Lost in Mars Bidik Pasar Digital di Tengah Maraknya Bisnis Coffee Shop di Indonesia

Lost in Mars
Proses Soft Launching Lost in Mars di tengah acara 3rd Anniversary & 500k User M-Pulsa pada Jumat (07/05/2021). Kolaborasi antara Perjalanan Kopi X No Label (@Lostinmars_id, @perjalanankopi_id, @titik_04, @ejazmr). (Foto for Mata Madura)

matamaduranews.comBANGKALAN-Rangkaian acara 3rd Anniversary & 500k User M-Pulsa pada Jumat (7/05/2021) lalu diselingi soft launching “Lost in Mars”. Lost in Mars sendiri adalah sebuah project hasil kolaborasi Perjalanan Kopi dan No Label Management.

Perkembangan tekhnologi yang serba digital membuat keduanya tertantang untuk berinovasi dan bersaing dalam dunia bisnis dengan mengusung konsep digital bar dan sentuhan Epic Cinematography.

Lost in Mars hadir memudahkan semua kalangan untuk bisa memiliki bisnis tanpa memiliki toko atau outlet dengan sangat menyenangkan. Produk yang akan lepas di pasar pun juga tentu melalui riset yang panjang, sehingga produk ini bisa masuk dan dinikmati semua kalangan.

Selain itu, tujuan dilahirkannya Lost in Mars ini adalah ingin menciptakan sesuatu yang beda, terutama rasa baru dalam dunia perkopian yang bisa di nikmati oleh semua orang, bahkan yang tidak suka kopi sekalipun.

Baca Juga: Tiga Tahun M-Pulsa Terus Hadirkan Fitur Menarik, Target 1 Juta User

Perjalanan Kopi dibangun oleh Ejaz, seorang yang bergerak dalam dunia konten kreator dan mendalami tentang Cinematography atas kecintaannya terhadap dunia cinematic travel.

Perjalanan Kopi selalu menyempatkan mencoba kopi di setiap kota atau daerah yang didatanginya. Karena baginya kopi bukan hanya sekadar minuman, tetapi sebuah jembatan untuk memperluas relasi dan memperlebar silaturahmi pertemanan. Dari kopi pula, Ejaz meyakini mampu melahirkan ide-ide yang baru bagi banyak orang.

Dari situlah kemudian Perjalanan Kopi memilih untuk menggandeng Titik Rachma, salah seorang konsultan kopi atau juri kopi nasional yang sudah tidak diragukan lagi pengalamannya di bidang kopi. Dialah pendiri No Label Management atau No Label Coffee.

No Label sendiri saat ini fokus bergerak di bidang roasting kopi. Tidak sedikit pula coffee shop di Indonesia yang sudah percaya dan menggunakan beans kopi hasil roasting dari No Label Management.

Pengalaman Titik dalam dunia kopi yang cukup luas membuat Ejaz ingin menyatukan antara konsep cinematic video dan kopi. Setelah mencari kesepakatan rasa yang cukup lama, lahirlah sebuah rasa yang belum pernah dirasakan dari kopi kekinian yang pernah mereka coba sebelumnya.

Target market Lost in Mars sendiri tidak hanya fokus membidik peluang untuk kalangan para pecinta kopi saja, namun mereka berharap orang yang tidak suka atau belum pernah mencoba kopi akan menyukai produk yang dibuat olah Lost in Mars tersebut.

Baca Juga: Yuk Pasang M-Pulsa di HP-mu, 1 Aplikasi untuk Segala Jenis Pembayaran

Target tersebut tepatnya mencakup semua kalangan, terutama anak muda. Sebab di era digital ini begitu banyak anak muda yang sangat aktif menggunakan sosial media. Sehingga, ketika mereka suka dengan sesuatu yang mereka beli atau konsumsi secara tidak langsung mereka akan membagikan sebuah informasi di sosial media untuk mereka sampaikan kepada khalayak umum.

“Lost in Mars adalah sebuah jenis kopi kekinian dengan rasa yang baru. Bukan hanya itu saja, dengan packaging yang dibuat premium akan semakin menarik daya para konsumen yang lain penasaran ingin membelinya namun tidak mengesampingkan rasa yang punya ciri khas atau karakter tentunya, meskipun saat ini begitu marak coffee shop yang hadir di Indonesia“ ujar Ejaz dan Titik Rachma saat ditemui Mata Madura.

Saat ini Lost in Mars masih tertarik untuk fokus di digital bar saja. Selain itu, juga ingin mengembangkan kerja sama bukan hanya 1 kota, tetapi berbagai kota lainnya.

“Semog dengan hadirnya Lost in Mars bisa membuka peluang kerja sama dalam usaha bisnis online,” harap Ejaz.

Rusydiyono, Mata Madura

Exit mobile version