MataMaduraNews.com–PAMEKASAN–Desa Taro’an dikenal dengan desa terpencil di Kecamatan Tlanakan. Salah satu potensi yang paling terlihat adalah potensi hasil olahan singkong menjadi Kripuk Tette mentah.
Sayangnya, beragam potensi tersebut kurang bisa dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Sehingga membuat mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Madura (IAIN) yang tengah mengikuti Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM ) di Desa Taro’an, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan memberikan sebuah inovasi baru. Yakni mengenai cara pemanfaatan Kripik Tette menjadi produk oleh-oleh berbagai rasa, seperti rasa balado, rasa sapi panggang, rasa barbeque.
â€Melalui inovasi produk olahan yang kami berikan, kami berharap dapat meningkatkan nilai ekonomis dari kripik tette, sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Produk olahan kripik tette berbahan dasar singkong. Bahan kripik tette yang merupakan singkong tersebut merupakan bahan-bahan yang banyak dijumpai di Desa Taro’an,†tutur Guz Vicky, salah satu mahasiswa IAIN Madura yang mengikuti KPM di Desa Taro’an, Tlanakan, Pamekasan, Selasa (31/07/2018) lalu.
Peserta KPM Posko 92 IAIN Madura juga melakukan sosialisasi terhadap staf Kecamatan Tlanakan beserta Kepala Desa Taro’an, Aminullah dan jajaran aparat desa untuk memperkenalkan produk unggulan mereka itu. Hasilnya, ada berbagai review positif terhadap inovasi potensi lokal Desa Taro’an menjadi Kripik Tette berbagai rasa.
“Rasa sudah enak dan idenya sangat kreatif untuk mengolah kripik tette agar lebih menarik untuk menaikkan tingkat pendapatan warga Taro’an,” ucap Aminullah.
Apresiasi yang sama juga didapat dari pihak Kecamatan Tlanakan. Herman selaku Kasi Pemerintahan menyebut kemasan Kripik Tette yang diinovasi sudah bagus. Hanya saja, pihaknya juga menilai masih butuh dukungan lebih pemerintah agar kripiknya tidak mlempem.
“Tahun 2019 sudah bisa diajukan APBD-nya karena sudah ada label. Hanya saja butuh perbaikan pengemasan saja,” tuturnya.
Proses pelatihan inovasi potensi kripik tette dilakukan mentah di Desa Taro’an, kata Gus Vicky berjalan dengan lancar. Pelatihan dilakukan dengan menjelaskan teknik pembuatan produk kepada ibu-ibu Desa Taro’an, kemudian mempraktikkannya secara langsung.
“Produk yang dibuat pertama kali adalah kripik tette rasa-rasa, sehingga tergolong menjadi desa produktif,” jelas salah satu peserta KKN Posko 92 IAIN Madura itu.
Kirom, Mata Madura