Catatan

Koran Akan Mati

Koran Republika
Edisi Terakhir Koran Republika (ilustrasi)

Janet Steele juga melihat Tempo dalam perspektif nilai-nilai Islam. Bagi Tempo, yang penting adalah pluralisme, bukan Islam, meski sebagian besar wartawannya muslim. Tempo telah memberi ruang pada para cendekiawan Muslim progresif yang menyerukan pembaruan dalam pemikiran Islam. Dengan demikian, Tempo dikategorikan telah mempromosikan pendekatan Islam yang kosmopolitan.

Janet Steele menyimpulkan bahwa wartawan muslim di Indonesia dan Malaysia menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar jurnalisme yang sama. Hanya saja cara mereka dalam memahami prinsip-prinsip tersebut berbeda karena nilai-nilai tempat mereka berpijak tidak liberal.

Wartawan Muslim di Indonesia dan Malaysia–yang menolak label liberal dan sekuler–tetap mempromosikan toleransi dan demokrasi. Kosmopolitanisme ini tampak pada Tempo dan Republika. Di Malaysia, Harakah dan Malaysiakini juga punya nilai-nilai kosmopolatanisme yang sama.

Republika menjadikan Islam kelas menengah atas sebagai ceruk pasar yang bermanfaat secara ekonomis. Ketika Erick Thohir mengambil alih media itu pada awal 2000-an identitas keislaman masih dipertahankan, terutama untuk merebut ceruk pasar muslim kelas menengah kota.

Disrupsi digital mengubah total lanskap itu. Idealisme Republika mungkin masih tetap bisa dipertahankan. Tetapi untuk bisa survive dalam persaingan digital, Republika tetap harus bersaing memperebutkan pengaruh algoritma, dan mau tidak mau harus terlibat dalam jurnalisme clickbyte. (*)

sumber kempalan

Dhimam Abror
Catatan

matamaduranews.com-PWI DUA kubu. Konflik PWI tentu berefek pada…

Exit mobile version