Kesulitan Modal Mebel Hasan, Teratasi BPRS Bhakti Sumekar

Muhammad Hasan sedang finishing salah produk furnitur usaha mebelnya, beberapa waktu lalu. (Foto Rafiqi, Mata Madura)

Permodalan menjadi kendala Mohammad Hasan saat ingin memulai usaha mebel 2008 silam. Kehadiran BPRS dengan tawaran modal memberinya jalan keluar sekaligus peluang, sehingga usahanya bisa berjalan sampai sekarang.

Muhammad Hasan sedang finishing salah produk furnitur usaha mebelnya, beberapa waktu lalu. (Foto Rafiqi, Mata Madura)
Muhammad Hasan sedang finishing salah produk furnitur usaha mebelnya, beberapa waktu lalu.
(Foto Rafiqi, Mata Madura)

MataMaduraNews.comSUMENEP – Mohammad Hasan mengaku bingung saat pertama kali pindah ke Desa Beraji, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep beberapa tahun lalu. Bukan apa-apa, ia hanya tak tahu harus bekerja apa setelah mimpinya terwujud menikahi perempuan bernama Safrina Fillaili di sana. Bahkan, kebingungan itu pun berlanjut, saat pekerjaan justru mendatanginya tanpa sengaja.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Hasan, panggilannya, mendapat pekerjaan tak lama setelah menikah. Secara tak sengaja_mungkin takdir, seorang tetangga di rumah barunya itu meminta dia membuatkan lemari dan beberapa furnitur keperluan rumah tangga. Hasan pun tak banyak kata. Lelaki asal Desa Tenonan, Kecamatan Mading itu langsung menerima permintaan sang tetangga yang dikenalnya sejak menjadi pekerja seorang pengusaha mebel di desa asalnya.

”Sebelumnya, dia (tetangganya, red) memang sering pesan furnitur ke bos saya,” ceritanya kepada Mata Madura.

Sejak itulah, sambung Hasan, pesanan perlahan-lahan datang padanya. Orang-orang mulai memesan beberapa furnitur yang ia duga mendapat informasi dari mulut ke mulut setelah berhasil mengerjakan pesanan si tetangga. ”Akhirnya, ya saya buka mebel ini,” ungkapnya, Selasa, 18 Juli lalu.

Namun, datangnya pesanan justru membuat Hasan bingung. Ia harus memutar otak karena sadar usaha mebel membutuhkan banyak modal, sedangkan dirinya sama sekali tak punya uang. ”Ternyata ada Pak Halim yang nawarin saya modal. Katanya biar saya pinjam modal ke BPRS saja,” ujarnya, sembari mengingat masa-masa sulit itu.

Menurut Hasan, Halim masih terhitung tetangga meski rumahnya agak jauh. Karyawan BPRS Bhakti Sumekar itulah yang dulu memberinya jalan keluar atas kesulitan modal saat ingin membuka usaha mebel secara resmi di tahun 2008.

Pertukangan, begitu Hasan menyebut usaha mebel tersebut, merupakan bidang keahliannya. Karena itu, sedari awal ia langsung kerjakan sendiri seluruh pesanan tanpa pekerja. ”Habis itu ada omzet dan permintaan terus datang. Jadi, saya nambah temen,” terangnya.

Hasan mengaku tak memiliki pengalaman pendidikan khusus bidang pertukangan. Keahlian membuat furnitur itu didapatnya secara otodidak dari ikut bekerja dengan sejumlah orang sejak muda. Dengan beragam jenis kayu yang diinginkan pemesan, mebel Hasan bisa memproduksi semua jenis furnitur. Baik lemari, kursi, meja, ranjang, pintu, jendela, kusen, dan lainnya.

Kini, usaha yang pertama dibuka disamping rumahnya itu sudah dipindah ke belakang hingga samping dapur. Hal itu tak lain karena kebutuhan terhadap ruang yang lebih luas harus dipenuhi seiring membesarnya usaha, meski ia agak merendah dengan alasan bikin kotor, sempit, dan ramai.

Bahkan, Hasan juga sudah tak hanya dibantu satu pekerja. Sekarang ia memiliki 3 orang karyawan dari desa asalnya dengan mayoritas pemasan dari daerah kota. ”Saudara-saudara sendiri. Mereka masuk tiap hari. Cuma yang 2 sekarang tidak masuk,” katanya, menjelaskan.

Untuk pinjaman kepada BPRS, seingat Hasan didapatkan kali pertama sebanyak Rp 5 juta. Hingga kini, ia sudah tak ingat berapa kali mengajukan ulang pinjaman. Yang jelas, nominalnya terus meningkat hingga mencapai Rp 30 juta. ”Pokoknya sudah sering perpanjang,” tegasnya.

”Tapi nggak bisa langsung sekaligus. Jadi lunas dulu, baru bisa dinaikkan pinjamannya. Terakhir di tahun 2016 lalu saya pinjam, yang jadi Rp 30 juta itu,” imbuh ayah dua anak tersebut.

Setoran perbulan juga dinyatakan Hasan tak memberatkan. Meski tak menyebutkan nominalnya, ia bisa memenuhi cicilan dengan mudah. Ia bersyukur, meski pernah juga harus melakukan cililan dari modal. ”Rezeki kan tidak tentu, tapi bisa ditutupi dengan pendapatan bulan berikutnya,” timpalnya.

Perhitungan Usaha Mebel HasanYang pasti, Hasan merasa sangat terbantu dengan pinjaman modal BPRS, terlebih bisa terus meningkat. Karena bagi orang yang tidak punya modal sepertinya, mendapat suntikan dana adalah pertolongan yang luar biasa. ”Ya alhamdulillah usaha bisa jalan. Apalagi usaha seperti ini, terus terang butuh modal besar,” terangnya.

Bagaimana tidak? Untuk produksi tiap bulan, sekarang Hasan membutuhkan modal sekitar Rp 15 jutaan. Mulai dari bahan, proses pemotongan kayu, hingga gaji 3 karyawan. ”Saya gajinya perminggu. Satu minggu itu, Rp 1 juta. Tapi hitung masuk juga, kalau tak pernah absen ya Rp 1 jutaan,” jelasnya.

Dari modal itu, omzet yang didapatkan Hasan berkisar Rp 20-25 jutaan dengan kuntungan maksimal Rp 10 juta. Jika lagi sepi, keuntungan terkadang malah hanya bisa di angka Rp 5 juta saja. ”Tergantung rezeki. Soalnya tergantung pada produk yang terjual,” ujarnya, menerangkan.

Karena itu, lelaki ramah dan penyabar tersebut berharap dapat meningkatkan nominal pinjaman dengan cicilan yang tentu agak ringan. Sebab, usaha mebel memang berbeda dengan usaha lain. Jika modal Rp 30 juta dianggap sudah lumayan, khusus mebel sebenarnya masih mepet karena proses yang lama untuk menjadi produk dan laku dijual. ”Dari beli kayu, proses penyiapan bahan, pembuatan, sampai bisa dijual itu sangat lama. Makanya, harus punya modal besar,” tegas Hasan.

| inforial

Exit mobile version