Di antara keempat anak kandung Madura, Sampang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) paling buncit. Baris tanggung jawab terdepan ditempati kalangan pemuda dengan mahasiswanya.

Foto/Kirom, Mata Madura
MataMaduraNews.com-SAMPANG-Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Raudhatul-Ulum Ar-Rahmaniyah (STIRUA) Pramian, Kecamatan Sreseh, Kabupaten Sampang, Jum’at, 20 Januari lalu mengikuti kuliah umum yang diberikan Dr. Zaman Abdurrahman. Kuliah umum tersebut diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) Prodi PKN di kampus yang sudah berjalan 8 tahun.â€Ini merupakan acara perdana setelah pengurus HIMA dilantik dua bulan yang lalu,†kata Dayat, Gubernur HIMA PRODI PKN kepada Mata Madura.
Menurut Dayat, STIRUA memang perlu sentuhan eksplorasi-ekplorasi baru. Salah satunya dengan intens mengadakan seminar atau kuliah umum. Sehingga mahasiswa yang mayoritas berasal dari lingkungan pesantren tersebut bisa mendapatkan motivasi baru dari kaum akademisi. â€Apalagi seperti halnya Dr. Zaman yang merupakan putra daerah dan mantan aktivis pemuda Sampang. Ini bisa memberikan suntikan semangat baru kepada kaum mahasiswa STIRUA yang mayoritas mahasiswanya juga dari kalangan nelayan dan petani,†kata mahasiswa semester lima tersebut.
Sementara Rektor STIRUA, Mukyan Mukafa Hasbullah dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih kepada narasumber yang sudi menginjakkan kakinya dan masuk naik bukit Pramian, Sreseh. Tak lupa Mukyan juga mengapresiasi kinerja para mahasiswa. Ia berharap agar para mahasiswa STIRUA tetap menuntut ilmu setinggi-tingginya, dan tidak putus di tengah jalan. â€Syukur, kalian bisa mengikuti rekam jejak narasumber, Dr Zaman Abdurrahman hari ini. Yang di usia muda sudah bergelar doktor,†katanya, disambut tepuk tangan gemuruh.
Dalam ceramahnya, Zaman mengatakan, masyarakat, khususnya mahasiswa sebagai kaum akademis sudah tidak lagi dirasa mengamalkan Pancasila. Menurutnya banyak masyakarat yang mengaku berpancasila, tetapi hidup di negara tanpa melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai bangsa yang beragama. â€Padahal butir pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan bangsa kita dengan kekerasan politik sudah menghilangkan butir kedua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Keadilan sekarang sudah menjadi rahasia umum bagi sebagian kaum, nilai keadilan yang sudah tak pernah terlihat oleh lirik mata para penegak keadilan. Hukum pun hanya bisa tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Begitu juga butir ketiga, keempat, dan selanjutnya. Sudah sering diabaikan,†katanya.
Dalam kesempatan itu, pria kelahiran Karang Penang ini juga menyebutkan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura. Dia merinci indeks SDM Madura seperti Bangkalan berkisar 66,68; Sumenep 67,25; Pamekasan 67,77; dan Sampang 58,18. â€Jadi kota kelahiran kita ini (Sampang; red) yang terendah,†imbuhnya.
Karena itu, Zaman berharap kepada para mahasiswa dan pemuda Sampang agar terus belajar dan berjuang mengikuti jejak para pemimpin bangsa. Motivasi dari Zaman itu tentu saja menyulut semangat para audien yang terdiri dari siswa dan mahasiswa.
Tak hanya itu, pemuda yang menyelesaikan master dan doktornya di Universitas Airlangga ini memberikan doorprize bagi para mahasiwa yang berani beranjak ke depan untuk mengajukan pertanyaan ataupun kritikan. Tak lupa ia berharap doorprize yang diberikan berupa buku itu untuk dibaca dan diamalkan oleh mahasiswa, khususnya mereka yang mendapatkannya.
Kirom, Mata Madura