Ketika Gubernur Bashrah Terbiasa Bershalawat Nabi Saw

×

Ketika Gubernur Bashrah Terbiasa Bershalawat Nabi Saw

Sebarkan artikel ini
Shalawat Nabi Saw
Shalawat Nabi Saw

matamaduranews.com-Gubernur Bashrah, Isa al Zadan punya kebiasaan membaca shalawat Nabi Saw tiap hari dan tiap Jumat malam. Kebiasaan itu, pernah dilewati satu malam. Lalu ditegur oleh Rasulullah lewat Ismail, ayah Rabi’ah al-Adawiyah.

Kisah ini ditulis Syech Fariduddin al-Attar lewat buku Tadzkiratul Auliya.

Saat itu, Ismail, ayah Rabi’ah al-Adawiyah tidak memiliki setetes minyak untuk mengolesi pusar Rabi’ah. Rumahnya pun gelap gulita karena tak ada lampu penerang. Dan tidak ada kain untuk membungkus tubuh bayi Rab’iah.

Waktu kelahiran Rabi’ah, Isma’il, ayahnya-bingung mencari minyak. Sang istri kebingungan karena bayi yang baru dilahirkan ke dunia sudah menderita akibat kemiskinannya.

“Pergilah ke tetangga dan minta setetes minyak agar aku dapat menyalakan lampu,” pinta istri Ismail.

Namun, Ismail terlanjur bersumpah tidak akan meminta apa pun dari manusia. Karena didesak sang istri dan melihat bayi baru lahir sungguh menderita, Ismail dengan terpaksa pergi mencari minyak.

Selang beberapa menit, Ismail kembali pulang ke rumah dengan tangan hampa karena tidak ada warga yang memberi minyak.

Mendengar sang suami tidak membawa apa-apa, ibu Rabi’ah menangis pilu. Dalam keadaan membingungkan, ayah Rabi’ah menyandarkan kepala di atas lututnya dan tertidur.

Dalam tidurnya, ayah Rabi’ah bermimpi berjumpa Nabi Muhammad Saw. “Jangan bersedih,” hibur Nabi Saw.

“Anak perempuanmu yang baru saja lahir adalah seorang ratu diantara kaum wanita. Putrimu kelak akan menjadi pemberi syafaat bagi 70 ribu umatku kelak,” lanjut Nabi Saw dalam mimpinya.

Di dalam mimpi itu, Nabi Saw memerintah ayah Rabi’ah untuk menemui Isa al-Zadan, Gubernur Bashrah.

“Pergilah kepada Isa al Zadan, Gubernur Bashrah. Tuliskan kalimat ini di atas selembar kertas: Setiap malam kau bershalawat atasku seratus kali dan empat ratus kali pada Jumat malam. Kemarin malam adalah Jumat malam dan kau melupakanku. Untuk menebusnya, berikan kepada laki-laki pembawa surat ini, sebanyak empat ratus dinar yang kau peroleh secara halal.”

Seketika ayah Rabi’ah terjaga dari tidur. Ayah Rabi’ah tak kuasa mengingat perjumpaan dengan Sang Nabi Saw walau dalam mimpi. Tak terasa air mata bercucuran membasahi pipinya.

Beliau bangun dan menuliskan kalimat sebagaimana yang diperintahkan Nabi Saw. Lalu surat itu dikirim ke Gubernur Bashra melalui pembantu Gubernur.

“Bagikan dua ribu dinar kepada fakir miskin,” perintah Gubernur setelah ia membaca pesan. “Sebagai ungkapan syukurku karena Nabi Saw mengingatku. Bagikan juga orang tua itu empat ratus dinar dan katakan padanya,” sambung Gubernur.

Kemudian Sang Gubernur menemui ayah Rabi’ah. “Aku dapat bertatap muka dengan Anda. Namun kurang pantas Anda datang menemuiku. Lebih pantas bila aku yang mendatangi Anda dan menempelkan janggutku di ambang pintu rumah Anda,” ucap Gubernur.

Setelah mendapat pesan dari Rasulullah SAW. Sang Gubernur sadar dirinya alfa bershalawat kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang biasa baca tiap hari dan tiap Jumat malam. Sang Gubernur menaruh hati kepada ayah Rabi’ah yang terkategori keluarga sangat miskin tapi memiliki hubungan sangat dekat kepada Allah Swt dan Rasulullah SAW.

Dari pertemuan singkat itu, Sang Gubernur berharap ayah Rabi’ah tidak sungkan menyampaikan kepada dirinya apa yang menjadi kebutuhannya.

“Aku memohon pada Anda dengan sangat, Demi Allah, apa pun yang Anda butuhkan, beritahu aku,” pinta sang Gubernur.

Begitulah Rabi’ah al-Adawiyyah? Di balik ketenaran sebagai sufi perempuan pertama yang memperkenalkan madzhab cinta kepada Allah Swt.

Rabi’ah lahir dari keluarga sangat miskin.  Ayah Rabi’ah memiliki tiga anak perempuan. Rabi’ah termasuk anak perempuan keempat. Itulah mengapa dinamai Rabi’ah (artinya keempat). (redaksi)

KPU Bangkalan