Opini

Langkah Extraordinary untuk Mengatasi Resesi Ekonomi

×

Langkah Extraordinary untuk Mengatasi Resesi Ekonomi

Sebarkan artikel ini
Resesi Ekonomi
Langkah Extraordinary untuk Mengatasi Resesi Ekonomi. (By Design A. Warits/Mata Madura)

Oleh: Taufik Hidayat*

Perekonomian dunia sekarang menjadi perbincangan publik dan di ambang ketidakpastian yang diakibatkan oleh wabah virus Corona. Begitu juga dengan perekonomian Indonesia yang sudah beberapa kebijakan yang diterapkan, namun tidak memberikan trend positif pada perekonomian. Alhasil, ekonomi Indonesia menciut. Ukuran ekonomi yang dicerminkan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2020 turun 5,32%.

Akhir-akhir ini Indonesia dikabarkan akan mengalami yang namanya resesi yang berada di depan mata, melihat negara tetanggapun seperti Singapura yang tergolong negara maju sudah menelan pil pahit akibat pandemi Covid-19 ini.

Bahkan dilansir dari CNBC Indonesia bank dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tidak tumbuh alias 0%. Tidak hanya itu, Bank Dunia juga memprediksi Indonesia berpotensi masuk jurang resesi.

Flashback pada tahun 1998 di mana tanah air tercinta pernah menelan pil pahit, bahkan sangat dalam. Dan dilihat secara kasat mata Indonesia berisiko akan mengulangi sejarah yang telah terjadi tersebut.

Tentu saja pandemi virus Corona menjadi penyebab utama roda perekonomian lambat bahkan nyaris terhenti. Tidak hanya resesi, pada saat itu Indonesia bisa dikatakan mengalami depresi hebat akibat PDB yang minus dalam 5 kuartal beruntun.

Tentu ini menjadi PR berat bagi pemerintah dan harus mengambil sejumlah langkah luar biasa atau extraordinary untuk mencegah perekonomian masuk ke dalam jurang resesi dan sekaligus mendorong pemulihan ekonomi pada kuartal tiga dan empat 2020.

Dari beberapa kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah mulai dari diwajibkanya masker, social distancing dan lain sebagainya. Dengan beberapa kebijakan tersebut, kemudian menyebar luas menjadi persoalan sosial-ekonomi.

Indonesia dalam menangani persoalan virus Corona, mengedepankan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Sebisa mungkin manusia harus jaga jarak satu sama lain. Untuk meminimalisir resiko penularan virus Corona.

Lalu kemudian, kebijakan ini diterjemahkan dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Aktivitas masyarakat dibatasi untuk sementara dan melakukan aktivits di rumah.

Kegiatan pembatasan masyarakat ini yang kemudian membuat pandemi virus Corona menjadi masalah besar di kalangan masyarakat. Di saat masyarakat diminta untuk #dirumahaja, maka semua aktivitas produksi terhambat. Permintaan konsumen pun berkurang. Karena semua kebutuhan pasti beli di pasar yang kondisinya kerumunan. Lalu apa yang mau dibeli jika hanya ngendon di rumah?

Penyebabnya, penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai berlaku efektif di beberapa daerah beberapa waktu lalu. Akibatnya, roda perekonomian di kuartal II mengalami perlambatan signifikan, sehingga pertumbuhan ekonomi terancam merosot. Data pengangguran, aktivitas manufaktur, serta penjualan ritel Indonesia sudah mengirim sinyal potensi terjadinya resesi. Pandemi Covid-19 membuat pemutusan hubungan kerja terjadi di mana-mana.

Virus Corona membuat ekonomi Indonesia terpukul dari dua sisi sekaligus, yaitu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Alhasil, ekonomi Indonesia menciut. Ukuran ekonomi dicerminkan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2020 turun 5,32%.

Kuartal III 2020 memang belum berakhir, hanya tinggal hitungan hari. Namun, kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi yang akan kembali terjadi.

Jadi, Indonesia sedang dalam masalah kontraksi PDB selama dua kuartal beruntun. Dan ini merupakan definisi dari resesi yang mana hal ini belum pernah terjadi sejak 1999.

Dengan adanya wacana resesi ini membuat beberapa jajaran Kabinet melontarkan pendapatnya. Seperti Pak Mahfudz MD (Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia), menilai pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga akan kembali minus. Ia pun menyebut “bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9% akan terjadi resesi di Indonesia.”

Lalu pandangan berbeda muncul dari Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartanto. Ia menilai Indonesia tak akan masuk ke jurang resesi, meskipun ekonomi kembali tumbuh minus.

Dari beberapa sudut pandang yang ada, intisari dari semuanya yaitu bagaimana pemerintah melakukan berbagai terobosan yang perlu dilakuakan karena Indonesia hampir dipastikan akan memasuki jurang resesi.

Dengan kondisi yang akan menimpa perekonomian Indonesia. Tentu kiranya kita sebagai manusia tidak ingin dilanda dengan kemiskinan.

Perlu kiranya masyarakat mengantisipasi dengan berperilaku hemat dan menyiapkan alternatif pekerjaan seperti home industry. Dan perlu kiranya menyiapkan dana darurat selama resesi. Kurangi belanja yang sekiranya tidak memberikan manfaat banyak dan fokus pada pangan serta kebutuhan kesehatan, dan jangan terlalu latah dengan gaya hidup yang boros.

Sebab, terjadinya resesi salah satunya karena disebabkan virus Corona yang mematikan. Dan yang paling utama tetap jaga kesehatan, karena solusi dari Corona adalah mengakhiri wabah ini. Apabila wabah ini berakhir, resesipun juga berakhir.

*Penulis merupakan mahasiswa Ekonomi Syariah IAI Al-Khairat Pamekasan dan aktif di beberapa organisasi, IPNU, PMII.

KPU Bangkalan