao.
“Tiap hari saya tawarkan ke rumah-rumah warga. Kalau tidak punya uang, masyarakat suruh ngutang. Pokok nya jualan saya laku,†cerita Mulyani, jika ditotal semua hasil jualannya mencapai Rp 100 ribu. Selama dua tahun, usahanya dilakoni dengan sabar dan tawakkal.
Saat mengawali usaha, wanita berusia 36 tahun ini, bisa dikata nyaris tanpa modal. Tapi, kejelian dalam membidik kebutuhan konsumsi hajatan atau resepsi pernikahan warga, menjadikan usaha kue basahnya bisa berkembang sangat pesat seperti sekarang ini. Modal tambahan adalah kegigihan Mulyani dengan target barang dagangan harus laku terjual terus menambah konsumen.
Untuk memenuhi permintaan banyak konsumen, Mulyani menambah jenis kue. Ada enam kue baru yang diproduksi.Sebut saja kukus, roti pisang, bolu kuning cokelat, movis pisang, karamil, hambikuk yang diproduksi sendiri di rumah kontrakannya di samping Kantor Pos Ambunten.
Dengan jumlah kue yang bertambah, wadah jajanan pun diganti dengan gerobak kecil. Jika ditotal barang jualan Mulyani sebesar Rp 500 ribu dengan 12 aneka jenis kue basah. Selama lima tahun, Mulyani berjualan dengan modal seadanya.
Seiring jumlah konsumen yang terus bertambah, Mulyani baru berpikir untuk mencari modal usaha. Bank yang dilirik pertama adalah Bank BPRS Bhakti Sumekar Cabang Ambunten. Ketika itu, tahun 2011 Mulyani mengajukan pinjam modal Rp 5 juta dengan masa pinjaman satu tahun.
Mendapat suntikan modal, Mulyani mengajak Sahwan, 40, suaminya agar membantu usahanya. Semula, Sahwan bekerja sebagai sopir angkutan antar kecamatan. Pendapatan setiap hari Sahwan masih di bawah omzet istrinya.
Melihat permintaan pasar semakin bagus, Mulyani menambah delapan jenis kue basah baru. Seperti, bolu batik, lapis keju, brownies, kukis, korket kentang, kue lumpur, roti babut dan roti pisang goreng. Sehingga, total jenis kue basah yang dijual Mulyani menjadi 20 jenis.
Usaha Mulyani kian moncer. Jumlah pekerja juga ditambah. Sanak family diajak untuk bekerja. Semua pekerja menjadi sepuluh. Sistem kerjanya model borongan. Tiap kilogram bahan kue, pekerja dihargai Rp 7 ribu.
Dengan jualan bertambah, mendorong Mulyani untuk menambah pinjaman ke BPRS. Kala itu, Mulyani mengajukan pinjaman Rp 80 juta. BPRS melihat prospek usaha Mulyani meyakinkan. Permintaan pinjaman pun disetujui dengan masa kredit dua tahun. Pinjaman lunas, Mulyani mendapat tawaran pinjaman modal usaha. Tapi, Mulyani tidak menambah jumlah pinjaman. Dia menurunkan nominal pinjaman sebesar Rp 40 juta. “Waktu itu kebutuhan modal saya hanya sebesar Rp 40 juta,†terang Mulyani.
Saban hari, Mulyani produksi bahan kue seberat 50 Kg untuk 20 jenis kue basah. Jika di bulan Maulid hingga bulan Syawal, Mulyani menambah jumlah produksi. Di momen itu, kebutuhan hajat warga meningkat. Sebut saja, acara maulidan dan resepsi pernikahan warga. Omzet pun ikut bertambah. Setiap hari bisa mencapai Rp 7-8 juta.
Di luar dua bulan itu, omzet jualan Mulyani sekitar Rp 5 juta. “Jika diambil rata-rata, hasil jualan tiap hari Rp 5 juta. Dalam sebulan ya Rp 150 juta,†tambah Mulyani.
Dengan omzet yang meyakinkan, di tahun 2016, Mulyani mengajukan pinjaman Rp 200 juta. Pinjaman itu digunakan untuk membangun tempat usaha dan membeli peralatan, seperti mixer, open, kompor, tabung gas dan kukusan.
Mulyani berencana masih akan menambah pinjaman modal usaha ke BPRS. “Saya akan nambah pinjaman Rp 500 juta untuk modal usaha kue. Usaha akan saya kembangkan lebih besar,†ujar Mulyani.
| Inforial