Catatan: Hambali Rasidi
BISA jadi, anda sebut magnet politik Malik Effendi sudah tamat. Seiring dia tak lagi duduk sebagai anggota DPRD Jatim.
Bisa jadi anda salah menilai. Saya kasih tahu. Pak Malik itu, politisi tanpa modal. Tapi selalu lolos dari lubang jarum.
Awal jadi anggota DPRD Sumenep, tahun 1999, dia langsung duduk manis.
Maklum, waktu itu. Selain menjadi caleg PAN, Pak Malik juga jadi Ketua PPD (KPU)-nya. Beres kan?
Lalu, di Pileg 2009, Pak Malik nyaleg DPRD Jatim. Modal sangat minim. Di Sumenep saja, ia raih sekitar 50 ribuan suara.
BACA JUGA: Kunci Kemenangan Pilkada Sumenep (1)
Nah…bagaimana Pak Malik mempertahankan suara Pileg 2019 dengan Pilkada Sumenep 2020?
Lumbung suara Pak Malik itu, berkat dirinya telaten mendistribusikan program DPRD Jatim ke sejumlah titik. Nilainya menggairahkan.
Dan program dirinya, masih berakhir pada 2020. Sebab, program APBD 2020, sudah dikunci lewat RKA dan RKPD. Semuanya sudah selesai dibahas sebelum purna.
Anggota DPRD Jatim yang baru dilantik, baru bisa menikmati pada Perubahan APBD 2020. Ya..sekitar Oktober-Desember 2020.
Itulah magnet politik Pak Malik yang masih nyambung di hari H Pilkada Sumenep 2020. Bulan September 2020.
Lumbung suara Pak Malik dan Pak Iskandar tak jauh beda dengan perolehan suara Paslon ZeVa yang disokong di Pilkada 2015.
Mari lihat, suara ZeVa di Kecamatan Guluk-Guluk, Pragaan dan Arjasa.
Ini kecamatan yang mengancam suara Busyro Fauzi. Tiga kecamatan itu. Kemenangan ZeVa di atas 10 ribu dari Busyro Fauzi.
Guluk-Guluk:
ZeVa raih 18 ribu 900 suara. Busyro-Fauzi, raih 12 ribu 900 suara.
Pragaan:
ZeVa, raih 25 ribu sekian.
Busyro Fauzi, raih 15 ribu sekian.
Arjasa:
ZeVa, raih 23 ribu sekian suara.
Busyro Fauzi, raih 10 ribu sekian suara.
Tiga kecamatan itu, Pak Iskandar dan Pak Malik saat Pileg 2019, juga raih suara jumbo.
Sama seperti Lenteng, Pasongsongan, Batu Putih, dan Kota.
Tapi, Pak Malik dan Pak Iskandar masih belum bisa menaklukkan basis suara Kiai Busyro di Pulau Sapudi, Raas dan Masalembu.
Jelang Pileg 2019, Pak Iskandar sudah memborbardir program provinsi bernilai ratusan juta per desa. Tapi Raihan suaranya, masih kalah dengan Bu Fitri.
Kalau ditotal suara Dapil 7, raihan suara Pak Iskandar dan Pak Malik, jauh tertinggal dengan suara Bu Fitri.
Basis suara Kiai Busyro emang belum digenjot maksimal untuk Bu Fitri. Bayangkan saja. Untuk nyari suara caleg hanya just hello via telpon.
Itu nyaris di semua kecamatan. Kecuali di kota. Bu Fitri sesekali buat pertemuan sana sini.
Basis Kiai Busyro tetap lestari. Walau serangan rudal sudah lama menghunjam ke basis-basis.
Mulai jelas kan benang merah pergerakan suara Pilkada 2015 dan Pileg 2019.
Seandainya, titik-titik kecamatan itu murni suara ZeVa. Raihan suara Pak Iskandar dan Pak Malik, pasti lenyap di Pileg 2019.
Tapi, peran Nyai Eva dan KH Ramdlan Siradj juga vital dalam mendongkrak suara ZeVa di 2015, lalu.
Begitupun suara Pak Said Abdullah. Juga berperan dalam pemenangan Busyro Fauzi di daerah tertentu di daratan.
Lalu, siapa Paslon yang akan menang di Pilkada Sumenep?
Tergantung tiga figur itu. Ke siapa distribusi suaranya.
Lalu, saya ingat Pilkada 2005. Kiai Ramdlan yang maju lewat PPP. Ketika ditanya banyak orang, Kiai Ramdlan jawab, “Ibarat sangkar. Burungnya tetap. Hanya sangkarnya yang pakai warna lain,” ucap Kiai Ramdlan, waktu itu.
Anda percaya, boleh. Tak percaya juga boleh.
Jangan ambil serius.
Ngenom lu…
habis
Sumenep, 30 September