Catatan: Hambali Rasidi
Politik Indonesia saat ini benar-benar menggerus identitas. Kata pengamat politik UGM, Abd. Gaffar Karim, demokrasi Indonesia sudah beraliran liberal.
Kalau Surya Paloh bilang, Indonesia hari ini adalah negara kapitalis-liberal. Kekuasaan terbesar berada di tangan yang punya uang.
Pemberlakuan suara terbanyak sejak 10 tahun lalu, benar menuntun masyarakat berpikir rasional. Jubah identitas tak lagi bertajih.
Itu jika mengacu hajatan Pileg 2019.
Bagaimana dengan Pilkada Sumenep 2020? Saya menemukan tiga figur yang memiliki basis suara saat Pileg 2019.
Sosok Kiai Busyro, Achmad Iskandar dan Malik Effendi. Ketiga sosok ini sudah teruji dalam setiap event politik di Sumenep. Yaitu Pilkada dan Pileg.
Pergerakan suara tiga figur dia atas ternyata juga nyambung dengan raihan suara saat Pilkada Sumenep 2015, lalu. (Keterkaitan ini akan diulas pada tulisan berikutnya)
Ok, kita coba kalkulasi suara di Pileg 2019 untuk Caleg DPRD Jatim.
Hasil rekap KPU, suara tertinggi perorangan di Sumenep, diraih Achmad Iskandar, Caleg Demokrat. Disusul Malik Effendi, Caleg PAN. Baru Nurfitriana dan Nur Faizin, sama-sama Caleg PKB.
Pak Iskandar meraih total suara 110 ribu sekian suara se Kabupaten Sumenep. Dilihat dari sebaran suara, tiap kecamatan di atas dua hingga tiga ribu.
Hanya di Kecamatan Batu Putih, Guluk Guluk, Lenteng, Pasongsongan, dan Pragaan raihaan suara Pak Iskandar di atas 7 ribu. Khusus Kecamatan Arjasa, Pak Iskandar raih 13 ribu sekian.
Pak Malik total suara pribadi 104 ribu sekian suara. Lumbung suara Malik berada di Kecamatan Kota, 18 ribu suara. Lenteng 12 ribu suara. Guluk-Guluk 9 ribu suara, Pragaan 7 ribu suara. Arjasa 5 ribu sekian.
Sedangkan raihan Nurfitriana 87 ribu sekian suara. Suara tiap kecamatan rata kisaran 2 ribu, 3 ribu hingga 5 ribu. Kecamatan Arjasa raih 9 ribu.
Basis suara Bu Futri masih dibagi dengan Nur Faizin yang sama-sama Caleg PKB.
Nur Faizin raih 60 ribu sekian suara. Suara Nur Faizin juga rata tiap kecamatan, tidak ada yang menonjol.
Jika ditotal, suara Bu Fitri dan Nur Faizin, sekitar 147 ribu sekian suara. Masih di atas suara PKB untuk DPRD Sumenep, sekitar 130 ribuan suara.
Kok bisa Pak Iskandar dan Pak Malik meriah suara ratusan ribu suara? Padahal, dua politisi ini bukan dari kelompok pesantren.
Kenapa suara Bu Fitri hanya dapat 82 ribu? Padahal, mesin politik sang suami Kiai Busyro masih aktif.
Menarik berikutnya, lumbung suara Pak Iskandar dan Pak Malik ternyata mampu menggerus lumbung suara NU PKB.
Ini yang saya maksud ada benang merah titik suara di Pilkada Sumenep 2015 dan Pileg 2019. Kemungkinan juga di Pilkada Sumenep 2020.
Kalau anda percaya, jika pergerakan suara Kiai Busyro, Pak Iskandar dan Pak Malik disatukan. Bisa menjadi kunci kemenangan Paslon di Pilkada Sumenep 2020.
Pertanyaannya, ke siapa distribusi suara itu disalurkan?
Bersambung…
Sumenep, 29 September 2019