Mengenal Sosok KH A. Busyro Karim Dalam Merespon Kritikan

Sandy Tyas Mulyadi
Menulis sikap pribadi Bupati Sumenep Kiai Busyro bisa menjadi bias bagi sebagian orang. Setidaknya, tulisan ini bagian dari review setiap orang yang membaca aneka kritik Bupati Sumenep di sejumlah media. Muncul dalam benak pikiran. Kiai Busyro merupakan sosok yang disertai hujan kritik dalam perjalanan meniti karir politik. Sosoknya menjadi besar saat ini bukan lahir tanpa badai kritik dan  perjuangan yang berdarah-darah. Setiap kritikan direspon dengan aneka ragam. Sosoknya menjadi teladan bagi pengikutnya. Style profile yang bersahaja, akomudatif dan selalu sabar ketika ada yang mengkritik, menjadi salah satu ciri khas gaya kepemimpinannya.

Catatan: Sandy Tyas Mulyadi*

Sandy Tyas Mulyadi
Sandy Tyas Mulyadi

Suatu ketika, Kiai Busyro diundang oleh tuan rumah untuk memimpin bacaan tahlil di acara 7 hari salah satu keluarga tuan rumah yang meninggal dunia. Saat mic pengeras suara diberikan, tiba-tiba ada teriakan dan hujatan dari kerumunan undangan tahlil yang mengarah kepada pribadi Kiai Busyro. Sementara undangan lain berucap kalimat istighfar sambil mengelus dada. Menatap wajah Kiai Busyro, memberi isyarat iba. Melihat sosok Kiai Busyro diperlakukan semena-mena di acara resmi. Bagaimana sikap pribadi Kiai Busyro? Ternyata Kiai Busyro diam. Gesture-nya biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa yang menyerang pribadinya.

Kejadian itu terjadi pada tahun 2010, saat pencalonan Bupati Sumenep periode pertama. Memang ketika itu, suhu politik sedang mendidih jelang pelaksanaan Pilkada Sumenep. Hujatan dan hinaan berbau fitnah untuk menyerang pribadi Kiai Busyro menyebar seperti tiupan angin topan.

Di tahun 2015 lalu, jelang Pilkada periode kedua, suhu Pilkada Sumenep juga meradang menyerang kebijakan dan pribadinya. Hujatan dan hinaan mulai bertebaran di dunia maya.Tidak heran salah satu pendukung Kiai Busyro membuat teori sederhana mendeskripsikan hujatan berbau fitnah kepada pribadi Kiai Busyro yang diupload di medsos. Begini bunyinya; “Kemenyan tidak akan keluar aroma wewangiannya jika tidak dibakar “ Begitu kira-kira teori sederhana untuk menggambarkan ujian yang menimpa Bacalon Bupati KH A. Busyro Karim. Dari sejumlah lembaga survei, elektabilitas beliau (Kiai Busyro) tidak bisa tertandingi. Apalagi popularitasnya? Waooo makin melambung tinggi hingga tak terjangkau oleh kandidat lainnya. Mereka yang ingin menjatuhkan nama baik Kiai Busyro seakan sudah putus asa dan tidak menemukan cara untuk menggembosi dukungan masyarakat kepada Kiai A. Busyro Karim. Saat ini, kampanye hitam pun mulai menyerang Buya. Barangkali mereka berfikir dengan menjelek-jelekkan Buya akan dapat menurunkan simpati masyarakat kepadanya. Namun kenyataan justru berbeda. Semakin dicaci maki, dijelek-jelekan, difitnah dan dihina….eeeehhh dukungan masyarakat malah semakin menguat kepada Kiai Abuya Busyro Karim…” Kemenyanpun semakin harum ketika dibakar” Alhamdulillah…

Berdasar keterangan dari santri sepuh Al-Karimiyyah, sikap sabar yang melekat dalam pribadi Kiai Busyro merupakan turunan dari ibu tercintanya, Nyai Hj Nuraniyah. Diceritakan, saat janin Busyro dalam kandungan, Nyai Nura -panggilan Nyai Nuraniyah- banyak tirakat, seperti puasa sunnah Senin-Kamis. Perut Nyai Nura, sengaja dibiasakan lapar, sebagai bentuk latihan mengasah hati dan rasa. Dengan harapan menular kepada janin yang dikandungnya.

Saat usia remaja, Busyro yunior dilatih untuk bangun malam kemudian shalat berjamaah bersama Nyai Nura. Sejak kanak-kanak, Kiai Busyro sudah ditanamkan nilai-nilai asketisme, sabar dan tawakkal (berserah diri) kepada Allah Swt oleh sang ibu. Sehingga, dalam menghadapi seberat apa pun ujian yang menimpa Kiai Busyro, seakan memiliki bekal dari sang ibu, yaitu memasrahkan diri atas kehendak Allah Swt.

Selain karakter pribadi yang bersahaja dan komunikatif, pendidikan spiritual (bathiniyah) sudah tertanam sejak dini. Secara alamiah, ingatan Kiai Busyro kecil itu terbawa saat dewasa hingga saat ini. Pelajaran dari sang ibu seakan mentransfer dan membentuk keperibadiannya. Sehingga banyak orang yang menyimpulkan, sifat-sifat keperibadian Kiai Busyro merupakan jelamaan dari sang ibu, Nyai Hj Nuraniyah.

*Salah satu pengamat media tinggal di Sumenep.

Exit mobile version