matamaduranews.com–SUMENEP-Ratusan santri Pondok Pesantren at-Taufiqiyah, Desa Aengbajaraja, Bluto Sumenep terlebih dahulu harus menjalani pemeriksaan dari petugas kesehatan protokol covid 19 saat kembali ke pesantren, Selasa pagi (16/6/2020).
Hal ini dilakukan guna memutus matarantai penyebaran covid 19 di kalangan santri menyusul adanya penerapan new normal oleh pemerintah.
Dengan antusias petugas dari unsur Puskesmas Kecamatan Bluto, tim covid 19 yang dibentuk pesantren at-Taufiqiyah serta dibantu dari unsur kepolisian dan koramil Kecamatan Bluto. Mereka melakukan pemeriksaan intensif terhadap santri secara bergantian yang hendak memasuki lingkungan pesantren.
Terlihat santri yang datang diharuskan menggunakan masker sebelum melakukan registrasi terlebih dahulu. Mereka juga harus mencuci tangan di bak penyucian yang sudah disediakan. Kemudian dites suhu badan dan dilakukan penyemprotan menggunakan disenfektan ke sekujur tubuhnya beserta barang bawaannya.
Hal ini guna memastikan kondisi santri tidak terpapar covid 19 setelah menghabiskan masa liburan di rumahnya masing-masing.
Selain itu, santri juga diwajibkan menyerahkan bukti keterangan kesehatan dari dinas kesehatan tempat santri tinggal.
Berhubung para santri ponpes at-Taufiqiyah ini berasal dari berbagai kecamatan baik yang masuk zona merah maupun masih zona hijau di wilayah kabupaten Sumenep.
“Dalam proses kembalinya santri dibagi empat tahap. Dimulai sejak hari minggu kemarin dan berakhir hari rabu besok. Sedangkan jumlah total santri, baik santri putra dan putri sekitar 670 orang. Di mana semua santri tersebut dalam kembalinya ke pesantren harus melewati tahapan proses protokol kesehatan covid 19,†ucap Kepala Pesantren at-Taufiqiyah, Lora Rafiki Abdillah kepada media yang menemuinya.
Pihak pesantren berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil dalam proses kembalinya santri ke pesantren.
“Kami berharap penerapan protokol kesehatan kepada santri bisa terhindar dari penyebaran covid 19 yang hingga saat ini masih melanda di negeri ini,” tuturnya.
Sai, kontributor Mata Madura