Peristiwa

Istighasah Kebangsaan dan Bagi-bagi Sembako Pada Abang Becak dari Jaspenu Sumenep

Jaspenu Sumenep saat menggelar acara Istighasah Kebangsaan dan Bagi-bagi Sembako kepada 70 abang becak, di Tajamara Sumenep, Selasa (28/5/2019). (Foto Jaspenu for Mata Madura)

matamaduranews.com-SUMENEP- Jaringan Santri dan Pelajar (Jaspenu) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar acara istighasah kebangsaan, serta bagi – bagi sembako kepada 70 abang becak, di Tajamara Sumenep, Selasa (28/5/2019) sekitar pukul 15.00 WIB.

Mohammad Masrul, Ketua Jaspenu Sumenep mengatakan, kegiatan itu Dalam rangka memperingati hari lahir Jaspenu yang perdana, di samping sebagai bentuk implementasi sekaligus refleksi Jaspenu dalam memaknai bulan suci ramadhan.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

“Bagi kami, puasa itu mengajarkan kesetaraan antar sesama. Semua pasti lapar jika tidak makan. Dan salah satu prasyarat untuk mencapai hal tersebut adalah dengan cara memupuk hati untuk perduli dan berbagi atas sesama terutama dengan mereka yang belum berkecukupan secara ekonomi,” ungkap Masrul.

Mengenai bingkisan yang dibagikan pada abang becak menurut Masrul  hanya sebagai alat untuk mempererat rasa persaudaraan dan kemanusiaan.

“Kita sebagai sesama anak negeri. Meski tidak seberapa tetapi mudah-mudahan mampu menjadi pelipur dahaga,” imbuhnya.

Sementara Ajimuddin, korwil Jaspenu Madura, sisa dari pagelaran politik elektoral yang baru saja digelar di tanah air, perlu disikapi secara dewasa dan konstruktif dengan terus menggugah kembali kesadaran etis elaku umat yang taat beragama.

“Sebagai warga negara yang baik, kita semua adalah bersaudara senasib dan seperjuangan. Sedang diluar kontestasi politik kekuasaan, kita adalah makhluk sosial yang juga manusia beradab dan berbudaya tinggi yang tentu saja saling membutuhkan serta saling melengkapi dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ajimuddin.

Senada, Moh. Rusdi, Sekretaris Jaspenu Sumenep menambahkan, puasa Ramadhan kali ini dapat dimaknai sebagai metodologi Tuhan agar setiap orang sadar betapa lemahnya manusia dan juga bisa dimaknai sebagai sebuah alarm bahwa tepo sliro adalah solusi tepat bagi banyak persoalan sosial kemasyarakatan.

“Dan di luar agenda bersama abang becak kali ini, kita akan melakukan operasi ke pelosok-pelosok Desa terpencil untuk bertemu dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung dan yang sementara ini luput dari radar pemerintah. Dan semoga perjuangan filantropis ini menjadi catatan baik dan menjadi sumbangan riil atas realitas negara-bangsa hari ini,” ujar Rusdi.

Rusydiyono, Mata Madura

Exit mobile version