Ekonomi

Marak Ojek Online di Bangkalan, Sopir Angkot dan Tukang Becak Mengeluh

Tukang Becak dan Sopir Angkot
KOLASE FOTO: Sejumlah angkot dan becak di Bangkalan sedang parkir lantaran sepi penumpang akibat maraknya ojek online. (Foto Syaiful/Mata Madura)

matamaduranews.com-BANGKALAN-Maraknya ojek online di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, membuat sejumlah tukang becak dan sopir angkot mengeluh. Mereka menilai hadirnya layanan transportasi online itu membuat pendapatan berkurang.

Hal ini misalnya diungkapkan Abdul Manap. Penarik becak di Simpang Tiga Jl. Re. Martadinata, Bangkalan menyebut kehadiran ojek online membuantya sulit mencari penumpang.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Sejak ada ojek online, pendapatan harian Abdul Manap sekitar Rp 10-30 ribu. Padahal, sebelumnya pendapatan dia perhari hampir mencapai Rp 100 ribu.

“Sekarang kan sudah ada ojek online (Grab, red). Saya bingung, kadang-kadang sepi banget. Satu atau dua (penumpang) sih dapet, cuma kan enggak banyak. Enggak kayak dulu, kalau dulu kan pendapatan minimal Rp 80 ribu sehari,” ucapnya kepada Mata Madura, Kamis (15/8/2019).

Hal serupa juga dikeluhkan oleh tukang becak lain bernama Parman. Ia mengaku jumlah penumpangnya berkurang drastis karena kehadiran ojek online.

“Sejak ada ojek online itu (pendapatan, red) sudah jauh berbeda. Angkot itu kan biasanya ramai. Turun dari angkot, lanjut naik becak. Sekarang semuanya dimakan ojek online,” ujar Parman.

Akibatnya, kini Parman cuma bisa meraup pendapatan kotor Rp 20-40 ribu per hari. “Belum termasuk makan sama bayar kontrakan,” ujar pria yang menarik becak sejak 1961 itu.

Karena pendapatan menurun, para tukang becak terpaksa harus bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Dengan memutar otak, sejumlah tukang becak di Bangkalan harus melakukan pekerjaan sampingan.

Keluhan penarik becak itu juga diamini oleh Pardi, sopir angkot di area Stadion Gelora Bangkalan. Menurut dia, seharusnya ojek online diatur jalurnya agar tidak bebas mengambil penumpang.

Makanya, Pardi meminta Dinas Perhubungan (Dishub) Bangkalan segera turun tangan dan mengambil kebijakan. Sebab jika ojek online  dibiarkan, penghasilan para sopir angkot akan menurun.

“Dulu sebelum ada Gojek, angkot bisa narik 2-3 kali PP dengan penumpang penuh. Sekarang cuman 1 PP dalam sehari narik, itu pun penumpangnya nggak penuh. Belum lagi untuk bensin, biaya perawatan angkot seperti beli oli dan lain-lain,” jelas sopir angkot jurusan Kota Bangkalan dan Kamal itu.

Pardi berharap, jalur ojek online diatur agar tidak memakan trayek angkutan umum. Bahkan, ia meminta armada ojek online dibatasi seperti angkot, sehingga tidak merugikan roda transportasi lainnya.

“Kami minta ada pembatasan jumlah tukang ojek online dan pelarangan mengambil penumpang di sejumlah titik yang sebelumnya menjadi lokasi tukang becak atau angkutan umum di Bangkalan,” tegasnya.

Syaiful/Hasin, Mata Madura

Exit mobile version