Latief Wiyata: Peneliti Madura itu Telah Tiada

×

Latief Wiyata: Peneliti Madura itu Telah Tiada

Sebarkan artikel ini
Latief Wiyata: Peneliti Madura itu Telah Tiada
Salah satu karya A. Latief Wiyata yang banyak dikenal para akademisi. (matamadura)

matamaduranews.com-A. Latief Wiyata menghembuskan nafas terakhir, Rabu (24/3/2020). Kabar duka peneliti Madura ini tak banyak media yang mengekspose.

Kabar duka tersebar setelah peneliti muda Madura, Abdur Rozaki yang memposting di akun facebooknya, Rabu pagi.

Dia menulis:

Pagi ini mendengar kabar Bapak A Latief Wiyata meninggal dunia. Semoga Allah Swt menerima segala amal kebaikan dan mengampuni segala dosanya, amin ya robbal alamin.

Semasa hidupnya, Bapak A Latief Wiyata sangat tekun melakukan kajian tentang Madura. Sudah banyak karya yang telah dihasilkannya, salah satu karya yang monomental adalah tentang Carok, disertasi yang dibimbing langsung oleh budayawan dan antropolog terkemuka Indonesia dan Belanda yakni Prof Umar Kayam dan Prof PM Laksono, dan satunya lagi Prof Hub de Jonge.

Dalam proses bimbingan para Profesor itu, saya beruntung selalu menemani Pak Latief dan memperoleh akses untuk terlibat saling bertukar pikiran. Banyak hal yang saya dapatkan dari proses bimbingan keilmuan itu, terutama celah yang dapat diperdalam pada kajian berikutnya. Saya kemudian memperdalam celah itu dalam kajian tesis saya tentang blater Madura.

Proses kebersamaan yang intensif antara saya dengan Pak Latif, yakni tahun 1998-2003 yang kemudian melahirkan dua karya yang menjadi tonggak penting kajian tentang Madura. Saya menyebut dua buku ini, buku kembar dari konten dan konteksnya yang menandai kebersamaan kami.

Kabar duka pagi ini, sepertinya menguapkan rasa bahagia kemaren, saat buku blater saya memperoleh HAKI dari Kemenhukam.

Selamat jalan Bapak A Latief Wiyata…bahagia selalu dikeharibaan Ilahi Rabbi…

Mengenal A. Latief Wiyata

A. Latief Wiyata lahir di Kabupaten Sumenep tapi berkarier di Universitas Jember. Latief lahir di Kampung Patenongan, Desa Parsanga, Kabupaten Sumenep, 22 Juni 1950.

Nama A. Latief Wiyata tak asing bagi akademisi dan peneliti tentang Madura. Nama Latief tersohor setelah menelorkan karya akademisi (disertasi) tentang Carok. Latief mendalami fenomena Carok sebagai salah satu tradisi orang Madura tempo dulu.

Selain karya tentang Carok, Latief juga membukukan tulisan yang berserakan di blog-nya dengan judul Mencari Madura.

Dari karya Mencari Madura, Latief ingin membantu siapa saja yang ingin mengerti tentang Madura bisa menjawab prasangka dan stereotip tentang Madura.

Latief berharap buku Mencari Madura bisa menjadi referensi bagi yang ingin mengetahui dan mengenal Madura lebih dekat.

Karya dalam tulisan-tulisan Latief bertebaran di media nasional dan media regional. Latief memang konsern meneliti kehidupan sosial warga Madura sejak menjadi mahasiswa FISIP (jurusan Administrasi Negara) Universitas Jember (1975).

Kemudian Latief melanjutkan ke Pascasarjana (Sosiologi) di FISIP UI Jakarta (1984). Dan Program Doktoral (Antropologi) di UGM, Yogyakarta (2001).

Latief menjalani karir di dunia akademik dan sebagai peneliti di Unej. Dalam blog pribadinya Latief mencurahkan kecintaan pada tanah kelahirannya (Madura).

“Meskipun secara fisik tidak berdomisili di Madura, tapi saya masih bisa berbuat untuk Madura dengan menulis atau mengisi seminar tentang Madura di mana saja,” ungkapnya dalam suatu wawancara yang dimuat situs, ariyamadura.id.

Latief sengaja memilih sebagai peneliti Madura setelah prihatin melihat kelangkaan peneliti tentang Madura. Latief bercerita, sejak akhir 1970-an peneliti yang berasal dari Madura nyaris tak ada. Kalau pun ada jumlahnya sangat sedikit.

Karena itu, Latief tergerak untuk meneliti sendiri bagaimana kehidupan orang Madura. Dengan harapan, agar pemahaman orang luar tentang Madura menjadi lebih proporsional dan kontekstual.

“Sejujurnya, saya justru lebih mengenal Madura sejak menulis desertasi untuk meraih gelar doktor,” tuturnya dalam suatu waktu.

Selamat Jalan Pak Latief…

Semoga karya Bapak menjadi amal jariyah bagi generasi bangsa.

redaksi

KPU Bangkalan

Respon (1)

  1. Terima kasih atas apresiasi thdp ayah saya selama ini. Semoga karya beliau dapat bermanfaat dan berguna utk generasi penerus. Mohon doanya utk beliau. Terima kasih

Komentar ditutup.