matamaduranews.com–SURABAYA-Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, H Anwar Sadad, MAg berkesempatan memberi ceramah singkat di acara wisuda UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ke 89, pada hari Sabtu (26/10/2019).
Dengan sikap kerendahan hati, Anwar Sadad mengaku mendapat kehormatan karena diundang untuk berceramah singkat di depan ribuan wisudawan-wisudawati UIN Sunan Ampel.
“Menghadiri wisuda ini, bisa bertemu dengan guru-guru saya. Orang-orang yang menjadi bagian penting dari perjalanan hidup saya,” ucapnya mengawali ceramah singkatnya.
Anwar Sadad bercerita, dirinya masuk IAIN pada tahun 1993. Wisuda S1 pada tahun 1998. Wisuda S2 pada tahun 2001. “Saat ini saya masih tercatat sabagai peserta program S3 UIN Sunan Ampel, sejak 2016,” tambahnya.
Anwar Sadad memberikan apresiasi kepada Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Masdar Hilmy dan seluruh civitas akademik UINSA yang konsisten memanage UINSA menjadi avant garde dalam pendidikan Islam wasaá¹iyah di bumi nusantara.
Menurut politisi Gerindra Jatim ini, warna Islam wasatiyah sangat mencolok dan terjaga konsistensinya di UINSA. “Inilah Inklusifitas yang merupakan DNA bangsa Indonesia,” terang Sadad.
Lalu Sadad membuka sejarah terbentuknya negara bangsa Indonesia yang diawali dengan perdebatan-perdebatan tajam dan berkualitas lewat sidang-sidang BPUPKI maupun rapat-rapat PPKI.
“Sejarah telah mencatat, hanya pikiran inklusif yang dapat disepakati. Dan di tanah inklusifitas itulah Negara Indonesia dibangun,” sambung ayah empat anak ini.
Lebih jauh Sadad merinci, tema perbincangan dunia juga mengambil isu living together in inclusive societies. Sebagaimana tergambar dari kampanye SDG’s (sustainable development goals) yang dikampanyekan secara massif di semua negara.
Karena itu, Sadad yakin, segala yang berbau eksklusifitas tak akan pernah diterima di negara bangsa Indonesia ini.
“Alhamdulillah, UINSA konsisten di jalan inklusifitas. Saya bersyukur. Saya pernah dididik dan berproses di dalam UINSA. Saya berharap UINSA tak kehilangan identitas keislaman. Islam yang diajarkan adalah Islam yang substantif,” tutur Sadad.
Bagi Sadad, belajar Islam di UINSA bukan sekedar belajar Islam, tapi mendalami Islam (ta’ammuq). Yaitu, Islam yang substantif dengan pikiran yang inklusif sebagai modal merawat kebangsaan keindonesiaan.
“Sukses selalu untuk UIN Sunan Ampel,” pungkasnya.
Abdul Hadi, Mata Surabaya