matamaduranews.com – Bulan Rajab 1443 Hijriah segera tiba Selasa, 1 Februari 2022 malam ini. Menjelangnya, banyak amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW pada malam pertama bulan Rajab.
Dilansir Mata Madura dari NU Online, Rajab merupakan salah satu dari empat bulan mulia di sisi Allah SWT. Dalam Quran Surat At-Taubat: 36, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah SWT ialah 12 bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…â€
Rajab merupakan salah satu dari empat bulan yang mulia yang disebutkan dalam surah tersebut. Bahkan, dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda, “dalam satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada 4 bulan haram, 3 bulan secara berurutan adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram. (Satu bulan lagi) Rajabnya Mudhor yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’banâ€. (HR Bukhari).
Tidak ada perselisihan dari ulama manapun tentang keistimewaan bulan Rajab dalam hadis tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadan adalah bulannya umatkuâ€. (Jami’ul Ahadits, Nomor 12682)
Maka tak heran, jika Sayyidina Ali RA memiliki amalan khusus di bulan Rajab. Syekh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Al-Ghunyah meriwayatkan, Sayyidina Ali RA mengintensifkan diri beribadah pada empat malam dalam setahun. Salah satunya yakni di malam pertama bulan Rajab.
“Sayyidina Ali RA memfokuskan dirinya untuk beribadah dalam 4 malam dalam 1 tahun, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam pertama bulan Idul Fitri, malam pertama Idul Adha, dan malam Nifsyu Sya’banâ€. (Al-Ghunyah)
Masih bersumber dari NU Online, ibadah dimaksud Syekh Abdul Qadir Jailani itu salah satunya adalah memanjatkan doa di malam pertama bulan Rajab. Inilah doa malam pertama bulan Rajab (dan 3 bulan lainnya), yang menjadi rahasia Sayyidina Ali RA.
اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠عَلَى Ù…ÙØَمَّد٠وَاٰلÙه٠مَصَابÙيْØ٠الْØÙكْمَةÙØŒ وَمَوَالÙÙŠ النّÙعْمَةÙØŒ وَمَعَادÙن٠الْعÙصْمَةÙØŒ وَاعْصÙمْنÙيْ بÙÙ‡Ùمْ Ù…Ùنْ ÙƒÙلّ٠سÙوْءÙØŒ وَلَا تَأْخÙذْنÙيْ عَلَى غÙرَّةÙØŒ وَلَا عَلَى غَÙْلَةÙØŒ وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقÙبَ أَمْرÙيْ Øَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنّÙيْ؛ ÙÙŽØ¥Ùنَّ مَغْÙÙرَتَكَ Ù„ÙلظَّالÙÙ…Ùيْنَ، وَأَنَا Ù…ÙÙ†ÙŽ الظَّالÙÙ…Ùيْنَ. اَللّٰهÙمَّ اغْÙÙرْ Ù„Ùيْ مَا لَا يَضÙرّÙÙƒÙŽØŒ وَأَعْطÙÙ†Ùيْ مَا لَا يَنْÙَعÙÙƒÙŽØŒ ÙÙŽØ¥Ùنَّكَ الْوَاسÙعَة٠رَØْمَتÙÙ‡ÙØŒ الْبَدÙيْعَة٠ØÙكْمَتÙÙ‡ÙØŒ ÙَأَعْطÙÙ†ÙÙŠ السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ وَالصّÙØÙ‘ÙŽØ©ÙŽØŒ وَالشّÙكْرَ وَالْمÙعَاÙَاةَ وَالتَّقْوَى، ÙˆÙŽØ£ÙŽÙْرÙغ٠الصَّبْرَ وَالصّÙدْقَ عَلَيَّ وَعَلَى أَوْلÙيَائÙÙƒÙŽØŒ وَأَعْطÙÙ†ÙÙŠ الْيÙسْرَ، وَلَا تَجْعَلْ مَعَه٠الْعÙسْرَ، وَاعْمÙمْ بÙذٰلÙÙƒÙŽ أَهْلÙيْ وَوَلَدÙيْ ÙˆÙŽØ¥ÙخْوَانÙيْ ÙÙيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنÙيْ، Ù…ÙÙ†ÙŽ الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠وَالْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَالْمÙؤْمÙنَاتÙ
Yang Artinya: “Ya Allah, limpahkan rahmat ta’dzim kepada Muhammad dan keluarganya yang menjadi pelita-pelita hikmah, pemilik kenikmatan, sumber perlindungan. Jagalah kami—sebab (keberkahan) mereka—dari keburukan. Dan jangan engkau ambil kami dalam kondisi tertipu, tidak pula dalam keadaan lupa.
Jangan jadikan akhir urusan kami sebagai penyesalan. Ridhailah kami. Sesungguhnya ampunan-Mu bagi orang-orang yang zalim, dan aku bagian orang yang zalim itu.
Ya Allah, ampunilah aku atas dosa yang tidak pernah bisa membahayakan-Mu, berilah aku sesuatu yang memang tak ada manfaatnya sama sekali untuk-Mu. Sesungguhnya Engkau itu maha luas rahmat-Nya. Hikmahnya yang sangat indah.
Berikan kami kelapangan dan ketentraman, keamanan dan kesehatan, serta rasa syukur, selamat sentosa dan ketakwaan. Berikan kesabaran dan kejujuran kepada kami dan orang-orang yang Engkau cintai. Berikan kami pula kemudahan yang tidak ada kesulitannya sama sekali.
Semoga itu semua juga Engkau berikan bagi keluarga kami, anak kami, saudara-saudara kami seagama. Dan Engkau berikan kepada orang tua yang telah melahirkan kami, dari muslimin muslimat, mu’minin mu’minat.” (Syekh Abdul Qadir bin Shalih al-Jilani, al-Ghunyah, DÄrul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1997, juz 1, halaman 328-329). (Wf01)