Kronologi Kisruh Kerapan Sapi Merebut Tiket Piala Presiden

×

Kronologi Kisruh Kerapan Sapi Merebut Tiket Piala Presiden

Sebarkan artikel ini
Kronologi Kisruh Kerapan Sapi Merebut Tiket Piala Presiden

matamaduranews.comSUMENEP-Pagelaran Kerapan Sapi tingkat Kabupaten Sumenep di Lapangan Giling, Minggu (15/9/2019) berjalan kisruh.  Panitia pelaksana menghentikan lanjutan perlombaan setelah ada protes dari dua peserta.

Hingga sore belum ada keputusan. Panitia hanya menyampaikan lanjutan Festival Kerapan Sapi yang akan memperebutkan tiket Piala Prisiden di kejuaraan antar kabupaten di Madura, menunggu hasil keputusan musyawarah panitia. Sampai kapan keputusan itu, panitia tidak memberi kepastian.

Jony Tata, salah peserta Kerapan Sapi asal Kepulauan Sapudi mengaku kecewa atas keputusan panitia. Menurutnya, belum ada kepastian waktu untuk melanjutkan perlombaan berakibat pada kerugian para peserta lomba.

“Bayangkan berapa biaya yang dikeluarkan tiap peserta untuk ikut perlombaan. Apalagi peserta yang dari kepulauan,” ucap Jony kepada Mata Madura, dengan nada kecewa.

Jony mengaku Sapi Kerap asta nama Potre Koneng miliknya, tinggal memasuki putaran kedua. Tiba-tiba dihentikan oleh panitia setelah ada protes dari peserta yang lain.

Kisruh perlombaan Kerapan Sapi terjadi sekitar jam 12 siang. Hasil penelusuran Mata Madura, ada dua protes dari peserta Kerapan Sapi di ajang para juara Sapi Kerap tingkat eks Kawedanan ini.

Protes pertama, pasangan Sapi Kerap asal Kecamatan Ganding. Peserta memprotes karena ada satu ekor Sapi Kerap asal Bangkalan yang digandengkan dengan Sapi Kerap asal Ganding.

Protes itu diterima panitia karena dinilai menyalahi aturan yang telah disepakati bersama oleh para pecinta Kerapan Sapi di Sumenep.

“Aturan dari panitia jelas. Tidak boleh Sapi Kerap luar kabupaten Sumenep ikut lomba di Sumenep. Panitia sudah mewanti-wanti ke semua peserta. Tapi kenyataanya, peserta sendiri yang bikin ulah,”terang Ketua Panitia H Mustami kepada sejumlah wartawan.

Kata Mustami, pasangan Sapi Kerap boleh berganti asal dalam lingkup Sumenep. Kalau Sapi Kerap luar Sumenep dibolehkan digandeng asal sudah tinggal 3 bulan 10 hari di Sumenep.

“Yang ditemukan panitia, ada salah satu pasangan Sapi Kerap yang juara di Bangkalan digandengkan,” tambahnya.

Kisruh kedua yang diterima Mata Madura, Sapi Kerap asal Ambunten sejatinya kalah dalam perlombaan. Tapi panitia salah ambil bendera. Lalu memenangkan. Lawan kerap protes.  Zai, pemilik Sapi Kerap asal Manding mengajukan protes ke panitia.

Protes diterima. Panitia menggunakan kamera shooting yang merekam detik-detik Sapi Kerap saat memasuki garis finish sebagai acuan. Hasilnya diketahui, Sapi Kerap milik Zai menang dengan selisih jarak sekitar 1 meter dari Sapi Kerap asal Ambunten.

Dalam aturan, panitia mengambil keputusan dari pemprotes mengacu hasil rekam kamera. Bukan keputusan juri yang terlanjur memenangkan.

Namun, pemilik Sapi Kerap asal Ambunten tak terima atas keputusan panitia. Lalu Sapi Kerap yang terlanjur dimenangkan itu, diletakkan di depan juri.

Panitia tak kuasa menegakkan aturan yang telah ditetapkan. Pihak keamanan tak bisa mengevakuasi Sapi Kerap yang ditaruh di depan juri.

Karena kisruh terus berlanjut. Panitia Pelaksana Kerapan Sapi tingkat Kabupaten Sumenep ini terpaksa menghentikan perlombaan. Lalu panitia mengumumkan ke semua peserta bahwa lanjutan tahapan perlombaan Kerapan Sapi tingkat kabupaten, menunggu hasil musyawarah panitia.

Kapan hasil musyawarah panitia diumumkan? Ini yang menjadi tanda kekecewaan para peserta Kerapan Sapi dari Kepulauan Sapudi.

Hambali Rasidi

KPU Bangkalan