Dalam bidang geografi ada Al-Mas’udi, pengarang buku Muruj al-Dzahab dan Ma’adin al-Jawhar. Konon ia juga pernah singgah di kepulauan Indonesia di saat menjelajah dunia. Disamping Al-Mas’udi ada Ibnu Batutah dengan buku Rihlah Ibn Batutah.
Dalam ilmu pengetahuan alam, ulama-ulama Islam juga mewariskan berbagai macam buku dari ilmu hewan, tumbuh-tumbuhan, hingga geologi. Al-Jahiz dalam buku Kitab Al-Hayawan berbicara tentang Evolusi dan Antropologi.
Dalam lapangan falsafat, nama-nama seperti al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd sangat terkenal. al-Farabi mengarang buku-buku dalam falsafah, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi tentang falsafah Aristoteles. Sebagian karya-karyanya itu diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan masih dipakai di Eropa di abad 17. Ibnu Sina juga banyak mengarang dan yang termashur adalah al-Syifa’, enslikopedi fisika, metafisika dan matematika yang terdiri dari 18 jilid. Bagi Eropa, Ibnu Sina dengan tafsiran yang dikarangnya tentang falsafat Aristoteles lebih masyhur daripada al-Farabi.
Tetapi di antara semuanya, Ibnu Rusyd yang banyak berpengaruh di Eropa dalam bidang falsafat, sehingga disana terdapat aliran Averroisme. Dan masih berderet nama-nama serta penemuan yang telah dihasilkan oleh sarjana Islam terdahulu.
Dengan semangat penalaran yang kuat, sarjana-sarjana Islam menjadi manusia penyelidik yang cerdik, menjadi penganalisa yang cerdas, mereka berhasil mengolah dan mengembangkan ilmu pengetahuan itu dengan metode berpikit ijtihad, riset, eksprimen sehingga terciptalah kebudayaan Islam yang mengagumkan.
Gelombang kebudayaan pra-Islam tidaklah dapat dipisahkan dari perkembangan peradaban Islam klasik yang banyak disebut oleh sejarawan muslim sebagai masa-masa kejayaan Islam atau golden age. Proses penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani, Persia dan India hanya salah satu pintu dialog antar peradaban, sementara tanpa proses reproduksi, penerjemahan hanya menjadi tumpukan karya yang sudah dialihbahasakan belaka.
Dukungan penguasa dan gairah keilmuan umat Islam yang luar biasa menjadikan gelombang kebudayaan intelektual tidak sia-sia. Segala upaya, baik materil maupun semangat juang yang telah ditorehkan dalam bentuk maha karya telah menjadi pilar-pilar peradaban Islam yang sangat menentukan.
*) disadur dari berbagai sumber/red
bersambung…