matamaduranews.com–SUMENEP – Ketua Forum Komunikasi Pemerhati Petani (FKPP) Kabupaten Sumenep, Farid Azzayadi menyatakan kegeramannya terhadap anjloknya harga tembakau Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep.
Dalam pernyataan tegasnya, ia menyebut harga yang ditetapkan saat ini sangat tidak manusiawi dan jauh dari biaya pokok produksi (BPP) yang ditanggung petani.
“Ini bukan cuma merugikan petani, tapi sudah melukai hati mereka!” tegas Ketua LSM Gaki ini.
Berdasarkan BPP resmi yang dikeluarkan oleh Pemkab Pamekasan—sebagai rujukan harga tembakau Madura—harga tembakau jenis tegal berada di angka Rp54.000/kg dan jenis gunung Rp64.000/kg.
Padahal, menurut hasil investigasi langsung ke lapangan yang dilakukan FKPP di sejumlah kecamatan penghasil tembakau seperti Guluk-Guluk, Pasongsongan, Lenteng, dan Ganding, biaya tanam tembakau untuk 20.000 pohon mencapai puluhan juta rupiah.
“Dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, hingga panen dan rajang, semuanya butuh modal besar. Kalau harga jual cuma Rp54 ribu per kilo, ini bukan bisnis, ini pemiskinan terselubung,” jelasnya.
Ilustrasi
Ketua FKPP mempertanyakan, apakah saat keputusan harga ditetapkan oleh Bupati Pamekasan, para perwakilan pabrikan besar seperti Sampoerna, Djarum, Wismilak, HUI dan lainnya ikut hadir dan menyepakati? Kalau iya, maka sudah sangat jelas: industri besar tidak berpihak pada petani.
Ia pun melempar tantangan kepada pengusaha rokok lokal di Sumenep. Menurutnya, inilah momentum yang tepat untuk menunjukkan keberpihakan nyata terhadap petani. Bukan sekadar slogan.
“Kalau memang para pengusaha lokal itu benar-benar pro petani, maka belilah tembakau petani di atas harga BPP. Jangan biarkan harga ditentukan sepihak yang mematikan semangat bertani rakyat sendiri!”
FKPP juga mendesak Bupati Sumenep untuk tidak tinggal diam. Harus ada langkah konkret, komunikasi intens, dan aksi nyata dalam memperjuangkan harga tembakau agar petani Sumenep tidak jadi korban dari permainan industri besar.
“Diakui atau tidak, Sumenep adalah lumbung tembakau terbaik Madura. Varietas Perancak N95 kita diakui dunia. Tapi kenapa saat panen, petani kita dipermainkan?”
Sebagai penutup, Ketua FKPP dan juga tokoh GAKI (Gerakan Anak Kampung Indonesia) ini menegaskan:
“Kami ingin harga tembakau petani Sumenep dihargai layak. Minimal Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram. Kalau pengusaha lokal diam, dan pemerintah pasif, maka sama saja membunuh masa depan tembakau Madura!” (bahri)