matamadursnews.com–MADURA-Kasus Covid-19 di Pulau Madura sudah tak bisa disembunyikan. Setiap hari. Kabar orang meninggal silih berganti dari desa ke desa. Meski kabar itu tak bisa dipastikan sebagai pasien covid-19 yang meninggal dunia. Namun gejala sakitnya sama.
Sejumlah Puskesmas di Madura sudah overload. Begitu pun di sejumlah Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di setiap kabupaten di Madura mengalami lonjakan peningkatan pasien covid-19.
Di luar rumah sakit dan puskesmas. Tak terhitung jumlah orang sakit dengan gejala sama memilih isolasi mandiri di rumah-rumah.
Dikutip dari situs covid19.go.id per hari Jumat (9/7/2021) pasien Covid-19 yang meninggal dunia se Indonesia mencapai 871 orang.
Sedangkan data dari situs infocovidjatim.id, per hari Jumat 9 Juli jam 13.27 WIB, pasien covid di Jawa Timur yang meninggal dunia mencapai 218 orang.
Khusus di Pulau Madura dengan 4 kabupaten belum diketahui angka pasti berapa jumlah harian pasien covid yang meninggal dunia.
Namun, dari informasi yang dirangkum dari sejumlah koresponden dan sumber Mata Madura menyebut, jumlah harian pasien covid di Madura cukup tinggi. Tiada hari tanpa ada pasien covid yang meninggal dunia.
Itu bisa diketahui dari beberapa kecamatan di Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan dalam tujuh hari terakhir.
M Kholili, mahasiswa asal Pamekasan, Madura dalam rilis yang diterima Mata Madura menyebut, di Desa Bangsereh, Desa Blaban, Desa Batu Bintang dan Desa Bujur Barat, Kecamatan Batumarmar, Pemekasan setiap hari minimal ada tiga orang meninggal dunia.
“Masyarakat di sini (Batumarmar, Pamekasan, red) benar-benar kelimpungan. Bantuan pemerintah belum bisa menyentuh warga di kampung-kampung yang bertaruh nyawa dengan Covid-19. Tolong Madura, Pak,†terang Kholili kepada Mata Madura dengan nada sedih.
Kholili berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap warga-warga desa yang banyak menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Tolong Pak. Banyak warga yang meninggal. Satu desa di rumah saya 7 orang meninggal dalam sehari. Warga butuh bantuan vitamin untuk menaikkan imunitas,†sambung mahasiswa Pasca Sarjana UNI Sunan Ampel, Surabaya ini.
Melihat kondisi warga di desanya. Kholili kerap menangis tak kuasa menyaksikan penderitaan warga desa yang berjuang melawan covid tanpa fasilitas dan bantuan dari pemerintah.
Sementara itu, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Mathur Husyairi dalam rilis yang diterima Mata Madura menyebut, wabah corona sudah merambah ke pelosok-pelosok desa di Kabupaten Bangkalan.
Mathur menyebut, hampir tiap hari bahkan hitungan jam diirnya mendengar pengumuman orang meninggal dunia baik lewat aplikasi media sosial maupun menerima kabar dari koleganya.
“Kondisi di sejumlah kecamatan, seperti Tanjung Bumi, Burneh dan Modung dalam hitungan jam ada warga yang meninggal dunia,†terang Mathur mengutip informasi dari koleganya.
Menurut Mathur, informasi dari sejumlah koleganya di beberapa kecamatan, masyarakat di pelosok desa hanya bisa bertahan melawan sakit di rumah tanpa perhatian medis dan bantuan dari pemerintah.
Mathur mempertanyakan kebijakan Pemprov Jatim dan Pemkab Bangkalan selain memperketat PPKM Darurat dalam menekan angka penderita covid.
“Covid-19 bukan virus baru yang mau masuk Madura (Bangkalan). Sudah banyak korban yang meninggal dunia. Saya ingin memprovokasi klebun (Kades,red), agar mendata warganya melalui perangkat desanya. AKD (asosiasi kepala desa,red) bisa mengkoordinir se Kabupaten Bangkalan untuk menyampaikan ke Satgas Gugus Covid-19 dan Forkopimda Bangkalan. Katakan bahwa kondisi di pelosok desa tidak baik-baik saja,†terang politisi PBB ini.
Mathur berharap dengan angka pasti penderita covid dari berbagai desa di Bangkalan bisa menjadi atensi pemerintah. Sehingga penyebaran covid tak hanya dipusatkan di kota-kota besar.
“Kalau pasien di RSUD yang dijadikan acuan ya bisa saja landai dan menurun karena memang warga bertahan di rumah meskipun sakit,†pungkasnya.
redaksi