matamaduranews.com–SUMENEP-Ekonomi dan pembangunan di Sumenep menjadi isu pembahasan dalam diskusi Sumenep Menyambut Perpres 80 Tahun 2019 yang diadakan PC IKA PMII Sumenep, Minggu (19/7/2020) bertempat di Hotel Utami, Sumenep.
Ada tiga nara sumber yang hadir dalam diskusi itu. Yayak Nurwahyudi, Kepala Bappeda Sumenep, Kepala Bakorwil Madura, Fattah Jasin dan Nyai Dewi Khalifah sebagai Ketua Kadin Sumenep.
Dari diskusi itu, ada penjelasan menarik dari Fattah Jasin. Mantan Kepala Bappeda Jatim ini mengulas asal usul turunnya Peraturan Presiden (Perpres) 80 Tahun 2019 sebagai cara mempercepat pembangunan ekonomi di Jawa Timur.
Kata Fattah Jasin, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menetapkan wilayah Gerbangkertosusilo, Bromo Tengger Semeru, serta Selingkar Wilis yang meliputi pula Jalur Lintas Selatan sebagai kawasan percepatan pembangunan ekonomi sebagaimana amanat Perpres 80 Tahun 2019.
Beruntung, saat pembahasan kawasan itu, Fattah Jasin waktu masih menjabat Kadishub Jatim mengusulkan kawasan Madura, khusus Sumenep dan Kepulauan yang perlu menjadi bagian dari kawasan percepatan pembangunan ekonomi kawasan khusus, sebagaimana amanat Perpres.
“Saat Ibu Gubernur (Khofifah, red.) membahas kawasan pembangunan ekonomi khusus, Madura termasuk Kepulauan Sumenep tak masuk kawasan yang dimaksud Perpres 80. Saya sampaikan kepada Ibu Gubernur bahwa Madura, khususnya daerah Kepulauan Sumenep terisolir. Jika tak diperhatikan, pembangunan Kepulauan Sumenep semakin timpang dengan daerah lain di Jawa Timur,” cerita Fattah Jasin.
“Dari penjelasan itu, alhamdulillah.. Ibu Gubernur Khofifah bisa menerima dan memasukkan Kepulauan Sumenep dalam atensi Perpres itu. Walau tak menjadi prioritas, seperti kawasan wilayah yang telah ditetapkan,” tambah Fattah Jasin yang disambut aplaus undangan yang terdiri para senior IKA PMII dan PAC IKA-PMII se Kabupaten Sumenep.
Menurut Fattah Jasin, potensi ekonomi Jawa Timur menjadi barometer ekonomi nasional.
Lalu, Fattah Jasin merinci istilah Syurga Ekonomi di Indonesia yang ada di Jawa Timur.
“Ada apa dengan ekonomi Jawa Timur? Pak Presiden Jokowi kok sampai mengeluarkan Perpres khusus percepatan pembangunan ekonomi Jawa Timur,” tanyanya sambil memancing peserta diskusi.
Dikatakan, potensi ekonomi Jawa Timur menjadi jantung ekonomi nasional. “Jika ada apa-apa dengan Jawa Timur, ekonomi nasional bisa kolaps,” terangnya.
Untuk meyakinkan pernyataan itu, Fattah Jasin merinci sejumlah kebutuhan ekonomi nasional.
Seperti, garam nasional, sebanyak 50 persen stok nasional berasal dari Jawa Timur. Sebanyak 60%, dari 50% itu dari Sumenep, Pulau Madura.
Begitu pun stok tembakau nasional. Sebanyak 60% pasokan tembakau nasional dari Jawa Timur. Sebanyak 60% stok Jawa Timur, tembakau-nya dari Madura.
“Tembakau Madura menjadi penyumbang bahan baku rokok kretek dari Madura, salah satunya Sumenep, Guluk-Guluk,” sambung Bacabup Sumenep ini.
Selain potensi di atas, Fattah Jasin juga merinci potensi minyak dan gas (Migas) nasional dalam sehari bisa produksi 1 juta barel.
“Sebanyak 350 ribu barel Migas berasal dari Jawa Timur. Sekitar 200 ribu barel per hari berasal dari sumur Migas di Madura, termasuk sumur Migas di Sumenep,” terang Fattah Jasin.
Di luar potensi ekonomi di Madura, mantan Kadis Koperasi dan UMKM Jatim ini juga merinci kebutuhan susu energy nasional, sebanyak 67 % berasal dari Jawa Timur, yaitu Malang dan Jember.
“Maknya, perusahaan susu internasional Nestle berada di Pasuruan. Kebutuhan nestle atas susu energi sebanyak 1 juta liter alias 1 ribu ton per tahu,” papar Gus Acing-panggilan akrab Fattah Jasin.
Gus Acing bercerita, daerah Pujon, Kabupaten Malang ada 8 ribu petani sapi perah susu. Para petani dalam setahun menghasilkan uang Rp 300 miliar. Bisnis susu sapi sejak zaman Belanda.
“Kalau stok gula nasional, sebanyak 49% berasal dari Jawa Timur. Wajar jika pemerintahan Belanda mendirikan 35 pabrik gula di wilayah Jawa Timur,” ucap Gus Acing.
Dari potensi ekonomi Jawa Timur itu, Fattah Jasin menyebut miniatur dari potensi ekonomi besar di Jawa Timur ada di Sumenep, Madura.
Sebagai solusi dalam memakmurkan ekonomi rakyat Sumenep, Fattah Jasin menawarkan percepatan pembangunan ekonomi yang terkoneksi antara pulau dan daratan.
“Mempercepat pembangunan ekonomi di Sumenep, harus diiukti peningkatan infrastruktur. Bayangkan Sumenep-Kangean-Sumenep-Masalembu-Sumenep-Sapeken yang masih membutuhkan perjalanan panjang. Solusinya, menyulap Pulau Kangean sebagai ibu kota pelabuhan kepulauan di Sumenep,” jelas Fattah Jasin.
Sementara itu, Yayak Nur Wahyudi menjelaskan rencana detail Pemkab Sumenep dalam menyambut pemberlakuan Perpres 80 Tahun 2019.
Sedang Nyai Eva-panggilan akrab Nyai Dewi Khalifah menegaskan bahwa dirinya sudah berkomitmen dengan Bacabup Fauzi jika terpilih dalam Pilkada Sumenep 2020.
“Saya sudah membagi tugas dengan Pak Fauzi. Jika ditakdirkan terpilih, pembangunan kepulauan menjadi tugas saya. Saya akan bangun Rumah Dinas Pemkab di Kepulauan untuk mempercepat dan mempermudah pelayanan pembangunan ekonomi di kepulauan,” terangnya.
Nyai Eva lalu merinci sejumlah potensi ikan dan potensi lain di kepulauan Sumenep yang belum dimaksimalkan untuk kesejahteraan warga kepulauan.
“Nanti kami pasangan Fauzi-Eva punya terobosan program untuk memajukan ekonomi kepulauan Sumenep,” jelasnya.
Khoirul Anwar