Ketika PKB Dulu Tentukan Figur Calon di Pilbup

KH Fauzi Sirron, Pengasuh Ponpes Al-Ihsan, Desa Jaddung, Pragaan, Sumenep. (matamadura)

matamaduranews.comSUMENEP-Model politik PKB Sumenep dulu punya ciri khas sebelum menentukan figur yang akan diusung sebagai Calon Bupati dari PKB.

Para elit PKB yang terdiri dari para masyayikh, tidak serta merta memberi keputusan sebelum menerima fatwa dari sejumlah ulama/kiai sepuh Sumenep yang memiliki kesalehan spiritual. Salah satu nama ulama/kiai sepuh itu, ada nama KH Fauzi Sirron.

KH Fauzi Sirron, Pengasuh Ponpes Al-Ihsan, Desa Jaddung, Kecamatan Pragaan, Sumenep, selalu menjadi refrensi utama para elit Politik PKB Sumenep. Fatwanya menjadi penentu arus dan warna politik Sumenep.

Nama Kiai Fauzi Pragaan memang tak asing bagi politisi NU Sumenep. Namanya selalu menghiasi jagat perpolitikan elit NU-PKB Sumenep. Fatwa politik Kiai Fauzi Sirron selalu ditunggu. Para elit PKB meyakini, fatwanya selalu bersandar atas petunjuk Allah Swt.

Refrensi fatwa politik dari Kiai Fauzi ternyata memiliki kisah.  Ustad S (nama samaran) mantan pengurus DPC PKB Sumenep bercerita, ketika itu para tamu dan santri yang bertamu ke Kiai Fauzi sebelum PKB terbentuk di Sumenep. Kiai Fauzi selalu bertanya kepada para tamu dan santri yang datang menemuinya.

“Apakah Gus Dur (Abdurrahman Wahid) mendirikan partai politik?,” tanya Kiai Fauzi kepada sejumlah tamu yang datang. Sebagaimana pengakuan si Ustadz S, pertanyaan Kiai Fauzi yang berulang-ulang itu, juga disampaikan kepada sejumlah santri.

Tentu saja, pertanyaan aneh dari lisan Kiai Fauzi terasa asing oleh sebagian besar tamu dan santri. Bukan karena apa. Bagi penilaian para santri dan tamu, sepanjang hidup Kiai Fauzi dikenal sebagai ulama yang wara’ dan salaf  serta tidak pernah menyentuh dunia partai politik.

Kenapa bisa demikian? “Kiai Fauzi bermimpi pernah didatangi Gus Dur dan mengajak untuk mengikuti partai yang didirikan Gus Dur, yaitu PKB. Mimpi inilah yang selalu dipegang oleh Kiai Fauzi untuk membantu Gus Dur dalam perjuangan membesarkan PKB,” cerita Ustadz S, kepada Mata Sumenep, sambil mengenang awal kisah perjuangan Kiai Fauzi untuk membesarkan PKB.

Sejak itu, Kiai Fauzi menjadi jujukan para elit politik PKB dalam menentukan pilihan politik, termasuk mengusung figur sebagai calon Bupati Sumenep.

Ustadz S memberi contoh, menjelang Pilbup Sumenep 2010 lalu, Kiai Fauzi sebagai salah satu ulama Sumenep yang mengemban tugas melakukan istikharah dalam menentukjan figur Cabup dari PKB.

“alm. KH A. Basyir AS, sebagai Ketua Dewan Syuroh DPC PKB Sumenep, yang juga sebagai Pengasuh Ponpes Annuqayah Daerah Latee, ketika itu, meminta tolong kepada (alm) Kiai Fauzi agar melakukan istikharah soal figure Cabup PKB yang ideal,” tuturnya.

Apa jawaban Kiai Fauzi? Ustadz S kembali bercerita, ketika itu, Kiai Fauzi menerima surat dari Kiai Basyir AS yang diantar Kiai Jurjis, salah satu pengasuh Ponpes Al-Isy’af, Guluk-Guluk, Sumenep. Inti surat itu berbunyi: “Berhubung dengan berkahirnya masa jabatan Sumenep, maka untuk masa yang akan datang apakah butuh Bupati dari golongan ulama atau non ulama?

“Salah satu dari kata ulama dan non-ulama dalam surat tersebut minta dicoret. Dan  dari hasi istikharah, muncul figur cabup dari ulama yang perlu diusung dari PKB,” sambungnya.

Menurut pengakuan Ustadz S, Kiai Fauzi menganggap penting melakukan shalat istikharah menjelang pemilihan politik. Sebab, kata Kiai Fauzi, seperti dituturkan Ustadz S, jika salah memilih pemimpin, yang memilih figur itu, ikut menanggung dosa, selama pemimpin itu berbuat tidak benar.

“Bagi Kiai Fauzi menentukan pilihan apa pun, tidak boleh gegabah. Harus melewati proses dan minta petunjuk kepada Allah agar tidak sesat. Memilih suatu pilihan memiliki konsekuensi,” tandasnya.

Memang dalam Islam ada berbagai cara Allah Swt memberikan petunjuk kepada hambanya. Salah satu petunjuk Allah itu melalui Shalat Istikharah.

Secara harfiah, istikharah berasal dari khaara, yang berasal dari kata khayara, berarti memilih. Istikharah memiliki makna mencari pilihan atau thalaba al-khairataallah: yaitu memohon kepada Allah agar diberi petunjuk dalam menentukan pilihan.

“Termasuk menentukan pilihan kepada Paslon Pilkada. Sebagai hamba yang lemah, kita tiada kuasa menentukan pilihan. Kecuali mendapat bimbingan dari Ilahi Rabbi, Sang Penguasa Alam Raya ini,” jelas Ustadz M mengakhiri wawancara.

sumber: mata sumenep

Exit mobile version